Author PoV

121 16 0
                                    

Piring stainless di tangan Reno letakan kembali ke meja. Laki-laki yang mengenakan seragam pasien tampak enggan membuka mulut. Matanya menatap tak fokus ke atas plafon kamar perawatan yang sudah empat hari ditempati. Sejak kecelakaan itu, Reno rutin mengunjunginya.

Berawal dari sebuah nomor tak dikenal menghubunginya yang ternyata milik salah satu petinggi di kantornya. Karena nomor istrinya tidak aktif sehingga memutuskan panggilan ke nomor Reno, lantas seorang perawat memintanya datang ke rumah sakit.

"Pak David harus makan. Supaya mental dan raga bapak siap saat menjalani operasi nanti," bujuk Reno.

Laki-laki dengan satu kaki yang terlilit perban hanya menoleh sepintas, lantas melanjutkan lagi melamun. "Saya nggak bilang mau operasi."

Reno menatap sedih pada laki-laki yang selalu terlihat percaya diri dan tampil prima kini terlihat mengenaskan. Pasca kecelakaan tunggal yang mencederai kaki kanannya. Patah tulang yang cukup riskan membuatnya tumbang. Tanpa semangat hidup dan tekad besar untuk cepat sembuh.

Bukan hanya itu, sejak hasil pemeriksaan keluar, David juga menolak rujukan rumah sakit yang memintanya untuk segera melakukan operasi. Ada serpihan tulang kecil yang menusuk tulang yang lain. Jika tak segera dilakukan tindakan medis akan menyebabkan cacat permanen. David akan ketergantungan dengan kursi roda. Dan ia tak masalah jika tak bisa berjalan lagi.

Mirisnya, laki-laki dingin itu tak memedulikan nasihat dokter. Ia tetap pada pendiriannya. Pasrah pada nasib yang tengah menimpanya.

"Kamu belum nemuin Della?" tanya David lirih.

"Maaf, Pak. Saya belum juga dapet informasi Della ada di mana," sesal Reno membuatnya tak enak hati makin membuat David muram.

"Pasti dia masih marah sama saya," bisik David serak.

Reno menatap iba pembaringan. Suasana kembali senyap. "Oya, tadi waktu bapak tidur ada panggilan dari adik bapak di Semarang. Katanya lusa baru bisa ke sini. Anak keduanya lagi sakit jadi nggak bisa buru-buru jengukin," terang Reno.

David memang mempunyai satu adik dari orang tua yang mengasuhnya. Ibu angkatnya lebih dulu tiada sejak David masih kuliah. Setelah ayah angkatnya tutup usia dua tahun lalu, adiknya ikut suaminya tugas ke luar kota. Usia adik perempuannya justru tiga tahun di bawah Della.

"Iya, nggak papa. Yang terpenting itu kapan Della mau jengukin saya?"

Mulut Reno merapat. Bingung harus menjawab apa. Nyatanya David sangat menginginkan kehadiran istrinya. Laki-laki sok cool dan selalu datar itu teramat mencintai istrinya. Batin Reno bertekad akan membawa Della ke hadapan David agar membujuk dan memotivasinya untuk menjalankan operasi.

Suara dan getar dari gawai milik Reno memecah keheningan. Sebuah panggilan dari kantor membuatnya harus segera undur diri dari jam besuk.

"Ehm, Pak--"

"Iya, Ren, nggak papa. Kamu pergi aja. Saya nggak papa, kok, ditinggal. Ada suster yang siap sedia kalo saya butuh sesuatu," potong Reno diselingi senyuman. "Oya, makasih udah mau repot-repot ngurusin saya yang jelas-jelas pernah musuhin kamu."

"Santai aja, Pak. Saya paham kenapa bapak bersikap kayak gitu. Itu artinya bapak beneran sayang dan cinta sama Della, padahal kalo bapak nggak marah niatnya saya mau ngerebut dia jadi milik saya."

Pernyataan Reno sukses membuat David membulatkan mata, tapi cepat-cepat Reno luruskan dan melanjutkan ucapan, "Kalian saling mencintai jadi saya ikhlas untuk mundur dari pertarungan."

"Pertarungan apa?!" tanya David sengit.

"Makanya bapak pilih operasi aja supaya cepet sembuh dan bisa saingan sehat sama saya," kelakar Reno sengaja memancing semangat juang David.

"Udah sana pergi. Saya mau istirahat!" David memunggungi Reno mendengar kekehan menyebalkannya. Gegas laki-laki muda bersetalan resmi kantor pamit keluar ruangan.

.
.

Aliceweetsz || Senin, 03 Juli 2023

Terpaksa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang