Bab 1: Ramalan untuk Bulan
Bulan mendengarkan kuliah Profesor O'Faolain setengah hati. Bukan karena isi mata kuliahnya tak menarik, tapi ia menunggu telepon dari Indonesia yang tak kunjung datang. Mahasiswa di kelasnya tampak serius menyimak penjelasan profesor itu tentang senyawa organik yang menyusun organisme kompleks seperti manusia dan hewan. Gadis itu telah selesai membaca artikel dan buku silabus semester itu, sehingga mendengarkan kuliah profesor itu terasa bagaikan ulangan saja.
Sesekali Bulan mengecek ponselnya di laci meja sambil mengamati profesor memainkan simulasi penyusun karbon yang menjadi elemen dasar penyusun makhluk hidup di bumi.
"Enam, enam, enam... Ada enam proton, enam neutron dan enam elektron di dalam karbon..."
Kenapa ibu tidak segera menelepon? Apakah ada yang salah dengan hasil biopsinya?
"—Ada yang bisa menerangkan?"
Otomatis Bulan mengangkat tangannya tinggi tanpa pikir panjang. Bukan karena ingin unjuk gigi atau pamer, ia hanya ingin agar subjek kuliahnya segera bergerak menuju ke tema yang lebih menarik ketimbang pelajaran dasar yang telah diketahuinya luar dan dalam sebelum berangkat ke Irlandia untuk belajar ilmu molecular biology di universitas tertua di negeri itu.
"Kamu, yang duduk paling belakang. Siapa namamu?"
Bulan menurunkan tangannya kembali ke atas meja. "Rembulan."
"Nama belakang?" Profesor mengurutkan jarinya ke daftar berisi nama peserta perkuliahan.
"Tidak ada."
Mahasiswa di sekitar Bulan tersenyum simpul ketika mendengar gadis itu tak memiliki nama belakang. Masalah mononim ini memberi cukup banyak masalah bagi Bulan ketika harus mengurus permasalahan administrasi seperti membuka rekening bank yang akan menerima kiriman uang kuliah dari beasiswa yang diterimanya. Tapi keuntungannya, ia menjadi lebih cepat dikenal oleh para profesor dan kakak tingkatnya, memberi kesempatan bagi gadis itu untuk menjalin networking yang berguna untul melancarkan urusannya kelak. Siapa yang bakal lupa pada mahasiswa asing dengan satu nama?
Ketika Profesor O'Faolain memberikan izin padanya untuk berbicara, Bulan menerangkan panjang lebar dan gamblang lewat Bahasa Inggris dengan aksen daerah yang kental, persoalan seputar atom penyusun elemen C-12, sejarah penemuannya hingga implikasi molekul yang bisa disusun lewat mutasi karbon. Ia merasakan tatapan semua orang tertuju ke arahnya seolah gadis itu adalah sesosok alien. Beberapa di antara mereka membolak-balik lembar buku teks untuk mencocokkan jawaban dan penjelasan Rembulan.
"... Sepertinya ada yang telah membaca keseluruhan chapter pertama buku silabus semester ini," ujar profesor itu setelah beberapa lama terdiam usai mendengar penjelasan Bulan.
Semua chapter, ingin Bulan membetulkan, tetapi ia memilih diam. Tidak ada gunanya menyombongkan diri, karena hal itu hanya akan membuatnya jadi target. Ia hanya tersenyum tipis, lalu menoleh ke samping kiri, kanan, depan, mengirimkan sinyal positif lewat kontak mata yang membuat mahasiswa di sekelilingnya jatuh kasihan atau setidaknya bersimpati kepada Bulan, meskipun mereka juga tidak yakin apa alasannya.
Lima menit menjelang berakhirnya pelajaran hari itu, ponsel Bulan akhirnya bergetar. Ia buru-buru bangkit, memberi kode kepada profesornya lalu keluar lewat pintu samping. Berdiri di lorong, Bulan menahan napas sambil menekan tombolnya.
"Halo Pah, gimana hasilnya?" tanya Bulan beralih menggunakan bahasa ibunya sendiri.
"Bulan yang tabah ya..."
"Kenapa?"
"Kondisi mama relaps lagi. Sel kankernya tumbuh dan berkembang... Yang baru ini sepertinya lebih ganas dari sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Serigala
Loup-garou[21+] Mereka bergerak seperti kawanan, silih berganti mengikuti Bulan. Entah apa yang menyebabkan mereka tak segera menangkap gadis itu. Bulan tahu kalau larinya tak seberapa cepat, dan kini seolah-olah mereka hanya bermain-main saja. Menghibur dir...