Namaku Adella Putri. Gadis tomboy urakan yang sudah dinikahi laki-laki kulkas dua pintu. Laki-laki yang baru tiga bulan kenal secara dekat oleh kedua pihak keluarga. Ya, kami memang dijodohkan oleh kedua orang tua dengan sedikit paksaan. Aku menerimanya setengah hati karena ayahku selalu ketakutan dengan orientasi normal yang akan berubah haluan menjadi menyimpang.
Mungkin karena gayaku yang cenderung seperti laki-laki. Tidak pernah memakai rok ataupun dress yang membuat beliau berpikir keras mengenai tujuan hidupku, padahal aku memang merasa nyaman dengan penampilan menyerupai laki-laki karena merasa aman dari gangguan mata keranjang dan hidung belang.
"Kamu ayah jodohin sama anak temen ayah dari komplek sebelah. Minggu depan beliau mau dateng langsung melamar kamu," kata ayah serius saat makan malam. Refleks membuatku terbatuk-batuk karena makanan di tenggorokan belum turun ke perut. Apalagi sisa makanan di piring juga masih lumayan banyak.
"Kok, gitu, Yah? Kenapa nggak bilang dulu, sih?" protesku usai menelan air mineral.
"Kamu anak perempuan satu-satunya ayah. Harus bisa jadi kebanggaan ayah. Minimal, kamu jadi perempuan beneran jangan jadi-jadian kayak gini." Tangan ayah menyentuh daun telinga kananku yang dihiasi tiga tindikan anting. "Mulai besok, ini kuping harus normal. Pake anting yang bener. Jangan asal-usalan kayak gini. Kamu udah 22 tahun, Del. Minggu depan mau wisuda."
"Nah, itu ayah tau kalo aku baru mau wisuda. Mau ngerasain capeknya cari uang dulu, Yah. Masa langsung disuruh kawin. Kan, nggak seru," sungutku mengerucutkan bibir.
"Nggak terima bantahan. Pokoknya kamu harus terima lamaran David."
"David?" Tunggu, sepertinya aku tak asing dengan nama itu.
"Iya, Ardavid Putra--anaknya Om Gian."
"Om Gian temen mancing ayah?" ulangku memastikan sekali lagi agar tidak ada salah paham.
"Emang ayah punya berapa temen mancing namanya Gian?" Ayah mendengus sebal.
"Tapi ... tapi tetep harusnya tanya aku dulu."
"Pokonya harus terima. Lagian David anaknya baik. Beberapa kali pernah mampir ke sini ngenterin ayah kalo abis main ke rumahnya. Ya, meskipun statusnya anak angkat, tapi sayang banget sama orang tuanya. Makanya--"
"Aku nggak mau!"
"Della, kamu nolak usulan ayah? Mau jadi anak durhaka? Ayah udah tua, Nak. Nggak bisa jagain kamu terus. Nggak lama lagi ayah mau ikut tinggal sama kakak kamu. Kebetulan akhir bulan depan Dimas mutasi ke luar kota. Istrinya udah ngebujukin ayah terus supaya ikut mereka."
"Tapi, Yah ..."
Ayah bangkit dari kursi, berjalan menghampiri aku yang menekuk wajah sembari menutupinya dengan kedua telapak tangan.
"Mau sampe kapan patah hati?" Pertanyaan telak itu menghunus jantungku. Sudah banyak yang bertanya hal demikian sejak tiga tahun lalu. Kekasih yang kucintai berkhianat dengan perempuan yang selalu dianggap sahabat. Nyatanya mereka satu tim dalam berbagi nafsu berahi.
"Aku udah move on, kok," sanggahku gugup.
"Masa, sih? Tapi, kok, kayak masih ngarepin Dino kembali," ledeknya sok tahu, padahal aku sudah benar-benar berhasil melupakan laki-laki bedebah itu.
"Dih, ogah banget ngarepin penjahat kelamin begitu." kata-kataku membuat ayah terbahak.
"Percaya sama ayah, David anaknya baik. Dia pasti bisa bahagiain kamu. Kalian sama-sama menikah dengan amanat kedua orang tua. Kelak, kalian akan saling memuliakan hubungan sakral itu dan hidup bahagia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Cinta
NouvellesMenikah dengan basic perjodohan mau tak mau membuat Della berusaha keras memperjuangkan keutuhan mahligai suci rumah tangganya. Meski awalnya terpaksa cinta, perlahan-lahan rasa itu hadir menjalari relung hatinya yang terdalam. Tidak untuk David, i...