BAB 1 - RETAK

50 9 11
                                    

"Makanya kalo lemah jangan berani jatuh cinta!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makanya kalo lemah jangan berani jatuh cinta!"

•••

"AWHHHHH! WOY SIAPA NIH YANG NIMPUK PALA GUE PAKE PLANET!!!!" Teriak seorang gadis manis dengan pita biru yang terlihat mencolok di bawah sinar mentari pagi.

"Itu bola. Bukan planet."

Astaga.

Suara itu, suara berat yang terlalu familiar di telinga seorang Farasya Sastrawita. Gadis cantik dengan tatapan teduh yang memikat, dan jangan lupakan pita biru yang selalu berteger manis di kepalanya. Katanya, Fara tanpa pita biru itu bagai sayur tanpa garam, hambar.

"Eh, Nathan. Aa-aanuu itu sorry ya tadi gue gak sengaja bentak lo," ujar Fara dengan suara kalem yang dibuat-buat.

"Gapapa. Gue yang harusnya minta maaf karena gak sengaja nimpuk lo."

Astaga. Lihatlah ciptaan Tuhan yang satu ini, terpampang jelas dengan keringat yang mengalir di wajahnya, membuatnya semakin terlihat sexy dan tampan secara bersamaan.

"Eeeeeehhh gapapa kok, suer deh gapapa," sanggah Fara dengan muka cengengesan.

Katakanlah Fara munafik, karena memang itulah ia ketika berhadapan dengan Nathanial Arsenio Xaviero. Nath panggilannya. Laki-laki tampan dengan tubuh tegak, alis tebal, bulu mata lentik serta rahang tegas yang terukir indah. Satu kata yang menggambarkan Nath dimata Fara. SEMPURNA.

"WOY NATH! cepetan bawa tuh bola!" Seru Arga dari lapangan.

"CK, Iya!" gerutu Nath sambil berjalan kearah Arga. Tak lupa sebelumnya ia tersenyum manis kepada Fara dan berkata.

"Lo lucu." Hanya dua kata, tapi sanggup membuat seorang Fara terdiam cukup lama.

"OMG! AJENGGGGGGGGG!!" heboh Fara sambil berteriak histeris merangkul sahabatnya. Ajeng Dwi Arini.

"DIEM MULUT LO BAU JIGONG!" tegur Ajeng sambil menyeret sahabat absurd nya itu menuju kelas.

•••

Suasana kantin SMA Amerta pada jam istirahat kali ini terlihat lebih sengang dari biasanya. Membuat kedua gadis yang sedang berjalan menuju kantin mengernyit bingung.

"Kok tumben nih kantin sepi?! Apa warga Amerta pada diculik mimi peri kali ya jeng??" heboh Fara dengan muka panik.

"Ngawur!" Celetuk Ajeng sambil menoyor kepala Fara.

"Sakit bego!"

"BODOAMAT," Seru Ajeng berjalan mendahului Fara.

Belum sempat Fara mensejajarkan langkahnya dengan Ajeng, Nonok teman sekelasnya menarik lengan Fara dengan tergesa-gesa.

"WOY NOK, LO KIRA-KIRA DONG KALO NARIK! NTAR KALO GUE NYUNGSEP, MAU TANGGUNG JAWAB LO?!"

"Woah santai dong Far. Gue bawa bad news nih buat lo."

"Apa?! Cepet. Kalo gak penting gue pergi nih!" sungut Fara sambil berlalu meninggalkan Nonok yang terlihat sedang ragu.

"Nath nembak Anggun di lapangan."

Deg!

Seluruh tubuh Fara mendadak beku, nafasnya tercekat, bibirnya kelu. Ada kekosongan yang hadir setelah mendengar apa yang Nonok sampaikan. Beberapa kata, namun berdampak hebat bagi seorang Farasya Sastrawita.

"Nath nembak Anggun dilapangan."

"Nath nembak Anggun dilapangan."

"Nath nembak Anggun dilapangan."

Kalimat itu terus berputar layaknya kaset rusak yang mengiringi langkahnya menuju lapangan.

Dengan tubuh bergetar hebat Fara menatap nanar pemandangan didepan sana, tepatnya ditengah lapangan Amerta, terlihat seorang laki-laki tengah berlutut sambil memegang sebuket bunga mawar di depan seorang gadis dengan lesung pipi yang terlihat jelas ditengah senyumnya. Anggun Ananditha Fabiolla, primadona SMA Amerta. Gadis Pujaan hati Nathanial Arsenio Xaviero, pemilik hati Farasya Sastrawita.

"Terima! terima! terima!"

"Terima! terima! terima!"

"Terima! terima! terima!"

Sorakan-sorakan riuh penghuni Amerta, menjadi bukti bahwa seluruh jagat raya turut berbahagia.

poor fara.

•••

Hayo gimana feel untuk part pertama ini?!!

Semoga suka yaa sama part ini! Dan maaf untuk setiap kekurangan yang tidak disadari hehe.

Sampai jumpa di part berikutnya! JANGAN LUPA VOTE, KOMEN N SHARE YA GENGS!!

love.

Salar de Tunupa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang