Senyuman riang dari Luna tidak pernah pudar sejak mobil yang dia kendarai melaju membelah padatnya kota Jakarta di hari Senin pagi. Ya, hari ini hari Senin—hari pertama bagi Cleo masuk ke sekolah baru. Sekolah Menengah Atas Swasta Ghenesies. Itulah yang Cleo ketahui dari Mommy-nya dua hari lalu. Dan hari ini juga, entah mengapa, Cleo berbanding terbalik dari Luna yang sangat bersemangat. Cleo sedikit malas pergi ke sekolah barunya.
"What's wrong? Muka kamu kenapa di tekuk gitu?" Luna melirik sekilas Putrinya yang memperhatikan jalanan dengan wajah tanpa senyum. Cleo menggeleng samar, membalas gumaman. "Enggak apa-apa." Katanya pelan. Luna menaikkan sebelah alis, "Beneran?" tanyanya lagi. Cleo menghela napas dan menoleh pada Mommy-nya, "Beneran, Mommy cantik." Balasnya diakhiri menerbitkan senyuman lebar. Namun, agak terpaksa. Sebenarnya.
Luna tersenyum tipis, paham mengapa Cleo bisa secepat itu berubah.
"Hm, bagus deh kalau gitu."
Cleo mengangguk, tidak menimpali lagi perkataan Luna.
Dan setelahnya mereka berdua larut dalam keterdiaman. Luna fokus menyetir, sedangkan Cleo melamun tidak memikirkan apa-apa. Gadis itu cukup malas berpikir macam-macam yang akan menambahkan beban otaknya. Cleo tak mau itu.
"Iya, Bu. Ini saya sama Cleo sudah sampai di depan gerbang, tapi kok di tutup, ya?"
Cleo menoleh pada Luna yang tengah menghubungi seseorang entah siapa ketika mobil yang membawa mereka sampai di sebuah sekolahan swasta elit. "Ah, saya lupa, maaf Bu. Terlalu exited jadi saya antar Cleo empat puluh menit sebelum jam yang Ibu minta." Luna terlihat meringis. "Oh, yaudah kalau begitu, Bu. Nggak apa-apa saya menunggu sebentar."
"Baik, Bu. Sama-sama, saya juga mohon maaf ya."
Luna memutus sambungan.
"Siapa, Mom?" tanya Cleo.
"Guru kamu. Mommy lupa kalau hari ini hari Senin, pas banget lagi upacara. Makanya gerbang di tutup."
Cleo menggeleng-gelengkan kepala, "Mommy lagian sih, katanya di suruh ke sekolah jam delapan tapi justru berangkat jam tujuh lewat sepuluh. Kecepetan pake banget." Tuturnya. Luna merekahkan senyum sambil membuka seatbelt, "Loh? Nggak apa-apa dong. Bagus. Disiplin waktu. Lebih baik kita datang sebelum waktu yang ditentukan daripada terlambat. Betul, kan?" Cleo mengerucutkan bibir kala Luna menaik-naikkan sebelas alis, menggodanya.
"Ya, Mommy selalu benar." Ucapnya pasrah.
Luna terkekeh, mengacak sedikit rambut panjang Cleo yang tergerai indah. "Putri cantik Mommy, sudah besar banget ya sekarang." Katanya mengubah topik pembicaraan. "Tingginya juga udah nyaingin Mommy," Luna memposisikan tubuh agar berhadap-hadapan dengan Cleo. Memilih diam sebab menunggu perkataan lainnya dari Luna, ucapan ketiganya detik ini membuat kernyitan di dahi Cleo tumbuh. "Apa cowok-cowok di luar sana sadar kalau Cleo itu memang secantik ini?"
"Maksud Mommy?"
Senyuman hangat Luna dan elusan di pipinya Cleo dapatkan. "Masa sih kamu gak ngerti apa yang Mommy barusan bilang?" Cleo menggeleng cepat, benar-benar sedang malas berpikir. Koreksi, dirinya juga sama sekali tak paham. Cubitan pada pipinya membuat Cleo meringis, Luna menjadi tersangka satu-satunya. "Kok Mommy cubit Cleo sih?!" tukasnya agak menggema di dalam mobil. Lengkingan khas sudah pasti terdengar.
"Mom!"
Cleo segera mengambil tas di bangku belakang dan segera menyusul Luna yang sudah keluar mobil sebelum menjawab pertanyaannya. Kebiasaan Mommy-nya, mencubit pipi Cleo habis itu pergi. Menghentikan hentakan kaki karena ada orang lain yang ternyata sedang berbincang dengan Luna, perlahan Cleo mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGHVIOX
Teen FictionBagi Brian, hidup tenang saat SMA adalah satu-satunya jalan agar ia tidak mendapat masalah di kemudian hari yang akan membuatnya menyesal. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Hingga tiba saatnya, satu makhluk aneh yang sialnya terlampau cantik me...