Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Anna meremat gaun minim bewarna gold di genggamannya.
Jaemin baru saja melempar gaun itu ke atas pangkuannya yang sedang terduduk di atas kasur.
Anna secara bergilir menilikkan netranya sebelum pemuda itu memilih berbicara mencuri seluruh atensinya.
“Pakai dan cepat keluar”
Anna hanya bisa menghela nafas ketika Jaemin berlalu begitu saja. Anna tidak bodoh untuk sekedar menafsirkan ucapan dinginnya. Jaemin bersikap seperti biasa seolah dia tidak pernah melakukan hal buruk yang mungkin meninggalkan trauma pada dirinya. He didn't fucking care about what did happen, with her and the woman he killed brutally.
Hal seperti itu memang bukan kali pertama bagi Anna, Anna sering melihat Jaehyun membunuh orang sama brutalnya, tapi tetap saja ia tak pernah merasa terbiasa dan selalu merasa takut. Anna takut bila suatu hari dirinya yang akan mengalami hal tersebut, dan Anna tidak ingin itu.
Anna kembali mendengus mengangkat tali gaun bergaya spaghetti strap. Anna juga tidak bodoh dengan maksud lain dari Jaemin, hari ini Jaemin pasti akan membawanya pergi ke suatu tempat sama seperti Jaehyun yang suka menyuruhnya memakai pakaian kurang bahan untuk pergi atau sekedar menemaninya menemui rekan bisnis atau apalah itu.
Anna segera memakai gaun itu, lalu sedikit memoles wajah dengan make up milik Jeha, setelah itu Anna berdiri di depan cermin besar yang menggantung di sudut ruangan memutar tubuh memandangi pantulannya. Anna sungguh terlihat cantik dengan riasan tipis, ia juga terlihat seperti seorang crazy rich dengan gaun mahal ini. But it still doesn't make herself special enough.
Hidupnya masih berputar ditempat yang sama dan terjebak dilubang yang sama. Anna tahu, dirinya masih bisa berlari jika ia mau, masih bisa dengan mudah untuk melarikan diri jika ingin mengingat Jaemin tidak mengurungnya.
Tapi untuk apa?
Ia tidak mempunyai apapun dan siapapun. Anna tak punya rumah untuk kembali. Tidak tahu harus berbuat apa jika ia berkelana seorang diri, ia akan menyerahkan hidupnya pada siapapun yang menginginkannya untuk sekarang.
“Shit, Anna. Why are you fucking late? Kau tak pernah diajarkan untuk disiplin, hah? Should i discipline you?”
Anna berbalik dengan tersentak, ia hanya menunduk takut menatap Jaemin yang sudah mengepalkan kedua telapak tanganya. Jaemin yang sadar segera merubah raut berusaha meruaikan ototnya.
Jaemin berdeham, “Anna lihat aku!”
Anna meremang, nada perintah itu Jaemin keluarkan dengan suara terlampau rendah membuat Anna yang mendengarnya merasa kalut hingga tak disadari ujung gaun sudah kusut dipilinnya.
