01 ; Setangkai bunga mawar

210 39 2
                                    

Aroma pekat khas bau rumah sakit memenuhi indra penciuman Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma pekat khas bau rumah sakit memenuhi indra penciuman Jeno. Langkah kakinya membawanya memasuki salah satu kamar di lorong redup ini.

Ketika pintu dibuka, mata sipitnya itu dapat langsung menangkap sosok pemuda mungil dengan berbagai alat yang terpasang ditubuh itu—sedang terlelap pulas di atas kasur.

Jeno berjalan pelan menghampiri pemuda mungil itu. Tangannya terulur meletakkan setangkai bunga mawar di atas selimut putih yang menutup tubuh kekasihnya.

"Hai, merindukanku?"

Lelaki itu, duduk di kursi tepat sebelah ranjang tempat tidur sang kekasih. Matanya menelisik setiap inci wajah sang pujaan hati yang tampak tirus dan pucat.

Tangannya mengusap lembut pipi pemuda itu.

"Ah, aku yang merindukanmu. Apa kau tidak merindukanku? Padahal dulu kamu bakal ngambek kalau gak ketemu aku walau cuma sehari," ujar Jeno terkekeh pelan. "Ayo bangun, aku maksa."

Bukan sekali dua kali Jeno melakukan ini. Meletakkan bunga mawar di atas selimut, berbicara sendirian dihadapan pemuda mungil itu, dan pastinya, memaksa lelaki itu bangun dari tidur panjangnya.

Jeno menggenggam erat tangan kiri kekasihnya, bahkan ia mengecupnya berkali-kali secara lembut. "Na Jaemin ayo bangun. Aku marah kalau kamu gak bangun."

Beribu-ribu kali kalimat itu terucap.

"Aku bawa bunga mawar kesukaanmu."

Berjuta kali membawa bunga mawar.

"Aku bawa untuk kamu, kamu ingat gak pas dulu awal kita jadian."

Menerawang kembali ke masa lalu.

"Kamu pernah bilang aku gak romantis karena gak pernah ngasih bunga mawar kayak pasangan yang lain."

Mengucap kembali tiap kalimat yang sama.

"Dan berakhir aku yang selalu bawa bunga mawar tiap kali kita pergi kencan."

Dengan orang yang sama.

Jeno menunduk dalam, mencoba menahan rintikan air yang siap turun kapan saja. Tangannya meremat jemari lentik Jaemin.

"Dua tahun bukan waktu yang sebentar Na ..."

Kembali mengucapkan rangkaian kata yang sama.

"Banyak hal yang berubah, tapi perasaan aku tetap sama. Hampa, tanpa kamu."

Dengan perasaan yang sama.

"Ayo bangun. Jeno kangen."

Bersama sosok yang entah akan sadar suatu hari nanti atau mungkin tidak akan pernah.




𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍

Untitled story about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang