"Lelah bukan berarti kamu harus berhenti, cukup istirahat. "
Hari yang melelahkan. Membuat seseorang gadis baru saja keluar dari tokoh kue. Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul 7 malam.
Ia melihat ke sekeliling. Percuma jika ia menunggu ojol yang di pesannya beberapa menit yang lalu.
"Kalau gini, dari tadi jalan kaki aja. " ia terlihat kesal saat mengutak--atik handphone di tangannya.
Hampir sepuluh menit ia menunggu, tapi sepertinya sia-sia. "Sial! " umpat nya menghentak kaki.
Ting!
Ia menoleh dan mendapatkan seseorang dari arah belakang dengan motor matic nya berhenti di sampingnya.
"Naik, gua anterin deh sampai rumah." dengan sedikit keraguan gadis itu masih berdiam. " udah, tinggal naik aja, apa susahnya si, " Kesal cowok itu.
"Bukan gitu Van, tapi gua enggak mau ngerepotin lu. "
"Naik aja Lan, gua ikhlas kok. Lagian, ojol nya enggak bakal datang. " Lany mengerutkan keningnya menanggapinya ucapan Evan.
"Kok lu tahu si ojol nya enggak bakal datang? " tanya Lany penasaran.
"Ya tahu lah. Mereka kan lagi demo." Lany ber oh ria sambil mengangguk kecil dan naik ke atas motor cowok itu.
Beberapa saat kemudian, motor matic hitam milik Evan melaju meninggalkan toko Kue tersebut.
***
Bunyi pantulan bola basket menggema di sudut lapangan. Terlihat seseorang sedang mendrible bola itu dan melakukan shoot.
Ia melakukan sampai beberapa kali dan membuat seseorang yang berdiri di pinggir lapangan terlihat kesal.
"Udah dong, dari tadi lu mainnya!" Lelaki itu tak menghiraukan teriakan di sudut lapangan.
Merasa tak digubris, lelaki itu mencoba mendekat, dan merampas bola yang di didrible oleh temannya itu.
"Apaan si Raf! " bentaknya
"Lu yang apaan, lu enggak kasian apa sama Bunda lu? Dia dari tadi nelpon lu dan kuatir sama keadaan lu! " Rafa membuang bola basket ke sembarang tempat.
Rangga yang melihat temannya itu pun kesal dan menatapnya tak suka. Ia kemudian melangkah ke sudut lapangan dan mengambil tas dan pergi dari lapangan itu.
"Kampret! Gua ditinggalin. Rang, tunggu! "
Rangga tak menghiraukan teriakan Rafa. Ia masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan lapangan taman itu.
Kini pukul 20.00 Rangga baru saja sampai di rumahnya. Ia keluar dari mobil yang di parkirkannya di garasi mobil. Kemudian dengan langkah cepat ia membuka pintu.
"Dari mana saja kamu? " tanya seseorang yang baru saja turun dari tangga.
Rangga melirik nya sebentar. Kemudian tanpa permisi ia melangkah melewati lelaki paru baya tersebut.
"Rangga!" bentak Johan ayah Rangga.
Rangga menghembuskan napas kesal. Bagaimana tidak kesal, ia menghindari lelaki yang ada di depannya ini.
Johan menaiki tangga dan berhadapan dengan Rangga yang saat ini pun menghadap ayahnya.
"Ayah tidak pernah mengajari kamu untuk tidak sopan sama orang yang lebih tua." Rangga menatap lelaki di depannya dengan tak suka.
"Saya juga tidak akan seperti ini jika anda menyadari kesalahan anda, " ucap Rangga lalu berbalik dan menuju kamarnya.
"Ada apa ribut-ribut mas? " tanya Raina keluar dari kamarnya.
Johan menarik napasnya kasar, ia paham betul mengapa Rangga seperti itu. "tidak ada apa-apa sayang, " ucapnya mengusap pelan rambut Raina.
"Maafkan aku mas. " Raina menatap manik lelaki itu, Ia mengerti akan kondisi suaminya ini.
****
Lany menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya. Dia sudah sampai satu jam yang lalu, namun ia harus memasak dan membuatnya kini sangat kelelahan.Ia mengambil ponsel yang ada di atas nakas dan mengetik sesuatu kemudian menelfon seseorang.
"Halo selamat malam, " Sapa nya lembut. "Ah baik, besok saya akan pikirkan lagi pak, Terima kasih. " lanjutnya menutup telfon.
Ia menatap bingkai yang ditaruh di nakasnya, sebutir bening kristal jatuh dari pipi gadis itu. Ia segera menghapus air matanya dan mengambil tersebut.
"Bund, seandainya bunda tahu, setelah bunda pergi, Lany jadi sengsara. Ayah tak pernah peduli tentang Lany, yang ayah tahu Lany hidup tenang bersama mak Lampir itu, ternyata lany kesusahan bund. Tapi Lany janji, Lany tak akan membiarkan mereka merebut harta ayah. Mungkin Lany tak tinggal di rumah, tapi suatu saat Lany jamin, mereka akan meninggalkan rumah kita. ucapnya mantap.
Ia mengusap dan mencium seorang wanita yang tersenyum lebar menatap sang anak yang memakai baju putih biru. Kemudian ia menari kembali foto tersebut ke tempatnya semula.
"Apa gua harus kembali ke rumah? tapi enggak mungkin, mak lampir itu bakal cari gara-gara sama gua. Apalagi anaknya." gumam Lany kesal.
Ia terlihat gelisah, kini ia mengacak rambutnya kesal. "Auh ah, mending tidur aja, siapa tahu besok gua dapat ide buat balik" ucapnya langsung merebahkan tubuhnya untuk tidur.
Lany bukan anak manja, walau terlahir dari keluarga terpandang, ia harus mandiri. Penampilannya yang sederhana membuat teman-temannya menyukainya namun, ia harus menyembunyikan identitasnya. Entah alasannya apa, tapi hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Dia pun bersekolah bukan di sekolah elit, ia lebih suka sekolah yang sederhana tapi kualitas yang bagus. Berbeda dengan saudari tirinya yang lebih memilih bersekolah di sekolahan elit. Memang bukan keinginan ayah atau pun ibu tirinya. Lany lah yang memintanya, entah mengapa ia terlihat nyaman di sekolahnya itu.
Pernah sekali ia diminta oleh ayahnya untuk pindah ke sekolah saudari tirinya. Namun, Lany menolak mentah-mentah dengan alasan ia sudah nyaman dan tak mau pindah.
Padahal niat ayahnya itu baik, agar Lany mendapat pendidikan yang layak dan baik sekalian tak perlu repot untuk mengantar mereka.
Namun Lany tetap dengan pendiriannya. Setelah ayahnya berangkat ke Jerman, Lany sering diganggu oleh ibu tiri dan saudari tirinya itu. Itu sebabnya ia lebih memilih tinggal di apartement sekalian kerja part time. Memang merepotkan bukan.
Tapi itulah hidup. Melelahkan, tapi ia tak tahu harus bagaimana lagi, Satu-satunya jalan, ia harus menghadapinya.
TBC
Jangan lupa, coment ya guys 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont Leave Me (ON GOING)
Teen FictionBenci dan cinta itu beda-beda tipis. Namun apa jadinya jika sudah cinta tapi harus saling melupakan. Ini kisah seorang Lany, bukan gadis yang spesial namun kisahnya sungguh spesial. Pertemuan pertama mereka yang membuat keduanya saling membenci sat...