Akhir Pekan, Ngapain?

274 40 6
                                    

Untuk orang yang sudah berkencan, akhir pekan adalah waktunya untuk bertemu dan bersenang senang bersama. Berkencan, kata paling tepat untuk mengatakannya. Tapi tentu saja itu kata yang paling jarang dikatakan oleh orang yang sedang menjalani hubungan jarak jauh.

Sama seperti apa yang sedang lakon utama ini lakukan. Kata berkencan baginya kali ini adalah berbaring di atas kasur dengan laptop menyala yang sedang menampilkan 2 layar.

Jeno yang sedang berbaring dengan laptop di depannya sedangkan Mark di sana sudah rapi dengan rambut basah dan gitar dalam genggamannya. Tidak ada percakapan di antara dua insan manusia tersebut. Yang terdengar hanyalah alunan gitar yang lembut mengisi kekosongan kamar dua orang berbeda tempat tersebut.

"Ayo bangun, Pemalas. Sudah jam berapa ini ?"kata Mark, memecahkan keheningan di antara mereka.

Yang dipanggil malah kembali bergulung dalam kehangatan selimutnya dan memejamkan mata. "Aku sudah bekerja keras selama seminggu ini, Kak. Berikan aku waktu untuk istirahat."

Mark terkekeh mendengar jawaban Jeno. Terdengar seperti alasan yang dibuat buat, walaupun dia sendiri tahu kalau pujaan hatinya itu memang tidak berbohong.

Baru saja Mark akan membalas, pintu kamar Jeno terbuka dan terlihat Doyoung dengan pakaian yang terlihat sudah rapi.

"Hai, Kak Doy. Selamat pagi,"sapa Mark dan membuat senyum merekah di wajah masam Doyoung tadi. "Lama tidak bertemu, Kak. Kapan Kakak kembali ke sini ?"

"Pagi, Mark. Sudah rapi sekali pagi ini, ada acara ?"

"Tidak juga sih, Kak. Cuman ingin bersantai saja hari ini, kalau tidak pergi ke perpustakaan kota."

Yang dikatakan Doyoung tentang penampilan Mark yang cukup rapi memang benar. Mark mengenakan sweater hijau dan rambutnya yang masih basah tapi terlihat sudah tertata rapi. Berbanding terbalik dengan Jeno yang masih bergulung dalam selimut biru kesayangannya.

Jeno mengamati penampilan Doyoung yang sudah rapi, seperti hendak pergi. "Kakak mau pergi ?"

"Hu um. Kakak ada janji. Jangan lupa sarapan, Kakak sudah membuatkan nasi goreng kimchi,"kata Doyoung sambil mengacak rambut Jeno dengan gemas, sebelum tersenyum ke arah Mark yang melihat interaksi mereka berdua. "Aku titip Jeno ya, Mark. Pastikan dia memakan sarapannya."

"Siap laksanakan, Kak. Kakak tenang saja."

Sepeninggalnya Doyoung, Jeno masih terlihat bermalas malasan di balik selimutnya. Mark sudah menyuruh Jeno untuk segera makan, tapi Jeno langsung menyembunyikan separuh wajahnya di selimut dan menggelengkan kepalanya. Dia memang masih benar benar mengantuk untuk saat ini. 

Jeno terbangun dan menggeliat. Tubuhnya terasa segar sekali. Dia melirik ke arah laptopnya yang masih menyala. Mark masih ada di sana. Hanya saja backgroundnya sudah berubah.

"Selamat siang, Sayang. Udah puas tidurnya ?"tanya Mark sambil terkekeh melihat wajah Jeno yang bingung. "Sekarang bangun dan makan sana. Jangan sampai sakit."

"Hm ? Udah di perpustakaan, Kak ?"tanya Jeno dan dibalas anggukan kepala oleh Mark.

"Jangan tidur lagi. Mandi dan sarapan sana. Aku tunggu."

Jeno hanya menganggukkan kepalanya dan bangkit dari ranjangnya dan mengambil pakaian ganti. Meninggalkan Mark yang kembali sibuk dengan buku bukunya di sana.

Selesai mandi dan berpakaian, Jeno berjalan ke dapur untuk memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Doyoung tadi. Tentu saja sambil membawa laptopnya.

Sarapan di waktu makan siang berjalan dengan hening. Sesekali Jeno bertanya pada Mark atau berguna entah tentang apa. Suatu kebiasaan unik yang selalu berhasil membuat Mark tidak bisa menahan rasa gemasnya.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah ini, Sayang ?"tanya Mark ketika Jeno sudah selesai makan.

Jeno yang sedang minum langsung tersedak mendengar pertanyaan Mark. Sedangkan Mark sendiri menertawakan tingkah Jeno yang sedang salah tingkah tersebut. Sudah 1 tahun berpacaran, tapi rasanya tetap saja aneh saat Mark memanggilnya seperti itu.

"Kenapa reaksi untuk selalu menggemaskan seperti itu sih ?"

"Apaan sih, Kak,"jawab Jeno sambil memalingkan wajahnya dari kamera. Pipinya terasa hangat dan dia tidak mau membuat Mark untuk menggoda dirinya lagi.

"Hari ini benar benar tidak ada jadwal apapun ?"tanya Mark, mencoba mengalihkan obrolan mereka tadi.

Jeno hanya menganggukkan kepalanya. "Kakak juga ngga ada acara selain ke perpustakaan kan ?"

"Iya, memangnya kenapa ?"

"Tidak apa apa, setidaknya bisa melihat wajah Kakak lebih lama daripada biasanya."

Got It!

Jika tadi Mark berhasil membuat Jeno salah tingkah, maka sekarang Jeno yang berhasil.

"Satu sama ! Hehehehe."

"Iya, iya. Kau yang menang."

Selesai memberikan peralatan makannya tadi, Jeno memutuskan kembali ke kamar untuk bermain game. Tentu saja hal, panggilan video itu masih berlangsung.

Satu orang bermain game, sedangkan yang lain belajar di perpustakaan. Sebuah perbandingan yang menarik, bukan ?

Jarak | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang