Sore ini aku mengarahkan besi tuaku menuju hotel tempat Ndaru menginap. Kemarin kami sepakat untuk memakai room Ndaru yang kami undi dengan suit. Segenap skenario memenuhi otakku. Entah kenapa ide yang begitu menarik kemarin malah berubah menjadi bebanku di sore ini. Untuk memenuhi kebutuhan seorang sub saja kadang harus muter otak dengan keras... nah ini 2 sekaligus.
Kulihat Putri ada di teras hotel duduk di kursi outdoor ketika aku sampai ke hotel. Bergegas dia berlari mendekat ke posisiku yang sedang memarkirkan si besi tua di samping hotel. Senyum manisnya tersungging dengan cantik. Ditangannya menggenggam kunci kamar Ndaru yang artinya mereka sudah mempersiapkan semuanya. Dia hanya mengenakan jumper yang sangat kedodoran dan sandal hotel dan bergegas untuk mengajakku masuk menuju kamar yang sudah mereka persiapkan.
"Selamat datang dom" ucap Putri mempersilahkanku untuk masuk begitu dia membuka pintu kamar. Diraihnya ransel yang kubawa dan dengan sedikit berlari dibawanya masuk ke dalam. Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam ruangan yang sudah mereka persiapkan. Ku tutup pintunya perlahan lalu tanganku menyentuh saklar lampu untuk membuat ruangan terang. Kulihat Ndaru sudah dalam posisi kneeling di sebelah tempat tidur menghadap ke arah balkon. Tangannya disilangkan ke belakang bersiap menantiku untuk menyentuhnya.
Baru langkah keduaku menempel ke lantai, Putri menghentikanku dan langsung duduk didepanku. Tanpa diminta dia melepas kedua sepatuku, lalu dengan tatapan polos dia menengadahkan mukanya memandangiku.
"Ayo kesana," ucapku sambil mengarahkan Putri untuk mendekat ke Ndaru. Bergegas Putri mendahuluiku dan mengambil posisi kneel di sebelah Ndaru. Aku melangkah perlahan lalu duduk di sofa yg ada di hadapan mereka. Kulihat ternyata Ndaru sudah menyiapkan beberapa helai bandana dan beberapa tools lain yang dia letakkan di depan tempatnya kneeling. Ku raih dagunya dengan telunjukku dan mengarahkan wajahnya untuk menghadapku.
"Selalu ada kejutan kecil ya..."
"Just for my dom" ucapnya sambil menyunggingkan senyuman manis. Kutarik tubuhnya mendekat dan memberikan sebuah ciuman yang dalam. Dia masih tetap sama... selalu mempersiapkan semuanya. Tiba-tiba Putri mengagetkanku yang sedang menikmati lidah Ndaru yang menari mesra didalam mulutku.
"Can I?" suara Putri pelan.
"Apa?... Mau?" tanyaku.
Putri mengangguk sambil tersenyum. Aku dan Ndaru saling bertukar pandang sejenak.
"Cium dia."
Kuarahkan Tubuh Ndaru ke Putri dan bibir mereka langsung saling bertaut. Sebuah pemandangan yang jarang kutemui tapi cukup menarik melihat dua wanita saling bercumbu di depanku. Mereka sungguh sangat menikmati momen itu.
"Oke stop!!! Cukup!!!
Gue kasih waktu satu menit, lepas semua pakaian lalu hadap ke tembok!!
Ini INSPEKSI!!! yang ga sesuai, KELUAR!! Bakalan nunggu DI LUAR!!!"
Mereka terburu-buru melepas semua pakaian begitu mendengar perintahku. Aku cuma duduk terdiam di sofa sambil melihat angka detik yang bergerak cepat di arlojiku. Aku mulai beranjak dari sofa begitu waktu yang kutentukan selesai. Dan dengan penggaris besi yang ku ambil dari dalam tas, kumulai inspeksi. kutelusuri setiap jengkal tubuh mereka. Aku benci bulu dan kupastikan di setiap mereka sudah bersih dari bulu selain bulu mata dan alis. Ku tepuk paha Putri supaya dia membuka selangkangannya lebar. Bekas garis merah muncul di kulit putihnya karena pukulan penggaris. Dia hanya menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa nyeri yang muncul. Kudengar tawa kecil Ndaru yang cukup sinis. Kuraih rambut Ndaru dan kutarik mendekat ke arahku.
"Kenapa ketawa?" tanyaku datar dan hanya dijawab dengan gelengan kepala. Masih kugenggam rambutnya dan itu membuat Ndaru mendongakkan kepalanya. Kujatuhkan penggaris kelantai yang membuat mereka berdua tersentak kaget karena suaranya.
"Pilih warna apa?" suaraku masih tetap datar.
"w... warnaa... a... app... a?" tanya Ndaru gugup.
"Tadi nyiapin apa?!!" suaraku mulai meninggi. Telapak tangan kiriku mengarah ke pipinya.
PLAKKK!!!
sebuah tamparan yang lumayan keras mendarat di pipi kanannya. Tangannya reflek memegang pipi yang mulai memerah sambil terus berusaha mempertahankan posisinya yang sangat tidak nyaman karena tangan kananku menahan kepalanya untuk tetap mendongak.
"Tangan ke belakang!!! Sekali lagi gue nanya, pilih warna apa?!"
"Mm.. Merahh... Warna merah."
"Ok. Kneeling!" kulepas genggamanku dan memberi kesempatan untuk merubah posisinya. Ndaru langsung melakukan apa yang aku suruh. Kulihat pipinya memerah bekas tanganku. Ku elus pelan pipi kanannya.
"Sakit?"
Hanya anggukan yang menjadi jawaban untukku yang kusambut dengan senyuman kecil untuknya lalu kembali ku elus pelan pipinya sembari duduk di depannya.
"Sorry" ujarku pelan lalu kukecup bibirnya yang langsung disambut lidahnya yang berusaha menyeruak masuk ke dalam mulutku. Sejenak kubiarkan Ndaru menikmati bibirku lalu kedua tanganku mulai bermain dengan putingnya. Kulepas kecupku saat desahnya mulai mengganggu fokus permainan lidahnya. Kentang? Ya... memang itu tujuanku. Kutinggalkan Ndaru dan menuju ke Putri.
Kuposisikan mereka berdua saling berhadapan dengan posisi yang sama... kneeling. Kuraih 2 buah kain berwarna merah sesuai pilihan Ndaru. Aku tersenyum kecil karena salah satunya adalah saputangan yang dulu kuberikan padanya. Sudah begitu lama dan dia masih menyimpannya dan menjaganya tetap baik. Dan sekarang... ini menjadi senjata utamaku untuk mempermainkannya.
Aku duduk dibelakang Putri. Perlahan kumulai dengan memeluknya dari belakang dan kulemparkan senyuman kepada Ndaru yang kneeling di depan kami. Mimik mukanya mulai berubah tatkala tanganku mulai bermain-main di tubuh Putri. Desahan-desahan kecil mulai muncul dari mulut putri ketika tangan kananku mulai bermain di selangkangannya dan aku yakin ini adalah pemandangan yang menyebalkan buat Ndaru. Tangan kiriku mulai mengepalkan saputangan merah dan menjejalkannya ke dalam mulut Putri. Ndaru mulai memejamkan mata dan menunduk. Dia tak mau melihat apa yang aku lakukan dihadapannya. Kuselesaikan menyumpal mulut Putri dengan sebuah cleavegag bandana merah untuk menahan stuffgag saputangan merah tetap ditempatnya. Kudorong tubuh Putri untuk mendekat ke Ndaru. Sangat dekat sampai nyaris bersentuhan.
"Kenapa? Gasuka saputangan favoritmu dipake dia?" tanyaku ke Ndaru sambil menjambak rambutnya dan kembali menahan kepalanya supaya tidak menundukkan kepalanya lagi. Ndaru berusaha menganggukkan kepalanya melawan kekuatan tanganku.
"Kalo ga suka tampar dia terus ambil!!! Terus langsung dipake sendiri!!" perintahku ke Ndaru sambil terus menahan kepalanya. Ndaru langsung mengayunkan tangan kanannya mengarah ke pipi Putri.
PLAKKK!!!
Tangannya lalu dengan liar berusaha melepas gag dari mulut putri lalu langsung menyumpal mulutnya sendiri. Putri hanya diam saja sambil melihat apa yang dilakukan Ndaru.
"Marah?" kini giliran Putri yang kutanyai. Putri hanya menggeleng sambil tersenyum. Kuelus pipinya yang tadi ditampar Ndaru.
"Good girl" ujarku sambil bangkit lalu mengambil beberapa gulung tali dan ring gag. Kupasangkan ring gag itu ke mulut Putri lalu mengarahkannya untuk menjilati puting Ndaru.
"Lick it!!" perintahku dengan sedikit tegas kepada Putri. Kukunci tangan Ndaru dengan sebuah ikatan tekate kote lalu membuatnya berbaring terlentang. Putri terus bergerak mengikuti perubahan posisi dari Ndaru dan tetap terus berusaha memainkan puting dengan lidahnya. Dada Ndaru menjadi cukup basah oleh Liur Putri yang terus menetes karena mulutnya yang terganjal ring gag. Kulihat Ndaru cukup menikmati apa yang dilakukan oleh Putri. Kutarik Putri dan kembali memposisikan dirinya ke posisi kneeling. Kubuat armbinder ditangannya agar dadanya lebih membusung. Langsung kubenamkan wajah Putri masuk ke selangkangan Ndaru begitu aku selesai mengikat tangannya.
"Make it wet!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PRABU
RandomAku Prabu... tiga jiwa yang terkunci dalam satu raga... sebuah perjalanan panjang yang membawaku kepada titik ini.. jalan panjang penuh kelokan.. jalan ini hanya untukku.. dalam kegelapan aku bersembunyi