Aji - Kereta

34 4 0
                                    


Perhatikan jalur dua, jalur dua dari arah timur akan segera masuk kereta api malioboro ekspress dengan tujuan akhir Yogyakarta...


Suara petugas stasiun kereta api Malang merambat halus ke telingaku. Aku berdiri dari kursi tunggu, bermaksud mengantri untuk masuk ke bagian dalam stasiun. Antrian masuk sekarang sudah cukup sepi, mungkin orang-orang lebih memilih menunggu di bagian dalam stasiun. Tak apa, lebih mudah bagiku untuk masuk tanpa repot berdiri mengantri panjang. Kursiku kali ini tepat di sebelah jendela, tidak masalah, meski ini perjalanan malam hari aku tetap menyukai posisi ini.


Kursi-kursi dalam gerbong delapan sudah mulai penuh. Ku lirik jam di pergelangan tanganku, pukul 8.10. Sesuai jadwal, kereta akan berangkat tiga puluh menit lagi, namun kursi di sebelahku masih kosong. Mungkin saja penumpangnya akan ada dari stasiun lain. Sejujurnya aku tidak peduli. Perjalanan ini akan melelahkan, jadi lebih baik aku pasang headset sekarang dan mulai shuffle playlist spotifyku.


Kesadaranku mulai hilang saat tiba-tiba aku merasa ada seseorang dengan sangat tidak tenangnya duduk di sebelahku hingga memaksaku terbangun.


Laki-laki, mungkin seusiaku, rambutnya hitam lebat tapi terlihat sedikit lepek akibat keringat. Tubuhnya dibalut hoodie putih polos ditambah jaket hitam biru malam. Napasnya masih belum normal. Aku pikir dia habis berlari, saat ku lihat jam yang menunjukkan pukul 8.30, aku yakin dia nyaris ketinggalan kereta.


Aku menyodorkan air minum milikku dan langsung disambarnya. Beruntung dia cukup tahu diri dengan tidak menghabiskan air minum persediaan selama tujuh jam itu. Saat dia mengembalikan botol minumku, pupilnya jelas membesar, terkejut. Aku tidak tau bagaimana kondisi wajahku yang setengah mengantuk ini bisa membuatnya sampai terkejut. Setelah dia mengucap terima kasih, aku putuskan untuk membiarkannya menormalkan napas. Aku lelah. Aku akan tidur.


Udara dingin dalam kereta membangunkanku. Aku pikir satu jaket saja cukup, ternyata malam hari dan ac kereta bukan perpaduan yang baik untukku yang lemah dengan suhu dingin ini. Setelah mengumpulkan kesadaran lalu minum, ku pikir aku tidak akan sanggup melanjutkan tidur dengan kondisi sedingin ini. Mencoba tetap terjaga mungkin lebih baik untuk menghangatkan tubuh.


"Hai?", suara laki-laki. Aku menoleh kaget. Ku pikir dia juga tertidur. Sekarang masih jam dua pagi, masih sekitar dua jam lagi untuk sampai ke Jogja.


"Oh, hai", hanya jawaban super canggung yang bisa keluar. Memangnya jawaban macam apa yang diharapkan dari orang baru bangun tidur?


Kemudian diam. Tidak ada kata. Aku bukan tipe orang yang dengan mudah membangun obrolan dengan orang yang pertama ku temui, tapi membiarkan suasana ini tanpa topik juga tidak nyaman. Kalau sejak awal dia tidak menyapa pasti tidak akan jadi secanggung ini. Aku jadi bisa tenang memandang gelapnya malam di luar jendela.


Atau, apa mungkin, dia sedang berpikir harus berkata apa lagi setelah hai. Bisa jadi dia bingung. Beberapa waktu lalu sedang ramai di jagad aplikasi burung biru gendut tentang topik-topik umum yang sebaiknya tidak ditanyakan saat pertama bertemu.


Aku tertawa kecil, tidak mungkin dia memikirkan larangan random itu dan tiba-tiba bertanya, lo nonton Tower of God ga? atau lo pilih Close atau Alien? atau yang lebih random lagi, lo pikir dunia ini ideal ga?. Sangat absurd untuk percakapan antar stranger pada dini hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secarik Kisah Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang