Suara burung berkicau terdengar dari langit. Segelimir angin kencang menusuk kulit masyarakat yang hanya mengenakan pakaian tipis. Cuaca disore hari ini tampak sedikit mendung.
Dikeheningan lorong rumah sakit ternama itu, suara derap langkah kaki yang terdengar buru-buru memenuhi kesunyian koridor bangunan bercat putih itu.
Dengan nafas yang terengah-engah serta segelintir keringat yang menetes, lelaki itu berlari menghampiri ruangan berpapan ICU.
Bahunya bergetar, matanya menatap sendu pintu dihadapannya. Suara isakan kecil lolos begitu saja dari bibirnya.
Jaemin kritis. Kondisinya ngedrop, dan disini Jeno gak bisa apa-apa. Lelaki itu merasa tidak berguna.
Jeno terduduk dilantai depan ruangan icu, lelaki itu memeluk erat kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya diantara kakinya. Setetes air perlahan mulai jatuh dari matanya.
Pikiran buruk memenuhi kepalanya. Otaknya seakan-akan bertanya seperti, bagaimana jika Jaemin memilih menyerah dan meninggalkannya?
Jeno sedang rapuh. Siapapun yang ngelihatnya juga pasti tau.
Jeno si ambisius dari fakultas kedokteran sedang tidak baik-baik saja.
『 𝗨𝗻𝘁𝗶𝘁𝗹𝗲𝗱 𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗮𝗯𝗼𝘂𝘁 𝘂𝘀 』
Indestructible artinya abadi; tidak bisa dihancurkan.
Sama seperti cinta Jeno dan Jaemin yang tidak akan pernah hancur sebagaimanapun rintangan yang perlu dihadapi.
Dan Jeno berani menjamin itu.
Tapi seabadi apapun dan sekuat bagaimanapun pertahanan cinta mereka, jika Tuhan yang berkehendak mereka bisa apa? karena pada dasarnya, cinta mungkin bisa abadi, tapi tidak dengan hidup seseorang.
Jeno terkekeh pelan, wajah yang biasa selalu terlihat datar dan dingin itu kini tampak hancur. Sorot sendu ia layangkan pada wajah pemuda manis yang kini tampak pucat. Kain putih menutupi sang kekasih dari ujung kaki hingga pundak; menyisakan wajah sehalus salju dengan kedua kelopak mata yang tertutup, sempurna.
"Kenapa meninggalkanku?" Ujarnya lirih.
Lelaki dengan sejuta harapan mengharapkan sang kekasih sadar dari tidur panjangnya itu, menyerah.
Menyerah akan kisah keduanya yang mungkin telah usai.
Menyerah terus berharap pada semesta agar bisa bersama dengan kekasihnya, Jaemin.
"Jika aku meninggalkanmu, apa yang bakal kamu lakuin?"
Jeno tersenyum tipis, mengusap lembut surai Jaemin dan mengecup keningnya lama.
"Menunggumu hingga kembali."
Sama seperti aku menunggumu sekarang yang tidak mungkin kembali.
Jeno ingin menangis, hanya saja ia lelah. Sejak mendengar sang kekasih kritis, ia telah menangis sangat lama.
"Bahkan dikehidupan selanjutnya pun, aku tetap ingin bersamamu. Menua bersama dan menghabiskan sisa hidup bersamamu, Na Jaemin."
Sulit untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Harusnya dari awal Jeno tau, persentase kemungkinan kisah mereka akan berakhir seperti ini jauh lebih besar ketimbang sejuta harapannya itu. Tapi sejak awal Jeno juga tau, ia tidak akan pernah siap jika hari itu tiba—hari dimana ia harus menerima kenyataan bahwa kini, tidak akan ada lagi harapan terbitnya senyuman manis favorite Jeno diwajah indah Jaemin.
Apa Jeno bisa berharap sebuah keajaiban datang padanya?
Jeno tidak mau berharap terlalu banyak.
Lelaki itu menatap sendu pemuda manis yang terbaring lemah. Tangannya mengusap pelan bibir yang biasa berceloteh ria padanya.
"Aku mencintaimu, Na Jaemin."
—Dan yang terjadi selanjutnya, Jeno mencium lembut bibir itu sesaat.
"Sampai jumpa, senjanya Jeno."
"Don't expect more. Reality becomes more painful because of a wish."
𝚃𝚑𝚎 𝙴𝚗𝚍?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled story about us
FanfictionUntitled story about us; everything is depressed ❝Penantian manis Jeno menunggu sang kekasih hati sadar dari tidur panjangnya.❞ ft. nomin || end. ↳bxb, angst, short!