Malam ini aku bersama Ndaru setelah kenyang makan bersama Putri. Ndaru sedang sibuk mempertahankan diri dari gangguan vibrasi yang menempel di selangkangannya. kuikat dia dikursi dan sengaja kuselipkan magicwand diantara kedua kakinya. Sebuah kecupan mesra kudaratkan untuknya dengan selipan kalimat yang lirih
"Dilarang cum"
Kututup dulu matanya dengan blindfold sebelum akhirnya kubenamkan segumpal bandana masuk ke dalam mulutnya untuk membantunya melawan getaran dari magicwand yang menempel tepat di titik tersensitifnya. Ikatan yang cukup kencang membuatnya tidak mampu menggeser tubuhnya menjauh dari magicwand yang terpaksa dinikmati. Di menit-menit pertama nafasnya mulai tak beraturan disambung dengan gerakan tubuhnya yang mulai meliuk-liuk mencoba menghindar dari siksaan yang ada. Suara desahnya mulai membangunkan hasratku yang hanya melihatnya dari tempat tidur. Kuraih nipple clamp dan menyematkannya pada putingnya. Suara gemerincing mulai menambah menarik suasana yang tercipta.
"Dilarang cum" kembali kubisikkan lirih ke telinga kanannya. Dia hanya mengangguk sambil terus mendesah dan berusaha mengatur nafasnya. Kutambah ritme getaran yang ada untuk membuatnya semakin tersiksa. Lenguhan panjang muncul setelah kuperkuat getaran magicwand. Keringat mulai muncul ditubuhnya. Dia mulai "gerah" di ruangan ber ac yang cukup dingin ini. Kuperkuat getaran magicwand di posisi maksimal lalu meraih tali untuk bersiap memberinya sebuah kejutan.
CTAAARRRR!!!
Sebuah sabetan yang cukup keras mengarah ke dadanya dan membuat nippleclamp yang menjepit putingnya terlepas. Rasa sakit mengagetkannya dan membuatnya tak mampu lagi menahan cum. Squirt mendadak membasahi kursi dan lantai. Tubuhnya bergetar keras. Kumatikan magicwand dan membiarkannya mengatur napas dan melepas sumpalan kain yang mengunci mulutnya.
"Siapa suruh cum?"
"M.. ma.. af.."
PLAKKK!!! Telapak tangan kananku mendarat di pipi kirinya.
"Siapa suruh cum?"
"Mmaafff"
PLAKKK!!! Giliran telapak tangan kiriku mendarat di pipi kanannya. Tangan kananku meraih rambutnya dan memaksanya untuk mendongakkan kepala.
"Squirtmu banyak jadi harus minum banyak" kutuang sebotol air mineral 600ml ke mulutnya secara perlahan. Air yang tak tertelan membasahi tubuhnya hingga ke lantai. Kubuka penutup matanya begitu air yang dibotol tertuang habis.
"Liat!!! Lu bikin basah semuanya!!! Gue ngga mau tau, pel semua sampe kering!!!" Ndaru menjawab perintahku dengan anggukan. Kulempar kain penutup matanya ke lantai dan mulai melepas ikatan yang mengikat tubuh Ndaru. Segera Ndaru meraih kain yang ada di lantai begitu tubuhnya terbebas dari tali yang menguncinya dengan kursi. Mencoba mengepel lantai yang basah hanya dengan selembar bandana.
Aku hanya terdiam melihatnya mondar-mandir ke kamarmandi hanya untuk memeras air dari bandana. Kulemparkan handuk padanya untuk membantu mengeringkan lantai yang basah.
"Kelar ngepel langsung mandi ya."
"Tapi tadi udah mandi..."
"Kelar ngepel langsung mandi ya," kuulangi kalimatku sekali lagi.
"i.. iya..."
Kunikmati sekaleng cola sembari menunggu Ndaru yang sedang sibuk melantai. Pikiranku kembali tertuju pada obrolanku dengan Putri tadi. Aku belum pernah sebingung ini. Ada dua orang yang mengarah kepadaku di waktu yang sama. Aku sedang tak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, tapi hal ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Kuteguk lagi cola yang sudah mulai kehilangan rasa dinginnya. Haruskah aku melepas kesempatan ini? Meninggalkan keduanya? atau memilih salah satu dari mereka? Tapi cukup menarik bila mereka bisa disandingkan berdua... Ide menarik mendadak melintas di otak. Oke kita coba ide itu dan lihat siapa yang akan pergi... Ndaru? Putri? Atau aku yang pergi??
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU PRABU
RandomAku Prabu... tiga jiwa yang terkunci dalam satu raga... sebuah perjalanan panjang yang membawaku kepada titik ini.. jalan panjang penuh kelokan.. jalan ini hanya untukku.. dalam kegelapan aku bersembunyi