Bayu - 14 Maret

179 24 37
                                    

Bayu tersenyum puas memperhatikan agenda perayaan hubungannya dengan Diva, perempuan cantik yang dikenalnya saat konser band Enam Hari dua tahun lalu. Mengingat tahun lalu sang pacar menyusun agenda seminggu penuh untuk perayaan mereka, kali ini giliran Bayu. Tidak seperti sebelumnya saat mereka sama-sama masih pegawai baru yang tidak terlalu sibuk, tahun ini Bayu terpaksa meringkas agenda istimewanya menjadi satu hari mengingat betapa padat jadwal keduanya. Maka sore ini, setelah menjemput Diva dari rumah sakit tempatnya bekerja, Bayu mulai melaksanakan agendanya. 

"Selamat sore mbak, tujuannya ke Jl. Mawar No. 0325 benar?" sapa Bayu saat Diva selesai memasang seatbeltnya.

"Benar mas, tolong cepat ya saya ada janji sama pacar saya" kata Diva, lalu keduanya tertawa bersamaan.

"Pacarnya ganteng mbak? Kayaknya masih gantengan saya ya" lanjut Bayu lagi

"Ya ganteng pacar saya mas, kalau masnya mau lihat pacar saya coba masnya lihat kaca spion biar kenalan" sahut Diva.

Bayu terkekeh lalu mengusak lembut rambut pacarnya. Obrolan mengalir sepanjang perjalanan mereka menuju rumah Diva, tentang pasien mbak pacar yang menunjukkan kesembuhan, tentang mahasiswa Bayu yang mulai kehilangan semangat di pertengahan semester, larut hingga kebucinan Ino dan galaunya Haris yang dihubungi mantan pacar juga tidak luput menemani sore ini.

Sambil menunggu Diva bersiap, Bayu ikut masuk dan mengobrol bersama Ayah. Tentu ini bukan kali pertama Bayu bertemu orang tua sang pujaan, ayah bahkan sampai hafal suara mobil Bayu yang kerap mengantar putrinya pulang.

Diva keluar kamar dibalut celana jins dan hoodie kesayangan yang ukurannya mampu menenggelamkan tubuh mungilnya. Kata Bayu, Diva harus tetap hangat malam ini. Dia tidak ingin menduga-duga kencan kali ini akan dibawa kemana, hanya saja dia sudah percaya apa yang dikatakan Bayu pasti sudah dipertimbangkan jadi tidak masalah kencan dengan hoodie, toh ini Bayu, lelaki yang seringkali melihat wajah polos dan rambut berantakannya setiap sabtu pagi kala ia dijemput untuk pergi lari pagi.

Perjalanan menuju entah kemana ini ditemani playlist andalan Bayu, lagu-lagu dengan melodi ramah memanjakan telinga mereka. Tangan kanan Bayu memegang kemudi sementara tangan kirinya setia menggenggam tangan sang pacar sambil ikut bersenandung mengikuti lagu yang diputar. Diva sesekali mengusap punggung tangan Bayu dengan ibu jarinya. Satu momen kecil yang tidak pernah absen dalam kisah kebersamaan mereka.

Range Rover putih milik Bayu perlahan menepi di sisi jalan dengan pedagang kaki lima berjejer panjang. Kawasan ini dekat kampus mereka, jadi bukan tidak mungkin Bayu akan bertemu satu dua mahasiswanya yang barangkali juga akan menyantap makan malam. Diva yang sadar pemberhentian mereka langsung semangat menatap penjual nasi goreng favoritnya. Pintu disebelahnya terbuka, menampakkan sosok Bayu sedang memamerkan lesung pipi kesukaan Diva. Perempuan itu menggenggam tangan Bayu lalu menggiringnya menuju gerobak nasi goreng tadi.

"Malam Pak, yang biasa dua ya Pak" ucap perempuan itu ramah.

Penjual nasi goreng yang dipanggil pak tadi menoleh memperhatikan keduanya, melempar senyum lalu mengangguk.

"Satu pedas gak pake telur, satu gak pedas telurnya dua, kerupuknya yang banyak, dua es jeruk, bener neng?" katanya memastikan pesanan Diva yang dibalas acungan empat jempol Diva dan Bayu. Keduanya lantas mengambil duduk agak dalam, tepat di meja biasanya mereka duduk.

"Bapaknya hebat banget ya Bay, bisa hafal gitu pesanan kita"

"Kamu kan paling rajin sapa si bapak, sayang" ucap Bayu sambil memainkan jemari pacarnya yang menganggur di atas meja. "Halo Pak, Malam Pak, Apa kabar Pak" lanjutnya menirukan kebiasaan Diva, yang dibalas cubitan kecil ditangan Bayu. Bayu mengaduh, pura-pura lebih tepatnya.

Secarik Kisah Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang