BAB II

11 2 0
                                    

Yuza menaruh nia hati-hati di ranjang uks. Segera ia memanggil dokter yang selalu bertugas mengawasi uks setiap hari, yuza berusaha tenang tak menunjukkan kekhawatirannya.

Hingga nia di katakan baik-baik saja barulah yuza memasuki kelas yang akan di ajar olehnya. Namun ia kehilangan fokusnya memikirkan keadaan nia yang sedang sakit.

Jadilah ia memberikan tugas untuk muridnya lalu keluar kelas menghirup udara segar, matanya menatap ke sekeliling hingga jatuh pada seseorang duduk di bawah pohon.

Nia terus saja memegangi kepalanya yang terasa pusing hingga sebotol air minum di hadapkan kepadanya, kepalanya tertoleh ke samping dan menemukan pak yuza yang memberikannya minum.

"Kamu uda gak papa?" Tanya yuza.

"Uda agak mendingan kok pak." Jawabnya.

"Kenapa kamu kok lari-lari keliling lapangan." Heran yuza.

"Saya telat pak bangun kesiangan." Ujar nia.

"Bentar lagi pasti ada yang bangunin kamu biar gak telat." Ambigu yuza.

"Maksud bapak?" Tanya nia tak paham.

"Eh, gak papa yauda saya ke kelas dulu. Kamu juga ke kelas sana." Ucap yuza melenggang pergi.

Entah lah kata ambigu dari yuza membuatnya tambah sakit kepala namun ia tak bisa terus berleha-leha karena prestasinya akan menurun bila tak belajar.

Walau dengan tertatih-tatih ia berjalan ia tetap berusaha, sedangkan yuza melihat nia yang tertatih-tatih membuatnya ingin menolong namun terhalang halal.

Dengan tekat yang kuat akhirnya yuza akan bertaaruf dengan nia perasaan ini semakin dalam ia tak mau terjerumus dosa lebih dalam hingga ia harus cepat-cepat menghalalkan nia.

Pulang dari sekolah yuza dengan tergesa-gesa menghampiri bundanya yang tengah mengaji di taman belakang rumah membuat bundanya terkejut dengan teriakan yuza.

"Ada apa nak?" Tanya bunda yuza setelah menutup al-qur'annya.

"Bunda. Yuza ingin bertaaruf dengan seseorang". Ucap yuza mantap.

"Siapa dia nak?" Tanya bundanya heran pasalnya anaknya tak pernah bercerita dekat dengan siapa.

"Dengan salah satu murid yuza bun". Ucap yuza tertunduk.

"Astagfirullah. Kamu yakin nak?" Tanya bunda.

"Yakin bun. Tolong restui yuza bun". Ucapnya dengan tenang.

Bunda tersenyum lalu menanggukakn kepalanya ia tak pernah mementingkan pilihan putranya asalkan putranya bahagia ia pun bahagia.

Lagi pula ia yakin putranya tak asal memilih ia pasti sudah mengenal muridnya tersebut. Walaupun usia mereka terlihat jauh namun cinta dari allah pasti mendekatkan mereka.

****

Di sinilah yuza beserta bundanya berdiri di sebuah rumah sederhana namun terlihat nyaman di tempati. Yuza mengucapkan salam dan terlihat ibu paruh baya membukanya.

Ibu nia terlihat kaget kedatangan seorang pria dan wanita ke rumahnya  apalagi mendengar nia baik dari pria tersebut ia mentaaruf anak gadisnya membuatnya was-was.

Namun berbeda dengan ayah nia yang terlihat tersenyum akan kedatangan pria ini.

"Bu panggilkan nia suruh turun." Tegas ayahnya nia.

Ibu nia pun beranjak dari kursi berjalan agak gontai ke arah kamar anak gadisnya,pinyu kamar terbuka menampilkan nia tengah belajar dengan giat.

"Nak ada yang mau ketemu kamu." Ucap ibu nia sedih.

gadis bermukenah merahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang