04 | basah kuyup

5 1 0
                                    

Rizkan menyunggingkan senyumnya tatkala melihat papan skor menunjukan 3-1 untuk tim nya. Untuk kesekian kali ia pastikan tim nya akan kembali meraih kemenangan.

Kini mata tajamnya melirik Endi dengan tatapan  remeh. Memamerkan kemenangan nya dan meremehkan kekalahan tim Endi yang sudah seperti rutinitas.

Endi dengan nafas nya yang memburu penuh emosi balas menatap tajam Rizkan. Cowok tinggi itu sangat amat benci dengan tim Rizkan. Tidak, lebih ke sang kapten nya, Rizkan.

"Easy men, verry easy!" Seru Rizkan yang jelas meremehkan Endi dkk.

"Anak anjing! Gak usah belagu Lo bangsat. Tunggu tim Lo gue jadiin babu!" Seru Endi penuh emosi.

"Kemaren juga ngomong nya gitu pas kalah." Sahut Alan yang disertai tawa Denta dan Kevaan.

"Gak usah bacot Lo tai!" Seru kawan Endi.

"Cabut." Suara berat nan datar Alvian mengintruksi keempat kawan nya. Mereka pun dengan sombongnya keluar dari lapangan dengan hasil yang sama.

Always win.

"Rizkan setan!"

****

"Males banget gue menang mulu elaahhh.."  gerutu Alan yang melempar handuk kecil nya ke kursi ruang ganti.

"Anak ogeb! Menang bukan nya bersyukur." Denta ikut melempar handuk kecil nya, namun lelaki itu melemparkan nya ke Alan.

Alan berdecak yang kemudian melempar jauh handuk Denta. "Ngebosenin anjrit."

"Ntar kalah nanges." Sahut Kevaan yang baru keluar dari bilik ganti.

"Anti nanges-nanges klub mamang. Babang Tamvan Alan slalu menang bos santai." Ujar nya dengan gaya tengil seperti biasa.

"Lah tadi kata nya bosen menang mulu."

"Ya siapa—"

"Bacot ajg." Nahkan Abang Rizkan jadi emosi sampai mengeluarkan kata mutiara nya.

Lantas semua nya terdiam tak lagi ada yang bersuara. Mereka kembali membersihkan tubuh mereka yang sudah lengket dengan keringat.

Sejujurnya pertandingan hari ini bisa di bilang santai. Tidak begitu menguras energi. Sebab demi apapun, bukan nya mengejek, namun tim Endi tuh benar-benar Ez. Benar-benar bukan lawan tim Rizkan dkk.

Namun dari pada nganggur? Lagipula mayan lah pamer-pamer dikit.

"Emang dasar anak monyet!" Seru Rizkan, lalu menonjok loker yang ada di hadapan nya.

"Apaan si anjrit! Kita udah diem ya sat."

Rizkan tidak menggubris nya, ia masih menundukkan wajah nya dengan tangan yang bertumpu pada loker yang baru saja kena tonjokan nya.

Keempat kawan nya saling tatap, kemudian menaikan bahu masing-masing karena tak tau apa yang di maksud oleh sang kapten.

"Kenapa si--"

Rizkan melempar ponsel nya, dan dengan cekatan Kevaan menerima nya dengan mulus. Alan dan Denta yang di samping Kevaan, langsung mendekatkan diri mereka untuk melihat apa yang ada di ponsel Rizkan, sampai-sampai loker tak bersalah menjadi korban.

"Anjir-anjir masih punya nyali rupa nya." Ujar Alan ketika selesai membaca pesan yang ternyata dari Endi.

Alvian yang berada jauh dari mereka, mulai mendekat karena penasaran. Merebut ponsel nya dan membaca pesan tersebut.

Raut nya tenang namun tatapan nya sudah menjadi sangat tajam.

"Jangan di terima."

Rizkan sontak menoleh. "kenapa ngk??"

grizelle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang