Chapter 1 : Run Away

4.1K 218 18
                                    

Langkah yang berat dengan nafas tersendat membuat Park Anna mau tak mau bersembunyi diantara kegelapan, mengendap pada tembok pembatas yang sudah usang menyusuri tempat yang tak dikenali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah yang berat dengan nafas tersendat membuat Park Anna mau tak mau bersembunyi diantara kegelapan, mengendap pada tembok pembatas yang sudah usang menyusuri tempat yang tak dikenali.

Kepalanya sedari tadi tak bisa berhenti menoleh was-was, sementara kakinya belum mau berhenti, terus berlari tak tahu arah tujuan. Tempat ini terlalu gelap, ia tidak tahu bahaya seperti apa yang ada dihadapannya, tapi melihat orang-orang yang berpencar mengejarnya jauh lebih berbahaya. Ia tak punya kesempatan jika tidak lari sekarang.

Bruk!

"Akh!"

Anna meringis kala tubuhnya menghantam aspal, kedua lututnya terasa berdenyut tak karuan. Ia mencoba memperhatikan sekitar dengan kedua manik bulatnya, menyisir tempat sempit ini yang sialnya kelewat sepi, tak ada satu orangpun yang bisa dimintai tolong.
Seketika sekujur tubuh gadis itu meremang saat sadar bahwa dirinya ada disebuah gang sempit dengan tong sampah besar dipinggirnya. Banyak barang rongsok, dus, serta kantung sampah dibiarkan menumpuk yang entah mengapa malah membuat hawa disekitarnya merasa tak biasa karena terlalu mencekam. Buru-buru gadis itu untuk bangkit tapi tubuhnya tak merespon lagi, bahkan hanya untuk menopang tubuh ringkihnya ia tak bisa.

Dengan paksa, Anna menyeret tubuhnya bersembunyi diantara tumpukan dus. Tubuhnya yang bercucuran keringat serta nafas yang tersenggal membuatnya sulit untuk sekedar menghirup udara. Saat ini, yang bisa ia lakukan hanya memohon pengampunan pada tuhannya, ia bahkan sedikit berharap jika dirinyanya bisa selamat. Jika tidak, ia meminta hidup yang lebih layak dikehidupan selanjutnya.

Jujur saja sangat lelah hidup dibawah kendali orang. Menjadi terikat dan tak bebas, untuk apa?
Itu bukan arti hidup yang didefinisikan orang normal. Jika saja Anna tak punya alasan untuk hidup, mungkin sudah dari lama gadis itu memotong urat nadinya ketimbang hidup seperti seorang tawanan.

Baiklah. Sudah waktunya menyelasaikan kehidupan yang penuh kesialan, meskipun fisik dan batinnya sama-sama tak terselamatkan. Doa kan saja agar Anna bisa terlepas dari pria bejat itu.

Anna mengatur nafasnya perlahan, perasaan takut dan khawatir sangat mendominasinya. Pikiran-pikiran negatif sudah berlarian dalam benaknya, membuat gadis itu sibuk menggigiti kukunya merasa was-was.

Anna benar-benar membenci sifatnya yang seperti ini. Ia bukanlah gadis yang memiliki karakter kuat maupun pemberani, ia tidak cerdas, tidak juga diciptakan untuk menjadi seorang pembangkang yang gemar memberontak. Sangat cocok dijadikan budak memang.
Sungguh sebuah keajaiban Anna bisa bertindak sampai sejauh ini, memilih kabur dengan mental kacangnya. Dengan perasaan yang campur aduk, gadis itu mengulurkan tangan kirinya mengusap puncuk kepalanya sendiri, mencoba meyakini bahwa semuanya akan baik-baik saja meskipun kecil kemungkinan.

Tak lama derap langkah kemudian terdengar menghunus indera pendengarannya. Anna semakin beringsut, sampai punggungnya menempel pada tembok dibelakangnya.

"PARK ANNA!" Pria dengan suara yang terdengar familiar itu berteriak seperti orang yang tidak waras. Sementara gadis yang merasa terpanggil itu langsung menutup telinganya, menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut.

DEEP ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang