MOOD

1.9K 58 8
                                    

Tiba-tiba Ndaru memberontak. Ditendangnya Putri hingga tersungkur terjerembab. Secara tidak sengaja Putri melakukan hal yang sangat dibenci oleh Ndaru, rimming. Putri kembali bangkit dan mencoba kembali ke posisi awal tapi lagi-lagi menendangnya lalu menyilangkan kakinya.

"Hei hei hei, what wrong girl?" tanyaku kepada Ndaru sembari menahan Putri agar tidak mendekat ke selangkangan Ndaru lagi. Lalu Ndaru mengomel dengan suara yang tidak terlalu jelas karena mulutnya penuh dengan kain.

"Pelan-pelan... dia salah jilat?" tanyaku. Ndaru mengangguk mengiyakan. "Jadi dia harus dihukum ya?" sambungku sambil menjambak rambut Putri. Kali ini Ndaru menggelengkan kepalanya.

"Bukannya yang salah harus dihukum?" tanyaku lagi. Ndaru tetap menggelengkan kepalanya. Aku tau dia menginginkan punishment. Dia tidak rela kalau Putri dapat punishment lebih dulu.

"Kan dia bikin salah? Dia kan yang harus dihukum?" tanyaku lagi sambil mendekatkan wajah Putri ke Ndaru. Ndaru masih terus menggelengkan kepalanya.

"Terus siapa yang harus dihukum? Kamu?"

Kali ini Ndaru mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku tersenyum kecil lalu mengarahkan wajah Putri kepadaku.

"Masih beruntung Ndaru masih melindungimu... tapi aku tetap akan menghukummu. Kalian berdua berbagi hukuman yang sama."

Aku beranjak dari mereka dan masuk ke kamar mandi lalu mengisi bathub. Begitu penuh lalu kubawa Putri masuk ke kamar mandi.

"Jangan melakukan hal itu lagi! Anal adalah salah satu limit kami yang harus kamu ingat!"

Putri nampak tegang dan mengangguk pelan mendengar ucapanku. Tanpa aba-aba, kubenamkan kepalanya ke bathub dan kutahan kepalanya tetap didalam air selama beberapa detik. Kuulangi itu beberapa kali.

"Kapok?" tanyaku pelan tanpa ekspresi. Putri menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaanku. Kutuntun dia msuk kedalam bathub dan menyuruhnya untuk berendam. Kini giliran Ndaru yang kubawa masuk ke dalam kamar mandi.

"Minta dihukum juga kan?"

Ndaru menganggukkan kepalanya dan tanpa aba-aba pula kulakukan hal yang sama kepada Ndaru.

Setelah berkali-kali kubenamkan kepalanya, kutuntun Ndaru untuk ikut masuk ke bathub juga. Satu persatu tali yang mengikat mereka ku lepas lalu meminta mereka berbagi ruang berendam dalam bathub.

"Kalian berdua cooling down dulu... mandi yang bersih berdua, kita lanjut lagi setelah makan" ujarku sambil menutup pintu kamar mandi dari luar. "Aku beli sate dulu diujung gang buat kita makan," sambungku lalu beranjak keluar dari hotel. Entah kenapa moodku tiba-tiba menghilang saat Ndaru mulai menendang Putri tadi. Segenap rasa penasaran dan hasrat yang ada dari kemarin entah tiba-tiba menghilang kemana. Kucoba mengembalikan mood ku perlahan dengan berjalan kaki menuju warung sate yang berada di ujung gang dekat hotel. Warung sate ujung gang ternyata sedang cukup ramai sehingga aku harus duduk agak lama untuk mengantri. Setelah agak lama aku duduk menunggu antrian kulihat dari kejauhan Ndaru dan Putri berjalan menyusulku. Akhirnya kuputuskan kami makan ditempat waktu itu.

"Are you okay?" tiba-tiba Putri melemparkan sebuah pertanyaan kepadaku. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman kecil. Putri dan Ndaru terlihat saling memandang dan akhirnya Ndaru menyambung pertanyaan Putri. "Yakin ga kenapa-kenapa? Ini ga kaya Prabu yang gue kenal dulu deh rasanya..."

"Gue gapapa kok... Cuma sedikit terdistrak aja... Istirahat sebentar pasti dah balik lagi kok," lagi-lagi aku mencoba berkilah dan menyematkan senyuman di akhir kalimat. Aku masih mencoba menata perlahan mood sambil mengunyah menu makan malam kami. Kami bertiga hanya terdiam tanpa sepatah katapun sambil saling memandangi sembari menghabiskan porsi sate yang ada dihadapan kami. Begitu semua selesai dengan makanan masing-masing segera kubayar makanan kami dan mengajak Ndaru dan Putri kembali ke hotel.

"Lepas semua sandalnya dan tempel duit ini di jidat dan ga boleh jatoh sampe masuk kamar!" perintahku begitu beranjak dari warung sate sambil memberikan selembar uang seribu ke setiap orang. Ndaru dan Putri saling pandang lalu muncul senyum kecil di bibir mereka.

"Yes sirr," jawab mereka hampir bersamaan lalu berjalan santai dengan menenteng sandal sambil menempelkan uang seribu di jidat.

hai epribadi... maaf apdetannya lama ya... terimakasih masih setia menunggu... tapi semua terus dalam progress kok... semoga yang berikutnya bisa lebih cepet apdetnya. terimakasih sudah mampir

AKU PRABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang