02 ; Kamera, senja, dan kamu

173 32 0
                                    

"Hai, aku datang lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, aku datang lagi."

Seperti hari-hari sebelumnya, Jeno menaruh setangkai bunga mawar diatas selimut polos yang menyelimuti tubuh mungil Jaemin.

Tangan Jeno bergerak mengambil kamera miliknya yang tergeletak diatas nakas tepat sebelah kasur Jaemin. Jeno mengarahkan kameranya ke wajah pucat sang kekasih dan memotretnya.

Cekrek!

Jeno tersenyum samar, "Cantik. Seperti biasa." Ujarnya terkekeh pelan.

Matanya kembali menatap kamera kesayangannya itu. Kamera yang menjadi saksi bisu cinta keduanya dulu. Kamera yang tanpa sengaja mempertemukan kedua insan yang saling tidak mengenal satu sama lain.

Jeno gak pernah lupa, hari dimana untuk pertama kalinya kamera kesayangannya menangkap objek paling indah pada akhir bulan Desember tahun itu.

『 𝗨𝗻𝘁𝗶𝘁𝗹𝗲𝗱 𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗮𝗯𝗼𝘂𝘁 𝘂𝘀 』

Cekrek!

"Aish! kenapa tidak ada pemandangan yang bagus sih? menyebalkan!"

Lelaki itu berujar kesal. Sudah hampir satu jam lelaki bermata sipit itu mengelilingi sekitar taman dan jembatan dengan tangan yang memegang sebuah kamera. Dan selama satu jam itu juga tidak ada hasil potret yang memuaskan.

Jeno mendengus kasar. Lelaki itu menatap kesal kameranya. Ia bersandar dipegangan besi pembatas antara laut dan jalanan itu. Matanya berputar menatap para pejalan kaki yang berlalu lalang.

Tangannya terangkat ketika matanya menangkap suatu pemandangan yang baru ia temui. Secara spontan, Jeno memotret lelaki bersurai biru yang sedang bermain bersama hewan peliharaan—anjing berbulu tebal bewarna putih.

 Secara spontan, Jeno memotret lelaki bersurai biru yang sedang bermain bersama hewan peliharaan—anjing berbulu tebal bewarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Indah.

Baru kali ini Jeno memotret pemandangan yang sangat indah dan menarik dimatanya.

Lelaki bersurai biru yang tidak ia ketahui namanya itu— menoleh kearahnya, membuat kedua lelaki remaja itu saling beradu tatap selama beberapa detik.

Lelaki itu, tersenyum manis padanya. Membuat Jeno merasakan gejolak asing yang timbul didadanya.

Apa ini yang namanya 'love at the first sight?

Jeno rasa, ia sudah gila.

『 𝗨𝗻𝘁𝗶𝘁𝗹𝗲𝗱 𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗮𝗯𝗼𝘂𝘁 𝘂𝘀 』

"Kamu tau, kenapa aku bisa jatuh cinta padamu padahal itu pertemuan pertama kita?"

Jeno mengusap lembut rambut hitam legam milik sang kekasih. Ia mengarahkan lensa kameranya tepat kearah jendela besar diruang rawat Jaemin.

"Karena dia," ujarnya tersenyum sambil memotret sinar cahaya oranye yang memasuki ruang rawat sang kekasih. "Senja."

Jeno menatap hasil potretnya sesaat dan kembali menatap wajah polos Jaemin dengan mata yang setia tertutup; entah kapan akan terbuka.

"Kata orang, senja menggambarkan keindahan cinta. Senja mengajarkan kita, bahwa apapun yang terjadi hari ini pasti akan berakhir indah,"

Tangannya kembali terulur mengusap jemari lentik Jaemin.

"Ketika untuk pertama kalinya aku ngelihat kamu dihari itu, tepat ketika senja hadir diantara kita. Aku tau, apapun yang terjadi diesok harinya," Jeno menggenggam erat tangan Jaemin dan menatap lelaki yang terlelap pulas, sendu.

"Itu akan berakhir indah jika aku bersamamu."

Tapi terkadang Jeno lupa,

Senja juga menggambarkan tentang pilunya kesedihan dikala perpisahan terjadi.




𝚃𝚘 𝚋𝚎 𝚌𝚘𝚗𝚝𝚒𝚗𝚞𝚎𝚍

Untitled story about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang