Part 3 (moment indah⭐)

50 32 24
                                    

Ssssttt, aku mulai membuka dan mengotak atik ponsel itu.
MENYEBALKAN

Tiba-tiba saja aku di kagetkan oleh ibuku yang berdiri di pintu kamar mandi kamarku.
"Aaaa" Teriakku kaget .

"Astaga apa ibu menakutkan mu ?" Tanya ibuku. Wajahku kembali datar setelah dia membuka suara.

Aku melewatinya keluar kamar mandi , mood mandi ku hilang sekejap. Tidak sengaja ibuku melihat ponsel itu ku di bak mandi.

"Kurasa ponsel mu terjatuh, katakan kepada ibu jika kita harus membeli yang baru. Banyak mode yang tinggi sekarang. Terserah mu mau yang bagaimana" Tawar ibuku dengan baik. Sampai aku terkesima untuk pertama kalinya dia seperti meluangkan waktu terhadapku. Biasanya dia hanya datang  sebulan sekali kerumah.

"Aku tidak memerlukan nya " Jawabku pelan.

"Tidak apa-apa, ibu akan membelikannya "

"Tidak!"

"Kenapa? "

"Aku tidak menyukai mu, sekarang keluarlah dari kamarku... " Ucapku kencang.

Ku lihat ibuku yang cukup sedih tapi masa bodo.

Perutku keroncongan, cacing cacing mulai berperang di dalam perutku. Aku membuka kamar menuju dapur, untuk semangkok mie dan sebotol minuman di kulkas. Oh tidak aku sudah tidak tahan lagi.

Tiba-tiba...

"Hai yeza, makanlah. Ibu memasak untukmu " Ucap ibuku yang memasak berbagai jenis makanan.

Aku yang sudah lapar tidak ingin menolak, aku mengiyakan dengan menerima secara aesthetic. Aku seperti terpaksa padahal sangat ingin.

"Bukan berarti aku menyukaimu" Ucapku dengan mata melotot.

Ibuku tersenyum puas

"Mari duduk, ibu kwatir . Kamu makan apa  selama ini, badanmu jadi kurus, belanjaan yang ku kirim semua membusuk . Kalau kau tidak mau masak pesan saja ibu akan membayarnya " Ucap ibuku penuh perhatian. Entahlah itu acting atau beneran.

I don't believe.

Di tengah asiknya makan, aku memikirkan hal mengjengkelkan.

"Kapan ayah pulang " Tanyaku kepada ibuku.

Ibuku menghentikan makannya, dia menatapku.

"Apa ayahmu belum menelfonmu? " Tanya ibuku balik.

Aku bingung mendengar ucapan itu.

"Kemarin sore dia mengirim ibu pesan, dia meminta nomor ponsel mu " Jawab ibuku.

"Mengapa harus lewat pesan, apa ibu dengan ayah baik-baik saja? " Tiba-tiba pertanyaan ku mendalam.

"Ya.tentu " Jawab ibuku mengalihkan pandangannya dariku.

"Bohong!" Ucapku membanting garpu di tanganku ke meja makan.
"Kalau baik-baik saja mengapa ayah tidak sekali merindukan kita, bahkan aku saja? , jangan membohongi ku lagi. Katakan faktanya " Hardikku dengan tegas di atas kebingungan ku.

Ibuku menarik tanganku...
"Ibu dan ayah sudah bercerai "

Deg.... Ucapan itu menusuk sampai ke tulang-tulang ku. Aku bersikap tenang sekuat mungkin.

"Mengapa harus menyembunyikan hal bodoh seperti itu " Jawabku selow dan kembali makan.

Ibuku bingung melihat tingkahku..
"Me.. Mengapa? " Ucapnya.

Aku menoleh ke arahnya
"Aku tidak butuh orangtua, aku benci mengapa aku di lahirkan. Akan lebih tenang jika kau juga pergi seperti ayah " Ucapku.

Ya aku sangat membenci nya entah kenapa, padahalkan ibuku baik.
Lagi-lagi ibuku terdiam.

"Kau tau mengapa bercerai? " Ucap Ibu dengan wajah datar.

Aku tidak merespon, bagiku itu tidak penting. Tapi tanpa menunggu jawaban ku ibu melanjutkan perkataan ya.

"Ayahmu bilang kau cacat mental " Ucap ibuku .

Brakkkk!!! Ucapan mengerikan apa itu?

Aku langsung menoleh ke arah ibuku.
"Cacat mental? " Tanyaku.

"Ya sejak umur 6 tahun hinggan umurmu yang ke 7 tahun , ayahmu mengatakan kau sering melukai anak-anak lain, bahkan yang lebih tua darimu, kau mahir menggunakan pisau, ayahmu selalu mengatakan hal itu kepadaku setiapa malam. Hingga pada suatu hari kau benar-benar melukai ku, waktu itu di rumah ini... Kau menusuk perut ibu, untungnya ibu baik-baik saja setelah di larikan ke rumah sakit. Tapi aku tidak percaya kau melakukan itu, walaupun ayahmu meyakinkan ku, hingga aku tetap membesarkan mu tanpa seorang ayah, dia mengancam akan menceraikan ku jika tidak membawamu ke rumah sakit jiwa "  Cerita ibuku yang membuat jantung ku berdegup tak henti.

Lelaki (ayah) itu, sudah tidak membesarkan ku dia menghinaku juga, tapi aku harus menghormati nya sebagai ayahku, bagaimanapun dia perhatian akan kelakuanku meski jalannya kurang tepat, baiklah mari kita LURUSKAN.

"Aku tidak ingin mendengar nya lagi,sekarang belikan aku ponsel " Petintahku ku kepada ibuku.

"Ibu senang kau mengabaikan peristiwa itu, ibu  yakin kau sehat dan baik-baik saja " Ucap ibuku.

Yang benar saja ekspresi pujiannya sangat menjijikkan.

Aku beranjak ke kamar meninggalkan ibuku di meja makan.

✨✨✨
Yey ponsel baru akhirnya tiba, ku cek ponsel itu tertera kontak ibu saja.
Aku melotot menatap ibuku yang tersenyum gembira melihat aku menerima ponsel yang di belikannya itu.

"Kenapa? " Tanya ibuku.

"Aku minta nomor ayah di ponsel ku sekarang " Ucapku.

"Baiklah, tidak mengapa. Ibu tidak melarang untuk hal itu. Dia tetaplah ayahmu, buktikan kau tidak seperti yang dia katakan " Ucap ibuku panjang kali lebar.

"Kalau sudah pergilah, aku ingin sendirian " Ucapku lantang.

Ibuku termenung
"Mungkin karena dia terbiasa sendiri, semua ini salahku membiarkannya " Batin ibuku. Lalu pergi meninggalkan rumah dengan ucapan pamit kepadaku.

"Ibu pergi, telfon saja kalau butuh sesuatu yeza sayang " Ucap ibuku.

Yeza sayang? Ahhhh menjijikkan sekali bukan?!

Ibu pergi dan aku di rumah sendirian lagi.

"Wah ternyata yang menelfinku tadi adalah ayah baik ini " Ucapku setelah mengecek nomor ponsel ayah yang di berikan ibu. Tentu saja aku ingat itu nomor tadi yang mengganggu ku hendak mandi.

Entah mengapa tanganku tidak berkompromi dengan otakku, langsung saja ku pencet panggil di ponsel menelfon ayah baik itu.

Otakku saja heran tanganku jadi mandiri tanpa perintah dari otak, ah mungkin ini yang di katakan cacat mental, kejeniusan yang berlebihan.

"Ha...lo? " Suara lelaki itu.

"Oh jadi begini suara ayahku? " Batinku.

"Siapa? " Ucap lekaki itu lagi.

" Aku yeza, aku ingin bertemu a.. Ayah " Ucapku lembut.

"Ye,, za? " Tanya lelaki itu.

"Hmm" Balasku.

" Ya, kau apa kabar " Tanya lelaki itu lagi.

Oh ini membosankan, basa basi di mulai. I don't like it.

"Aku akan mengirim alamatnya,kuharap kau mau menemuiku " Ucapku tanpa membalas basa basi nya.

"Ya, tentu. Ayah akan mengusahakannya "jawab lelaki itu.

Aku langsung menutup panggilan itu.


Psychopath smile :) (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang