Aku sudah duduk di sebuah warung di area Telaga Putri di pagi ini. Melihat Ndaru dan Putri yang sedang melahap sate kelinci di depanku. Secangkir teh hangat lumayan melegakan tenggorokanku. Setusuk Sate diarahkan Putri kepadaku berharap aku mau ikut menikmati yang mereka makan. Aku cuma menggelengkan kepalaku karena memang aku sedang tak selera untuk makan kali ini.
Seteguk lagi kutelan air teh dari cangkirnya. Aku merasa kecewa dengan diriku sendiri kali ini. Entah kenapa semalam aku lagi-lagi tak mampu mengendalikan diri untuk tetap melanjutkan scene yang sebenarnya sudah sangat kami persiapkan. Kekecewaan itu sedikit terobati karena melihat dua wanita yang kini ada dihadapanku malah jadi cukup akrab dan malah terlihat seperti sepasang kakak beradik. Udara pagi pegunungan sedikit menyegarkan pikiranku. Dengan tarikan napas panjang kuhirup semampuku segenap oksigen yang ada disekitarku. Putri dan Ndaru bengong melihat tingkahku kali ini. Kulempar senyuman ke mereka berdua dan beranjak dari kursiku.
"Kita kepagian sampe kesini, setengah jam lagi baru buka tiketnya..." ujarku sambil berjalan menuju ujung warung untuk meraih sebuah gitar yang tergeletak di sana. "Kulo ngampil nggih pak" celetukku ke pemilik warung mencoba meminjam gitar.
"Oh monggo mas," jawab pemilik warung mempersilahkan.
Kumainkan jemariku menggetarkan dawai-dawai gitar, merangkai nada-nada mengalunkan alunan musik yang tak bersyair. Kulihat Putri memperhatikanku sembari mengunyah satenya. Perlahan dia mendekatiku dan duduk bersimpuh di depanku. Entah kenapa Putri begitu memperhatikanku semenjak pagi tadi. Dia yang memelukku dari belakang waktu kami tidur, walaupun aku lebih memilih untuk memeluk Ndaru. Dia yang menyiapkan secangkir teh hangat begitu aku terbangun dari tidurku, dia pula yang menyiapkan baju gantiku, bahkan dia ikut masuk menemaniku mandi dan menggosokkan sabun ke punggungku. Sedangkan Ndaru? Dia bahkan masih lelap dalam tidurnya waktu kami selesai mandi, bahkan dia belum bangun waktu Putri memberiku servis paginya.
"Turun ke deket kolam aja dulu yuk, maenan ayunan aja di sana sambil nunggu tiketnya buka," tiba-tiba Ndaru menggandeng tanganku lalu berusaha menarikku untuk menuju tempat yang diinginkannya.
"Eh bentar bayar dulu," jawabku tegas sambil berusaha bertahan duduk sambil menaruh gitar yang kubawa. Ndaru sudah tak peduli dengan apa yang kuucapkan dan langsung ngeloyor turun menuju seberang kolam. Aku membayar semua yang kami nikmati lalu berjalan perlahan menyusul Ndaru yang sudah jauh di bawah. Tiba-tiba tanganku diraih Putri. Kami berjalan bergandengan menyusuri tangga menuju ke arah Ndaru yang sudah asyik bermain ayunan.
"Kok sepertinya ga kaya biasanya sih?" Tanya Putri padaku.
"Ga kaya biasanya gimana? emang ada yang salah ya sama gue?" kujawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain.
"Ya berasa aneh aja sih... ngga kaya prabu yang gue kenal aja... gara-gara dia kah?" tanyanya lagi sambil mukanya mengarah ke Ndaru yang masih asyik bermain ayunan.
"Atau gara-gara gue? Gue salah waktu kah datengnya?" imbuhnya lagi.
"Gue sendiri ga paham sih... gue ngerasa gagal aja... gue yang nantangin kalian tapi gue yang ga mampu menghandle semua ini... ngerasa kalah aja... bukan kalian yang salah kok" jawabku sambil menatap kosong ke arah kolam.
"Mungkin bukan kali ini... mungkin skenario double sub ini akan berguna suatu saat nanti..." lanjutku.
"Smangatttt!!! Prabu yang gue kenal tu energik kok... semangat orangnya," Putri menyemangatiku lalu tiba-tiba mencium bibirku sambil memberiku pelukan hangat. Ulahnya ini membuatku tersenyum. Tanpa kami sadari Ndaru berlari menghambur menghampiri kami lalu memelukku dari belakang. Coba bayangkan kalo kami dilihat orang lain dari kejauhan. Satu lelaki dipeluk dua wanita hahaha. Ya... mungkin memang bukan kali ini... tapi suatu saat nanti akan ku ulang scenario double sub ini entah bersama mereka atau tidak.
"Ini pelukan ada apa sih?" tiba-tiba Ndaru meluncurkan pertanyaan yang membuatku dan Putri terbahak.
"Ga paham kok ikut pelukan lho," ejek Putri ke Ndaru sambil masih terkekeh.
"Biarinnn," jawab Ndaru sewot tapi masih terus memelukku.
"Udah udah. Ini kita masih mau masuk ke Telaga Putri atau mau cabut aja ni? Boring gue nungguin buka," tanyaku ke mereka berdua.
"Yaudah sih cabut aja, udah kenyang ini. Mau kemana kita? Balik ngamar lagi atau jalan-jalan?" Tanya Ndaru.
"Gue masuk siang hari ini. Balik aja ke hotel. Gue mau tidur dulu sebelum ngantor," jawabku.
"Oke fiks ayo balik, tar gue yg kelonin," jawab Putri sambil tersenyum.
"Eh mana ada, gue yang kelonin lah," lagi-lagi Ndaru sewot.
"Udah ayo balik dulu," leraiku sambil menarik tangan mereka berdua menuju mobil. Akhirnya mobil kami mengarah kembali menuju ke kota. Perjalanan kami terbilang cepat karena memang ini masih pagi dan jalanan belum begitu macet. Sebelum masuk ke hotel, Ndaru menyempatkan untuk berhenti membeli nasi gudeg untukku yang memang belum sarapan walaupun aku masih bisa sarapan di hotel karena memang kamar yang disewa Ndaru sepaket dengan sarapan. Begitu sampai kamar aku langsung melemparkan diri ke tempat tidur
dan akhirnya setelah sekian purnama akhirnya bisa apdet lagi yang sebelah sini... mohon maaf karena amat sangat lama sekali banget untuk update yang sebelah sini. semoga masih bisa untuk dinikmati dan terimakasih untuk semua dukungannya ya. untuk kali ini langsung update 2 part sekalian
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PRABU
RandomAku Prabu... tiga jiwa yang terkunci dalam satu raga... sebuah perjalanan panjang yang membawaku kepada titik ini.. jalan panjang penuh kelokan.. jalan ini hanya untukku.. dalam kegelapan aku bersembunyi