Chapter 8 - Do You Remember Me?

218 50 0
                                    

Author's POV

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tujuh hari yang mereka janjikan kini hanya tersisa dua hari lagi. Waktu yang (Y/n) dan Hinata habiskan bersama sudah hampir berakhir. Dan, itulah yang membuat (Y/n) berpikir dan tidak nafsu makan sejak kemarin.

"(Y/n)-san, kau tak ingin makan?" Hinata menatap (Y/n) yang sejak tadi duduk melamun di depannya. Makanan di hadapannya belum ia sentuh sejak tadi. Sementara itu, Hinata sudah tambah dua kali.

"Aku sedang tidak ingin," jawab (Y/n) masih sambil melamun.

"Nanti kau bisa sakit lho. Makanlah, (Y/n)-san!" Hinata menaruh ebi tempura ke atas mangkuk nasi (Y/n). (Y/n) melihatnya lalu ia menghela napas dan mulai makan.

"Apa yang sedang kau pikirkan sejak tadi?" Hinata langsung menambahkan, "Jika kau tak ingin memberitahunya, tidak apa-apa, (Y/n)-san."

(Y/n) menunduk. Menatap pada mangkuk berisi nasi yang baru ia makan satu suap.

"Lihat, kau melamun lagi, (Y/n)-san," celetuk Hinata yang menyadarkan (Y/n) dari lamunan singkatnya tadi.

"Maaf, aku tak sengaja melakukannya. Otakku yang menyuruhnya," sahut gadis itu asal.

Hinata hanya terkekeh. Ia menyuruh (Y/n) untuk makan lagi. Kali ini, gadis itu langsung memakannya tanpa disuruh lagi oleh Hinata.

Selesai makan karena permintaan Hinata, (Y/n) bergerak membawa semua bekas peralatan makan mereka ke bak cuci piring. Hinata mendekatinya dan berdiri di sebelah gadis itu.

"(Y/n)-san, sepertinya aku tidak pernah melihatmu tertawa selama aku tinggal di sini," celetuk Hinata di saat mereka mulai mencuci peralatan bekas makan.

(Y/n) memasang gestur berpikir. Ia mengingat-ingat kapan terakhir kali ia tertawa. "Kau salah. Aku pernah tertawa. Di saat kau mengenakan piyama bermotif kelinci milikku." Sebuah tawa lolos dari bibir gadis itu.

Wajah Hinata berubah memerah. Kejadian itu secara otomatis berputar di dalam kepalanya. "J-Jangan ingat-ingat hal itu! Aku sangat malu!" Ia menutupi wajahnya dengan tangannya. Karena lupa, Hinata menutupi wajahnya dengan tangan yang masih berbusa. Matanya pun langsung menjadi perih.

"Oi, kau tak apa-apa?" (Y/n) segera membilas tangannya dengan air lalu mengambil tisu yang telah ia basahi. Kemudian, ia mulai membersihkan wajah Hinata dengan hati-hati.

Dari jarak sedekat ini, Hinata bisa melihat bagaimana rupa gadis itu dari dekat. Bentuk alisnya, matanya, hidungnya, dan bibir mungilnya. Membuat wajah Hinata sontak memerah.

"Mengapa wajahmu memerah? Apa kau sakit?" (Y/n) meletakkan tangannya ke atas dahi Hinata. "Tidak panas," gumamnya.

"A-Aku tidak sakit!" tandas Hinata dengan cepat.

"Ah, syukurlah jika begitu. Kau pergi tidur saja, Shouyo," perintah (Y/n) pada lelaki di sampingnya itu.

"Eh, mengapa? Aku masih berguna di sini!" protesnya.

"Tetapi, kau sudah mengantuk sejak tadi bukan?" Ia menatap Hinata. "Jangan mengelak karena aku sudah tahu," tambahnya sebelum Hinata protes lagi.

"Baiklah. Semangat, (Y/n)-san!" Ia mengeringkan tangannya dan berlalu dari sana.

Setelah kepergian Hinata, (Y/n) kembali melamun. Belakangan ini, melamun menjadi aktivitas yang paling sering ia lakukan. Tidak tahu apa alasannya, namun ia sering melakukannya. Entahlah, pikirannya telah dipenuhi oleh berbagai hal yang secara tak sengaja lewat di dalam kepalanya.

Seusai mencuci semua peralatan makan, (Y/n) beranjak dari dapur menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya. Hinata sudah berbaring di atas tatami dengan futon yang ia gelar sendiri. (Y/n) pun berjalan menuju tempat tidurnya dan berbaring di sana. Tatapannya tertuju pada langit kamarnya yang polos.

Ia menghadap ke dinding dan memunggungi Hinata yang tertidur di sebelah kanan tempat tidurnya. Di saat ia hampir tertidur pulas, Hinata memanggilnya.

"(Y/n)-san, apa kau sudah tidur?"

Tanpa menoleh, (Y/n) menjawab, "Aku sudah berada di alam mimpi."

Hinata tertawa. "Lalu, mengapa kau bisa menjawab pertanyaanku?"

"Insting."

"Kau lucu, (Y/n)-san." Ia tertawa lagi.

Setelah tawa Hinata reda, ia menatap ke arah langit-langit kamar (Y/n). "Dua hari lagi ya. Setelah itu aku akan pulang."

Mendengar kata-kata Hinata, (Y/n) pun membalikkan tubuhnya dan menatap lelaki itu. "Kau akan pulang ke apartemenmu?"

Hinata mengalihkan pandangannya kepada (Y/n). "Entahlah, namun aku akan pulang," jawabnya ambigu.

"Aku masih tak paham."

"Tentang apa?"

"Tentang mengapa kau memilih tinggal di rumahku selama tujuh hari," jawab (Y/n) dengan pandangan tertuju pada manik cokelat lelaki itu.

Hinata tersenyum, "Ah, begitu."

"Jadi apa alasannya?"

"Aku hanya ingin. Itu saja."

(Y/n) mendengus. "Kau bohong, Shouyo."

"Eh, t-tidak!" Hinata bangkit dari posisi tidurnya.

"Bercanda."

"Bercandamu sangat tidak lucu, (Y/n)-san." Hinata menatapnya ngeri.

(Y/n) hanya bisa tertawa. Hinata pun tersenyum simpul melihat gadis itu tertawa.

"Shouyo, jangan memanggilku dengan embel-embel san di belakang namaku. Itu membuatku merasa... lebih tua darimu," celetuk (Y/n).

"Eh, tapi aku terbiasa memanggilmu begitu. Aku tidak bisa memanggilmu tanpa -san di belakangnya. Itu... terasa aneh bagiku," protesnya merasa tak enak.

"Kalau begitu, kau tinggalkan rumah ini esok hari," ucap (Y/n) sebelum menutupi tubuhnya dengan selimut dan berbalik menghadap dinding.

"B-Baiklah! Aku akan menurutimu, (Y/n)!" katanya mulai panik.

"Bagus." (Y/n) tersenyum puas tanpa menatap Hinata.

"(Y/n)-sa-maksudku, (Y/n). Apakah kau tak pernah sekalipun merasa mengenal diriku?" tanya Hinata yang berhasil membuat gadis itu berbalik dan menatapnya.

"Di saat aku pertama kali bertemu denganmu, aku merasa seperti itu. Entah mengapa, aku merasa jika aku benar-benar mengenalmu. Namun, anehnya aku tak memiliki ingatan apapun tentang dirimu, Shouyo," jawab (Y/n) jujur.

Padahal itulah kenyataannya, batin Hinata pedih.

"Oh, begitu ya. Jika kau memiliki ingatan tentang aku, apakah kau akan melupakannya?" Hinata menatap (Y/n) penuh harap.

"Tentu saja tidak akan. Aku pasti akan selalu mengingatnya sampai aku mati," jawab (Y/n) tanpa berpikir dua kali.

Tanpa disadari oleh gadis itu, jawaban yang keluar dari bibirnya telah menorehkan luka baru di hati Hinata.

***

Yo minna!

Dikit lagi tamat🗿

Dan puasa bentar lagi selesai💃✨

Terima kasih kepada kalian yang sudah baca, vote dan comment. Makasih bangett🥺❤✨

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Seven Days with You ✧ Hinata ShoyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang