4

639 213 36
                                    


"Pak, ada hubungan apa sih Bapak sama Ibu Stevi di masa lalu? masa sejak ada Bapak di sini saya selaluuu diamati, selalu ditegur, yang baju lah yang dandanan lah, capek saya Pak, jangan-jangan mantan pacar Bapak ya? Lagian kalo memang saya mau godain Bapak juga kan gak papa, kita sama-sama single, bapak duda sedang saya gadis rasa janda."

Cantika nampak menggerutu saat mengambil beberapa dokumen yang baru saja ditanda tangani oleh Junio, Junio tertawa lebar baru kali ini ia merasa jika Cantika punya selera humor yang bagus juga.

"Kamu ini loh ada-ada aja, gadis kok rasa janda, memangnya kamu sudah ..."

"Iya sama pacar saya yang ninggalin saya, sedih lah Pak, sudah di DP tapi nggak deal ternyata."

Kembali tawa Junio memenuhi ruangannya.

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

"Bohong kalo gak ada apa-apa, karena dia sering nyelonong masuk ke ruangan Bapak, lalu senyum-senyum sendiri kayak orang gak waras."

Junio menghela napas.

"Kami pernah dijodohkan karena orang tua kami yang mau itu, tapi aku tak bisa mencintainya dan ya sudah selesai lalu aku memilih menikah dengan wanita yang sangat aku cintai, sayangnya ia tak berumur panjang, dan aku kehilangan cinta sejatiku.

"Yaaah Bapak, cari lagi dooong Bapak masih keren gitu, usia boleh matang tapi badan mah yahud saya mau jadi pacar Bapak."

"Halah halaaah sana keluar kamu Cantika, aku ini bos kamu, berani bener kamu."

"Gurau Paaaak, dari pada suntuk kerjaan banyak kalo ketawa kan jadi fresh, kalo ternyata ada malaikat lewat dan nyatet beneran kita jodoh ya Alhamdulillah saya mau juga Pak."

"Cantikaaaa."

"Iya Paaaak, iyaaa saya keluar."

Junio geleng-geleng kepala, ada-ada saja ulah sekretarisnya yang selalu berbaju kurang bahan itu. Tak lama ia dikagetkan oleh suara ponsel yang ada di mejanya. Ia lihat ternyata ada nama Agni di sana.

Iyaaa Sayaaang

Seneng deh Om panggil aku Sayang

Yah ke anak sendiri kan

Hehe iya iya, eh Om jadi ya nanti malam, kayaknya papa cuman ngater aja karena udah ada acara sama mama

Ok Om jam 7 sudah di rumah

Ok lah aku ke sana ya Om

Nanti langsung masuk saja ke galeri Om ya di belakang

Ok Om ganteeeen Bai Bai

Junio tersenyum sambil menatap ponsel yang masih ia pegang, ada rasa bahagia tiap kali mendengar celoteh riang Agni. Rasanya lama sekali ia tak merasakan bahagia sejak kematian Tamara, kehadiran Agni mungkin bisa mengobati kesedihannya karena pembawaan Agni yang ceria, meski kata mamanya, Agni seolah menyimpan rasa suka padanya tapi Junio yakin jarak usia yang sangat jauh tak akan membuat Agni benar-benar jatuh cinta padanya.

Tidak akan, mungkin hanya rasa suka sesaat yang akan segera hilang saat ia menemukan laki-laki yang ia cintai sepenuh hati.

.
.
.

"Nunggu siapa Nio? Dari tadi liat jam aja?"

"Janjian sama Agni, Ma, dia mau ke sini, jadi aku tunggu."

"Oh, gimana Stevi, Nio?"

Junio menghela napas.

"Males Ma, sering masuk ke ruanganku tanpa tahu aturan, males banget aku Ma, selalu mengingatkan yang dulu-dulu, dan menyalahkan Tamara, padahal sejak awal dijodohkan aku tak punya perasaan apa-apa, kalau bukan karena papa dan mama, males aku kerja di perusahaan itu."

Nikah Yuk, Om! (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang