CHAPTER 19

3.7K 263 1
                                    

Setelah kejadian 2 Minggu Gave nyusruk dari tangga, kini manusia itu sudah sehat dan mulai bersekolah seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian 2 Minggu Gave nyusruk dari tangga, kini manusia itu sudah sehat dan mulai bersekolah seperti biasa. Perban di kepalanya sudah dilepas, kini hanya tinggal plaster kecil yang menghiasi dahi mulusnya. Namun, karena kejadian itu Gave kehilangan memory nya sebagian.

Hal-hal yang baru saja terjadi dalam hidupnya.

Gips yang menghiasi kakinya sudah dilepas karena hanya retak sedikit. Walau jalannya masih pincang, Gave tidak terlalu kesusahan. Tapi, yang jadi masalah kini dia sering merasa lemas tiba-tiba, dan juga sesak napas. Entah karena masih dalam pemulihan atau apa, Gave tak tahu.

Gave berjalan kearah kelas dengan bersemangat, hari pertama masuk sekolah setelah kejadian itu. Sekarang hari Selasa, Gave sengaja tidak masuk pada hari Senin karena upacara. Bukan apa-apa, tapi jika dia tidak ikut upacara tidak enak pada yang lain.

"CHAND!!!"

Belum juga Gave melangkah masuk kedalam kelas, suara pekikan menghentikan langkahnya. Dia merasa tidak asing dengan suara ini, namun dia tak bisa mengingat apapun.  Pemuda itu berbalik, matanya menyipit melihat seorang gadis yang sedang berlari kearahnya.

"Kenapa?"

"Gapapa, yuk kita masuk kedalam."

"Lo, kenal gue?"

Pertanyaan itu membuat Nia mengernyit bingung.

"Iyalah kenal, lo 'kan temen sebangku gue. Ayo masuk."

Tangan gadis itu dikaitkan pada tangan Gave, dan langsung masuk tanpa memperdulikan tatapan aneh dari penghuni kelas.

"YAALLAH GEP!!!"

"LO KENAPA ANJIR!"

"KATANYA LO KEMARIN SEKARAT YA?!"

"OMMO!! MAKIN BENING AJA ANAK GUEH!"

pekikan dari teman-teman sekelas Gave tidak dia hiraukan, lebih baik dia duduk dengan tenang dan menyumpel telinganya menggunakan aerphone.

"Suuuuutttt, diam yeorobun!! kalian bukannya nyemangatin Gave, malah bisa buat dia kejang dengan suara kalian yang nauzubillah suma nauzubillah."

Satu kelas kicep, benar juga kata Arul.

"Assalamu'alaikum anak-anak. Selamat pagi!"

"Waalaikumsalam, selamat pagi bu!"

"Chandgave, kamu sudah masuk? memang sudah beneran sembuh?" Gave mengangguk.

"Baguslah, jangan sakit-sakit lagi. Kelas ini sepi tanpa kamu."

Gave tersenyum mendengar penuturan sang guru.

"Doain aja Bu, makasi juga ibu sampe repot jengukin saya dirumah sakit."

"Gapapa, kita itu keluarga. Jadi harus saling menguatkan," pandangan guru itu berlaih pada bangau kosong.

"Kenapa bangku itu masih kosong? bukannya itu bangku Nando dan Aldo?"

Satu kelas mengangguk dengan pertanyaan Bu Sulis.

"Mungkin masih dikantin kali Bu,"

"Gak masuk paling Bu,"

"Bolos mungkin,"

"Diam semua! Gave? Apa kamu tahu dimana mereka, kamu kan teman dekat mereka." Yang ditanya mengangguk.

"Katanya tadi Aldo lagi pup ditoilet Bu, mungkin sebentar lagi kesini." Bu Sulis mengangguk.

"Terus Nando?"

"Gak tau bu, tadi katanya mau ikut gitu."

"Ikut kemana?"

"Ke tempat Aldo pup, bu."

——__——

Suasana kantin di jam istirahat memang sangat ramai, siswa-siswi yang sedang merasa kelaparan rela datang kesini atau hanya menitip pada temannya dengan alasan malas berdesak-desakan.

Gave dan kedua sahabatnya kini sedang duduk dimeja kantin, tepatnya hanya Gave yang sedang duduk karena Aldo dan Nando yang bertugas memesankan makanan untuk Gave.

"Lo mau makan apa Gave?"

"Gue mau makan mie ayam, Jangan lupa sayurnya dikurangin sama ayamnya di banyakin."

Aldo dan Nando menggeleng tak setuju.

"Yaudah deh, bakso aja. Tapi baksonya yang banyak ya?"

Keduanya kembali menggeleng keras membuat Gave berdecak sebal.

"No! Lo harus makan makanan yang sehat, gak boleh makan yang begituan!" peringat Nando membuat Gave memalingkan wajahnya kesal.

"TERUS GUE HARUS MAKAN APAH?!"

Tuh kan ngegas.

Gave sungguh kesal dengan dua sahabatnya itu. Kenapa sekarang jadi sangat protektif, padahal dia sudah benar-benar sembuh. Mata Gave menyipit, menatap penuh selidik kepada dua orang tersangka.

"Kenapa sih kalian jadi kaya gini banget? gue udah sembuh! atau ada yang kalian sembunyikan dari gue?"


Keduanya gelagapan, tapi berusaha sekeras mungkin agar Gave tidak curiga pada keduanya. "Ya enggak! itu emang pesen nenek ke kita buat jagain Lo. Katanya Lo gak boleh makan yang begituan dulu."

Gave mengangguk percaya, sedetik kemudian matanya melotot. "Terus gue makan apa dong?!"

"Makan bubur dulu ya Gave, cari yang aman-aman dulu." saran Aldo.

"Ya terus ngapa Lo pada nawarin gue, trus fungsinya apa?!!" Keduanya hanya cengengesan.

Tanpa ba-bi-bu Aldo dan Nando langsung berlalu meninggalkan Gave yang masih merengut kesal.  Pemuda itu merebahkan kepalanya di atas meja, memejamkan matanya sembari mendengarkan suara-suara ribut yang disebabkan oleh banyaknya siswa yang berebut jatah makan.

Seorang gadis tiba-tiba merengkuhnya. Gave membalas pelukannya, menduselkan kepalanya dicengkuk leher gadis itu.

"Kakak,"

"Kenapa? kok keliatan lemes gitu?"

"Kepala aku pusing kak, aku pengen ingatan aku balik lagi."

"Iya, tenang. Nanti kakak bantu kamu, sampai kamu inget semua."

Kegiatan itu tentu tak luput dari pandangan siswa yang ada di kantin. Tentu Gave tak peduli dengan itu, tapi seorang gadis sedang menahan tangis karena melihat adegan tadi.

Aldo dan Nando urung untuk mendekati meja, pasalnya yang mereka tahu gadis itu adalah kakak kelas mereka saja. Dan juga, Gave saat ini sedang dekat dengan Nia, bagaimana bisa berpelukan dengan seorang gadis didepan umum.

"Astaghfirullah!!! kalian sedang apa?!"

"Gapapa, emang gak boleh pelukan sama kakak sendiri?"

"Ha?"

CHANDGAVE [SELESAI✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang