BAB III

3 0 0
                                    

Setelah yuza mengganti baju ia berjalan menuju ruang makan yang9 sudah di isi oleh nia dan sina melihat nia dan sina tertawa membuat hati yuza bahagia.

"Silahkan di makan pak?." Nia menyodorkan semangkok soto yang asapnya masih mengepul.

Tak ada suara apa pun hingga tak sengaja nia menyenggol mangkok sotonya hingga kuah yang masih panas itu mengenai kakinya. Sina dan yuza panik, sina membawa nia ke ruang tamu.

Sementara itu yuza mengambil kotak obat dan menyerahkannya kepada sina lalu kembali lagi membersihkan soto yang tumpah tadi.

Setelah membalut luka nia sina mengembalikan kotak obat. Yuza tak bisa menyembunyikan ke khawatirannya membuatnya ingin menyentuh nia namun harus ada batasan yang ia belum bisa lewati.

"Yakin gak perlu ke rumah sakit?." Tanya yuza.

Nia hanya menggelengkan kepala sudah sekian kalinya yuza menanyakan hal itu membuat nia tersenyum senang karena yuza memperhatikannya.

Ponsel nia berbunyi ada panggulan masuk ia mengernyitkan dahi mengetahui nomer tersebut baru. Dengan mengucapkan salam ia mengangkat telepon tersebut.

Hingga nia menjatuhkan ponsel tersebut dan jatuh terduduk membuat yuza mengambil ponsel tersebut, mendengar kabar tersebut yuza langsung memanggil sina.

Sina sangat terkejut mendengar suara teriakan kakaknya dengan berlari kecil sina menghampiri mereka nampak nia duduk sambil mengucurkan air mata.

Belum usai bertanya yuza segera menyuruh sina membantu nia untuk berjalan ke mobil. Selama perjalanan di mobil sina sangat khawatir apalagi dengan kondisi nia yang menangis dan yuza yang mengendarai mobil dengan cepat.

Sampai di rumah sakit nia langsung berlari masuk di ikuti oleh yuza dan sina. Hingga sampailah mereka di depan ruang IGD.

Sina terus menguatkan nia dengan cara memeluknya atau membisikkan kata-kata penguat. Tak lama bunda yuza menghampiri mereka dengan wajah yang tak kalah panik.

Dokter keluar dan memberitahukan bawa kondisi kedua orang tua nia baik-baik saja membuat semua orang lega terutama nia, ia langsung bersujud syukur.

Nia terus menggenggam tangan ibu dan ayahnya mereka di rawat di ruangan yang sama atas permintaan nia. Mendengar kedua orang tuanya kecelakaan membuat seluruh penopang di hidup nia seperti di cabut paksa.

Sina sudah pulang dari tadi tinggallah bunda dan yuza yang berada di kamar rawat inap tersebut. Bunda menghampiri nia dan memeluknya erat lalu ia pamit pulang.

Yuza tak ingin pulang ia tetap akan menemani calon istrinya ini dan memastikan keadaan calon mertuanya baik-baik saja.

Malam telah larut namun nia tak beranjak sedikitun dari sisi kedua orang tuanya seakan-akan nia tak akan melihat lagi kedua orang tuanya lagi besok.

Keesokan harinya keadaan kedua orang tuanya nia masih belum sadar membuat nia tambah cemas, namun gerakan jari-jari tangan kedua orang tuanya bergerak membuatnya senang.

Begitu pula yuza yang tak pulang semalaman. Ia juga sudah memonta ijin kepada sekolah atas ketidak haduran nia dan dirinya sekolah, pihak sekolah sungguh prihatin dan akan menjenguk nanti.

Kedua orang tuanya nia telah sadar membuat nia mengucap syukur berulang kali. Yuza sedang mencari sarapan untuk dirinya dan nia.

Tadinya ia berfikir untuk sarapan bareng di kantin namun nia sama sekali tak mau beranjak dari kedua orang tuanya.

Yuza sangat bersyukur dengan ke adaan orang tua nia yang membaik. Hingga sampai rumah bundanya terus memberondongnya dengan segala pertanyaan.

Hingga membuatnya pusing belum tidur semalaman di tambah lagi pertanyaan bundanya yang sangat banyak dengan ucapan sedikit lebut ia berkata semua baik-baik saja.

gadis bermukenah merahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang