BUKAN sebuah rahasia lagi, bahwa Castela sering mendapat perlakuan tidak baik. Ia tidak memiliki pilihan, selain menuruti keinginan orangtuanya. Wataknya yang selalu menutup diri dari orang-orang. Membuatnya terbiasa dengan tindakan yang sebenarnya tidak bisa ditoleran. Hal yang sangat menghantuinya adalah tidak bisa melawan orang-orang yang menindasnya.
Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Gadis itu mengira dengan hari pertama diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya, hidup sukacita menyambut dirinya. Akan tetapi, yang terjadi justru buruk dari bayangannya. Tavisha dan Dreksa-- adalah orangtua barunya yang mengadopsinya tiga bulan lalu. Mereka sekalipun tidak pernah menaruh rasa peduli padanya, dari awal mereka hanya bertujuan untuk mengambil alih warisannya yang bernilai sangat besar.
''Castela! Bangun, sudah siang! Jangan enak-enak saja. Dasar anak tidak tahu diri!''
Kelopak mata Castela langsung terbuka sempurna saat mendengar teriakan Tavisha. Pupil matanya langsung tertuju pada atap rumah. Tenggorokannya terasa tercekat, sudah dipastikan terlalu lama menghirup udara lembab. Bukan berarti orangtua barunya menempatkan dirinya di kamar dengan kasur yang nyaman maupun fasilitas lengkap. Tetapi yang terjadi sebaliknya, ia ditempatkan di ruangan berukuran kecil yang hanya bisa menampung kasur tipis sebagai tempat tidur. Bukan hanya sekali dia membersihkan ruangannya, hanya saja kondisi ruang yang begitu jauh dari cahaya membuatnya cepat berdebu.
Lebih-lebih tempat ini seharusnya di gunakan sebagai gudang. Ia persis di pandang seperti hewan liar. Kadang miris dengan dirinya, lebih baik jika ia tetap berada di panti asuhan dulu. Tentu saja, jika dia diberi pilihan tersebut. Akan ia gunakan sebaik-baiknya. Karena, hanya tempat itu yang bisa menerima kehadirannya dengan tangan terbuka.
Tanpa berlama-lama, Castela bergegas membersihkan tubuhnya dan turun kebawah. Sebab, ruangan yang selama ini menjadi kamarnya berada di loteng. Jadi cukup memakan waktu untuk sampai kelantai dasar dikarenakan rumah ini berlantai dua.
Tavisha baru saja selesai merias kukunya, melirik sinis pada Castela yang menuju wastafel. "Memang anak manja. Baru segitu saja sudah harus diteriakin dulu," cibirnya sinis.
Castela memilih diam sembari menghela napas. Memang benar, ia tak punya keberanian untuk melawan. Sekadar menyuarakan keinginan saja, nyalinya tidak cukup.
Setidaknya Castela masih bersyukur diberi makan oleh mereka. Walau sebatas diberi nasi dan air minum saja. Karena itu juga, berat tubuhnya turun drastis daripada saat masih berada di panti.
''Kenapa melamun begitu?! Kerja yang benar, jangan sampai aku tidak memberimu makan lagi." Tavisha dengan sengaja meletakkan piring tambahan. Genangan air memupuk di kedua mata gadis itu. Ia cukup—ralat, sangat lelah menuruti semua perintah Tavisha yang menjadikannya pesuruh.
''Cepat selesaikan tugasmu, dan cuci semua pakaian ini sampai bersih. Jangan sampai kau pergi sebelum semuanya selesai, atau kau akan tau akibatnya.'' Lagi dan lagi Castela diperintah melakukan pekerjaan. Sejujurnya, sejak Castela diadopsi, Tavisha tidak pernah lagi melakukan tugas selayaknya istri dan ibu. Ia memanfaatkan kehadiran Castela dengan menyuruhnya menyelesaikan semua pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Kingdom
Fantasy[Fantasy - Romance] Terbawa ke dunia yang sangat berbeda jauh dari tempatnya berasal. Castela harus dihadapi banyak rintangan. Salah satunya, bertemu dengan Pangeran dari Kerajaan yang letaknya jauh tersembunyi. Banyak mahkluk yang menjadi legenda s...