Prologue

84 7 1
                                    

Gadis bersurai panjang itu terus berjalan menyusuri panjangnya hutan tanpa alas kaki satu pun. Pepohonan lebat, tanah yang basah sehabis hujan, patahan ranting yang tajam juga suasana gelap gulitanya malam tidak memadamkan rasa ingin berlari lebih cepat gadis tersebut. Ia berlari tak tentu arah. Tidak peduli bahwa sepertinya malam akan semakin larut dan dirinya bisa saja mati di detik itu juga karena kehabisan napas. Bodohnya, dia memiliki riwayat asma.

Ctash!

Gadis itu terjatuh.

Mati-matian dia mengulum bibirnya agar tidak mengeluarkan suara di keheningan malam. Melihat darah yang sedikit mengalir di betisnya, gadis tersebut tidak kehilangan semangat untuk betul-betul keluar dari hutan laknat ini. Ia perlahan bangun dengan menjadikan sebuah batang pohon besar menjadi penyangga tubuhnya.

Ketika sudah berhasil, ia membalikkan badan dan mengambil ancang-ancang kembali melangkahkan kaki. Namun, semuanya gagal. Kandas begitu saja.

"I catch you, Sweetheart..."

Suara tajam yang mengalun indah tepat di telinganya membuat Cleo menegang kaku.

"You can't run away from me," tambahnya yang kini memeluk posesif Cleo dari belakang.

"Padahal gue udah berbaik hati kasih opsi terbaik buat lo, Tasya. Kenapa pilih lari?" Belitan yang semakin kencang Cleo rasakan pada sekitaran pinggang juga perutnya yang rata. Cleo menahan napas, ia tak bisa berbuat apa-apa setelah ini. Karena Cleo tahu bahwa perpaduan iblis berwujud malaikat dalam tubuh sosok yang tengah mendekapnya sangat sulit di tebak. Dan salah satunya terbukti dari sekarang.

"Kenapa setelah lo buat gue jatuh cinta, lo mau pergi gitu aja? Emangnya lo nggak sayang sama gue?" Cleo masih bergeming.

"Jawab gue, Tasya..."

Cleo memejamkan mata kala geraman yang tertahan dari sosok tersebut membuatnya semakin menahan tangis. Ya, Cleo sangat takut kepadanya. Bahkan melebihi para tokoh cerita-cerita mistis yang saat kecil ia tonton bersama temannya.

"A-aku.." Cleo tidak bisa berbicara jelas. Kerongkongannya seakan menolak untuk dia mengeluarkan kata lebih banyak lagi. Dan sialnya, semua itu mendukung sosok di belakangnya untuk membalikkan tubuh Cleo menghadapnya. "Aku apa, Sayang?" seringaian tipis yang dikeluarkan sayangnya tidak Cleo lihat. Dia lebih memilih tanah sebagai objek pandangannya ketimbang wajah sosok ini. Walaupun hatinya berdebar kencang ketika kata terakhir yang di ucapkan sangat mempengaruhi tubuhnya.

Oh, betul-betul lancang!

"Apa liatin tanah lebih bermanfaat daripada muka gue?" Cleo buru-buru mengangkat kepalanya dan menemukan wajah sempurna tanpa cela milik Brian Nathaniel Louiszar, pria segudang prestasi yang ia dekati selama dua bulan terakhir. "Kenapa diem aja, hmm?" Brian mengangkat dagu Cleo menggunakan telunjuknya.

Cleo hanya bisa mematung seperti tadi.

Tubuhnya tak bisa digerakki.

Dan matanya tidak mau lepas dari mata tajam Brian.

Serta yang sangat Cleo rutukki adalah, mengapa bisa ia mengikuti perintah Brian sedari tadi untuk melakukan apa yang dirinya suruh sedangkan seharusnya Cleo terus berjalan tanpa peduli siapa pun?! Cleo harusnya tetap berlari. Berlari menjauh dari Brian sejauh-jauhnya. Tapi, kenapa ia harus berdiri di hadapan Brian yang sekarang tengah menampilkan smirk andalannya?

"Good girl!" Puji Brian dan merapikan sebentar rambut Cleo yang acak-acakkan dan sedikit terkena tanah. "Ini rambut lo–" Ucapan Brian terputus disebabkan pemuda itu melihat sedikit darah yang mengalir di kaki gadisnya. "Darah? Lo kenapa, Tasya?" Brian memandang Cleo tajam sepersekian detik dan segera menjongkok untuk melihat darah yang mengalir di ujung betis Cleo.

Brian sama sekali tidak mendengar balasan dari mulut gadisnya.

"Gue tanya harusnya lo jawab, Tasya..."

Cleo menggigit bibirnya tatkala Brian sedikit menekan lukanya yang masih berdarah.

"S-sakit.." Cleo merintih dan mencakar bahu Brian sebagai alternatif. Gila, Cleo betul-betul habis terjatuh dan Brian seenak jidat menekan lukanya? Oh my gosh, apa dia lupa kalau Cleo kena luka gores saja sudah mau menangis dan sekarang pria itu sangat tidak tahu dirinya menekan luka Cleo? Rasanya gadis itu ingin menjambak rambut rapi Brian saja!

"Ja-jangan di tekan, Bry..." Brian tersenyum tipis, ini yang dia nanti-nantikan. Suara lembut juga panggilan khusus untuknya. Mengambil sebuah kain yang biasanya dia pakai untuk menutupkan sebagian wajah, Brian menyampirkan itu dan mengikatnya di tempat luka Cleo berada.

Cleo memejamkan mata merasakan sensasi perih juga menyakitkan dari luka tersebut.

Brian bangkit berdiri dan menemukan wajah Cleo yang sedang memejamkan mata. Satu kalimat, cantik dan itu adalah miliknya. Haha, tentu saja Cleopierre Natasya adalah miliknya, gadisnya. Satu-satunya wanita di hidup Brian setelah Ibu juga Adik perempuannya yang menetap secara lama di hidupnya. Atau bisa di katakan di dalam hatinya?

Ah, membayangkan Cleo yang bisa senantiasa berada di sisinya membuat senyum asli Brian terbit.

"Ayo, pulang!" Cleo membuka mata dan terkejut mendapati Brian dengan ekspresi yang sama seperti dua jam lalu ketika pria itu membawanya ke tempat terpencil. Dan itu juga tempat di mana Cleo melihat hal-hal luar biasa yang sama sekali belum pernah ia lihat. Saratnya, tempat tersebut menggambarkan siapa sosok sebenarnya Brian Nathaniel Louiszar ketika di luar sekolah. Dan anehnya, Brian justru menampilkan senyuman lebar yang harus Cleo pertanyakan asli atau tidaknya. Karena Brian...

"Gue gak ngulang ucapan yang sama dua kali, Tasya." Brian segera mengangkat tubuh Cleo layaknya karung beras. Cepat dan tidak terprediksi, bahkan Cleo sama sekali belum mempersiapkan apa pun. Termasuk napas sekali pun!!!

Brian memutar arah jalan ke tempat dari mana dia datang.

"Harusnya tadi lo bersikap baik sama mereka, Tasya. Mereka baik dan nggak bakal gigit lo, jadi kenapa harus lari?" pertanyaan Brian menjadi satu-satunya suara yang masuk ke dalam gendang telinga Cleo. "Sama seperti gue, harusnya lo bisa percaya sama mereka." Satu tetes air mata yang tiba-tiba saja menghampiri jatuh dari pelupuknya tanpa dapat diketahui. Cleo, kembali takut.

"Arghviox bukan penjahat, dan lo harus tahu itu. Karena..." Brian menggantungkan ucapannya sebentar untuk menurunkan tubuh Cleo dan menyandarkannya di salah satu batang pohon jati. "Karena lo akan menjadi Ratu mereka, dan nggak mungkin mereka menyakiti Ratu mereka sendiri." Cleo menahan napas, wajah Brian sangat dekat dengan wajahnya. Nyaris tak berjarak.

"Terkecuali mereka mau menyerahkan diri secara cuma-cuma buat gue patahin tulangnya dengan menyakiti lo seujung kuku manis lo itu, Tasya."

Cleo menatap tatapan penuh keseriusan dan tekad dari bola mata coklat Brian yang seakan bercahaya di kegelapan malam. Rambutnya yang terikut sesuai irama angin membuat Cleo bisa mencium wangi musk dari rambut Brian yang terkena ujung hidungnya.

"Namun, gue nggak bisa janji untuk nggak menyakiti lo."

Bagai diterbangkan secara gratis dan juga menyenangkan, realitanya kenyataan pahit justru lebih baik di awal Cleo dengar dari ranum Brian ketimbang ucapan manis yang memuakkan. Cleo, tidak biasa untuk berada di posisi ini. Karena semua ini terasa begitu cepat terjadi dan dia masih belum paham dengan sempurna akan apa yang dirinya tengah alami. Terutama...

Segalanya tentang Brian.

"Gue cuma manusia biasa, Tasya. Dan lo tahu itu." Brian mencium kening Cleo dengan tulus, tanpa tahu bahwa Cleo sekarang ingin pergi sejauh-jauhnya dari hadapan pemuda itu. Dari hadapan seluruh manusia yang masuk ke dalam lingkaran Arghviox. Lingkaran yang ia percayai bahwa itu selalu dan selamanya akan memberi pengaruh buruk. Tentu bagi siapa pun, termasuk Brian sendiri.

"But, i have one wish to make you always save beside me, Cleopierre Natasya."

Ditemani bulan purnama penuh juga bintang-bintang yang bertabur indah di galaksi ciptaan tuhan, Brian menyatakan keinginan terbesarnya kala perjumpaan tidak sengaja antara dirinya juga Cleo terjadi. Apalagi setelah mengetahui seluk-beluk sepak terjang kehidupan Cleo. Serta ketika hari ini juga Brian memperkenalkan Cleo kepada seluruh anggota Arghviox bahwa Cleo adalah gadisnya.

Forever be mine, Tasya.

- To Be Continued -

ARGHVIOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang