⚠tw//nsfw, abuse⚠ Siapin diri kalian ya, ini bakalan jadi chap yg puanjang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebotol sparklingwinedan juga aroma lilin menemani malam Jaehyun seperti biasanya, ia terlihat berbaring diatas sofa panjang memandangi kolam renang yang begitu tenang. Bibirnya tak bisa berhenti tersenyum saat mencium aroma lilin yang menguar, begitu memabukkan mirip Anna.Wanginya sangat manis, dan juga sedikit aroma jasmine yang tercium selalu ingin Jaehyun hirup saat berada didekatnya.
Jaehyun menyesapwinenya yang tinggal sedikit, lalu ia menuangkannya kembali hingga gelasnya terisi setengah. Akhir-akhir ini, Jaehyun berusaha membiasakan diri untuk melakukan segala sesuatu seorang diri. Ia hampir gila tak bisa mendapati Anna yang hampir sebulan ini tak disampingnya. Ia merasa terhianati entah kenapa. Jaehyun memberinya seluruh cinta, tapi gadis itu tidak. Anna selalu memandangnya sebagai pria brengsek, tanpa mengingat hal baik apa saja yang sudah ia berikan padanya.
Jaehyun menghela nafas gusar, saat pikirannya melayang membawanya pada masa lalu. Ia tak pernah menyangka jika kehadiran Anna akan membawa pengaruh sebesar ini, lihatlah bagaimana seorang Jung Jaehyun yang notabenenya orang berkuasa, bisa tunduk hanya karena seorang perempuan.
“J.....” seseorang pria berpakaian formal terlihat menggeser pintu kaca. Ia menghampiri Jaehyun yang sedang bersantai dengan bathrobe abu tuanya.
Pria itu menyodorkan beberapa lembar foto yang langsung Jaehyun terima, “Sesuai dugaanmu”
Jaehyun mendengus, ia langsung meremat foto-foto tersebut tanpa mau memandanginya, “Cih, apa Anna bahagia dengan hidup barunya?” tanya Jaehyun lirih.
“Sudah saatnya kau melepaskan Anna, J. Dia tidak bahagia bersamamu” timpal pria dihadapannya.
Jaehyun menyunggingkan senyumnya tak suka, “Tapi dia hanya seorang jalang, tanpa diriku Minggyu”
Pria yang dipanggil Minggyu itu hanya menghembuskan nafasnya jengah, ia sudah kehabisan kata untuk meladeni sahabatnya yang keras kepala itu. Obsesinya pada seorang gadis itu telah merusak rasa kemanusiaannya, ia bahkan tak bisa mengendalikan emosinya.
