Sudah seminggu ini Junio berada di lingkungan perusahaan keluarganya. Nio yang terbiasa tampil cuek dengan celana jeans dan rambut dibiarkan tergerai serta kaos oblong mau tak mau harus tampil rapi berjas lengkap, rambut ia ikat rapi ke belakang. Tubuhnya yang menjulang langsung terlihat diantara para karyawan yang menyapanya ramah saat ia menuju ruangannya.Sekretaris Junio, Cantika, banyak memberikan penjelasan pada Junio apa yang harus ia lakukan.
"Bapak bisa bertanya pada Ibu Stevi, wakil Bapak jika penjelasan saya dirasa kurang."
"Nggak lah, aku lebih enak ngomong sama kamu saja."
"Baik, Pak."
"Eh, satu lagi, ini sudah seminggu ya, boleh aku kasi masukan tentang kamu?"
"Boleh."
"Mulai besok, pakailah baju yang agak longgar, biar badan kamu lebih sehat, dan peredaran darah lebih lancar."
Wajah Cantika bersemu merah, baru kali ini ada bos yang sampe urusan baju jadi perhatian.
"Baik, Pak, akan saya perhatikan, permisi."
"Silakan."
"Hmmm ... selera bos payah, masa baju dengan model keren dibilang bikin badan gak sehat, malah ini jadi kelihatan sehat semuanya jadi kelihatan menarik, biarin aja."
Cantika menggerutu setelah berada di balik pintu, ada keinginan menarik perhatian bosnya yang duda mumpung ia lagi jomblo. Siapa yang tak tertarik pada pria matang dengan tubuh atletis seperti Junio, Bu Stevi yang cuek saja jadi berbinar matanya apa lagi Cantika yang memang hobi menaklukkan laki-laki tampan dan selama ini ia tak pernah gagal membuat laki-laki bertekuk lutut.
.
.
."Mau ke mana Agni?" Sesil menghentikan langkah Agni siang itu. Agni menoleh dan hanya tersenyum.
"Ada deh, mau ke suatu tempat, pengennya sudah sejak kapan itu tapi baru sempat sekarang."
"Iyaa mau ke mana?"
"Om Junio."
Mata Sesil terbelalak.
"Ngapaiiiin, nggak usah nanti ganggu aja, dia itu pemimpin perusahaan sekarang, dia sibuk."
"Om Junio bilang nggak itu, udah ah aku berangkat ya Ma, ini pas bentar lagi jam makan siang jadi Om Junio nggak sibuk, Bai mama, assalamualaikuuum."
" Wa Alaikum salam, duh gimana sih ini." Sesil meraih ponselnya dan menelepon Beryl, suaminya.
Ya Maaa
Paaa itu si Agini ke tempat Junio sekarang, aku kok ...
Nggak papa, Junio nggak akan tertarik sama anak kita
Paaa dengerin ya, sekuat-kuatnya laki-laki yang sudah lama hidup sendiri tapi kalo perempuannya yang terus ngejar dia aku yakin akan luluh juga
Itu nggak berlaku bagi Junio, bagi dia Tamara tak tergantikan
Iya sekarang, papa ini percaya aja
Karena aku sahabatnya, yakin aja Ma, aku tahu siapa Junio
Sesil menghentikan obrolan lewat telepon yang akhirnya hanya membuat dia semakin jengkel.
"Apa aku perlu ngomong sendiri ke Junio ya?" Sesil masih memandang ponselnya dengan bimbang. Tak lama ia cari nomor Junio dan mulai melakukan panggilan, berkali-kali baru bisa tersambung.
Maaf Sil aku masih ada tamu ini, ada yang penting?
Eh maaf, bentar aja Nio, Agni ke kamu sekarang, katanya kamu dah tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk, Om! (Proses Terbit)
RomanceCover by @DepaCBS Ajakan menikah Agniza Kaila Pasha membuat Junio Albani kaget dan merasa tak masuk akal. Ia sama sekali tak mengira jika gadis kecil yang dulu sering duduk di pangkuannya masih saja memendam cinta padanya. Setelah sekian tahun ia be...