°3.2°

2.3K 394 11
                                    

Hujan
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊ ┊ ˚✩ ⋆。˚ ✩
┊ ┊ ┊ ✫
┊ ┊ ︎✧
┊ ┊ ✯
┊ . ˚ ˚✩

CTAR CTAR

"Astaga, Nee-sanmu kemana'sih? Hujannya makin deras gini"

Akira hanya mendengar ucapan Ibunya. Tatapannya terfokus pada berita yang di tayangkan

'Berita terbaru, Badan Metereologi dan Geofisika Jepang baru saja memberi informasi bahwa Prefektur Miyagi akan diterpa Badai sekitar pukul 7 Sore hari ini. Badai akan berlangsung hingga besok siang—

Sang pembawa acara pria tersebut menunjukkan layar dengan peta daerah yang akan dilalui badai

—Pemerintah telah mengkonfirmasi, badai kali ini tidak terlalu berbahaya sehingga masyarakat tidak perlu diungsikan. Tetapi, tetap diharapkan seluruh warga di sekitar titik-titik terparah yang disebutkan tidak keluar dari rumah hingga badai berhenti. Sekolah dan Pekerja juga akan diliburkan esok hari—

Sang pembawa acara kembali menatap kamera

—dan terakhir, untuk titik-titik terparah akan dilakukan pemadaman listrik serentak pada pukul 6 sore hingga badai berhenti. Berikut titik-titik terparah yang akan di lewati badai—"

Akira menghela nafas lalu memeriksa ponselnya. Setengah enam, tidak lama lagi badai itu akan sampai. Tou-san ada di lab dan daerah Tou-sannya bukan titik terparah jadi beliau dan teman-temannya tetap disana

Masalahnya sekarang adalah Nee-san'nya

Serius, kenapa belum balik coba itu orang? Mana rumahnya termasuk titik terparah berarti setengah jam lagi listrik akan padam

Ah, mending sekarang dia mengisi batrai ponselnya. Power bank miliknya juga masih penuh, laptop miliknya dan Nee-san'nya juga masih penuh —yang mengurus hal ini Kaa-san mereka— jadi masih ada hiburan sampai besok

Tapi... AHH NEE-SAN BAKA ITU KEMANA COBA?

Rambut dia acak-acak. Akira kembali menghela nafas lalu menyusul Ibunya yang menunggu di teras rumah

Setelah sampai dapat dia lihat gelagat gelisah Sang Ibu ditambah beliau terus mengecek ponsel miliknya. Di jamin beliau telah menghubungi Putri Sulungnya berkali-kali. Tapi, jaringan mulai jelek sekitar 15 menit lalu

"Kaa-san masuk saja, biar aku yang tungguin Nee-san"

Ucapan Akira dibalas gelengan oleh sang ibu. Akira mendekati sang ibu lalu mengelus punggung wanita nomor satunya tersebut

"Tenang saja. Nee-san sudah 27 tahun. Pasti dia bakal pulang, kok. Kaa-san masuk saja, lanjutkan masakan Kaa-san sebelum pemadaman listrik setengah jam lagi"

Manik coklat keabuaan Sang Ibu membulat "Eh?! Pemadaman?!"

"Iya, kompleks kita masuk titik terparah. Tapi tidak perlu sampai diungsikan"

"Astaga pantas saja hujannya dari tadi terlalu deras. Aduh (name) dimana sih?!"

"Kaa-san... biar aku yang tungguin nee-san"

"Tapi—"

"Dia ga bakal kenapa-napa. Akira jamin, Kaa-san tau sendiri dia kayak gimana'kan"

Sang Ibu menghela nafas lalu mengangguk "Kaa-san masuk dulu, lanjut masak. Hah, ponselku juga harus di charger. Kamu tungguin Nee-sanmu, ya? Hati-hati sama petir, nak"

Sang Ibupun masuk ke dalam rumah sambil melepas jas hujan dari tubuhnya. Akira memperhatikan gerakan Sang Ibu hingga beliau menutup pintu rumah mereka

Oke, sekarang tinggal nunggu baka Nee-san itu. Udah tau punya orang tua overprotektif masih aja cari gara

'Yah, Nee-san anak tunggul hampir 13 tahun, sih. Wajar aja kalo overprotektif Kaa-san dan Tou-san masih ada'

Akira meninggalkan terasnya dan berjalan keluar dengan tubuh terlapisi jas hujan. Angin memang kencang tapi tidak sekuat itu untuk menyeret dirinya, manikpun menatap jalan sepi

"Hah, Nee-san mana, sih. Jangan bilang ke rumah temennya" Akira bergumam lalu sedikit berdecih

"AKIRAA!"

Fix, itu suara Nee-sannya

Bisa dia lihat siluet orang dengan tubuh basah kuyub serta tangan yang memegang sebuah kantung plastik yang cukup besar dan sesuatu yang dia sembunyikan di balik jaket parasut oversize yang digunakan

Kaki panjang miliknya berlari menuju Nee-sannya. Tidak butuh waktu lama untuknya sampai di hadapan (name)

"Anak kucing?"

Manik coklat keabuan menatap dua ekor anak kucing dibalik jaket parasut (name). Tangannya berinisiatif mengambil kantung yang cukup besar agar kedua kucing itu bisa dilindungi Nee-sannya dengan baik

Tanpa berbicara keduanya berlari ke rumah mereka. Akira sedikit mendengus, Nee-sannya masih sangat baik dalam berlari. Tidak salah selama sekolah, dia menjadi pelari andalan tim estafet

Clik, Brak

"Hah, hah, hah. Udah lama ga lari-larian capek juga"

"Ngomongnya gitu padahal larinya tadi masih cepet"

"Iya dong. Aki—"

"Sana, mandi, cepetan. Dikit lagi listrik bakal mati. Tuh anak kucing keringin juga"

"Iya dek"

Mendengus pelan (name) menurut dan berlari menuju kamarnya.

Akirapun melepas jas hujan miliknya lalu berjalan ke arah dapur

"Kaa-san, tu orang udah balik"

Bisa dia dengar helaan nafas lega dari sang ibu

"Langsung ke kamar'kan dia ganti baju?"

"Hm"

Akira membuka kantung bawaan Nee-sannya. Ada sekotak kue sedang dan dua buah dessert box. Oh, ada makanan kucing juga. Berarti tadi Nee-sannya singgah dulu beli makanan kucing

Pits(?)

"Ah, untung makanannya udah jadi. Akira, nyalain generator dulu. Tapi matiin alat listrik lain selain lampu dapur"

"AKIRAAA CEPETAN NYALAIN GENERATOR, NEE-SAN MAU MANDI!!"

"Hahaha, tuh nenek lampir udah teriak"

"Oke"

"AKIRAAA"

"SABAR DONG AELAH"

Sang Ibu tertawa. Padahal suara hujan sangat keras ditambah sesekali petir menyambar. Tapi suara kedua anaknya masih bisa terdengar jelas. Hatinya terasa hangat mendengar kedua anaknya bertengkar

Hehe

Bayangin aja Akira teriak. Paling mirip kayak MC cowo di tamako market. Toh, satu seiyuu

Ehe

(❀◦◡◦)

𝐒𝐔𝐆𝐀𝐑 𝐍𝐄𝐄-𝐒𝐀𝐍?! || LFP #2 || [Kunimi Akirɑ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang