Salah Mengartikan Rasa

20 3 2
                                    

Memang bukan hal mudah memaafkan seseorang yang jelas-jelas membuat kerusuhan. Merusak mood dan semua barang yang ada di rumah minimalis itu. Bunga-bunga yang berjejer dengan pot-pot yang lucu hancur berserakan. Tanahnya memenuhi lantai yang dilapisi keramik putih.

Seorang wanita langsung membersihkan tanah serta pecahan pot bunga. Dengan tatapan tajam pada pemuda yang sedang berkacak pinggang, ia membersihkan kerusakan itu semua dengan wajah kesal.

“Sudah kubilang, kau jangan pernah mau tinggal di sini! Tempat ini kotor, bau segala macam tai-tai yang menjijkan!” sentak seorang lelaki bernama Yuda. “Oh, satu lagi, pasangan tua yang kau hormati, tak akan bisa membantumu keluar dari keterpurukan, Lana. Kau malah dibuat susah oleh mereka!”

Gerakan tangan Lana terhenti saat Yuda berkata begitu. Ia semakin geram. Pasalnya, dua orang yang ia sayangi dihina habis-habisan oleh saudara kandungnya sendiri. Pasangan tua itu saling berangkulan. Menatap kengerian yang berada di depan rumahnya.

Lana berdiri, lantas mendekati Yuda, Lana menatap mata Yuda dengan tajam. Hampir saja empat mata itu saling menusuk, lantas tusukan itu merambat ke ulu hati. Lana sudah hilang batas kesabaran kali ini. Tangannya menggenggam erat pecahan pot, sedangkan Yuda malah tertawa lepas menatap kekacauan serta ekspresi marah di  wajah Lana.

“Apa? Mau marah? Sudahlah, lebih baik kau tinggal bersamaku sayang...” Yuda merangkul bahu Lana, lantas mencoba mencium paksa bibirnya. Namun, sebelum ciuman itu mendarat dibibirnya, Lana sudah lebih dulu menendang kemaluan Yuda dengan tepat sasaran.
Bodyguard Yuda langsung mendekati mereka berdua. Yuda memerintahkan mereka untuk membawa paksa Lana ke dalam mobilnya.

“Bawa dia, bius sekalian!” Yuda masuk ke dalam mobil dengan berjalan terpapah.

Pasangan paruh baya itu baru berani keluar rumah setelah cucu mereka dibawa pergi. Terjadilah pemandangan mengharukan. Keduanya menangis, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sang Kakek buta, sedang Sang Nenek bisu.
Mereka bukannya tak mau melawan. Namun, ketidaksempurnaan fisik, membuat mereka hanya menangis dan berteriak saja.

***

Yuda Pranata, anak kedua dari seorang pengusaha kaya raya di Malaka. Ayahnya, Tuan Pranata, yang sedang mengalami sekarat sangat ingin melihat anak-anaknya hidup bahagia menjalin rumah tangga. Tuan Pranata ingin segera menimang cucu. Ia sudah tak sabar sejak sepuluh tahun lamanya menyendiri, meratapi kesendiriannya karena ditinggal seorang istri.

Rumah besar dan mewah yang berdiri di kawasan industri permata begitu sunyi. Jelas saja, rumah itu hanya berisi dua orang sebagai penghuni utama; Tuan Pranata dan Yuda. Ada sepuluh  pembantu dan delapan satpam yang dipekerjakan di sana. Yuda lebih sering berada di luar untuk mengembangkan perusahaan milik Tuan Pranata.

Para pekerja di sana merasa minim sekali bekerja. Terutama para pembantu, setiap hari membersihkan ruangan yang tak pernah sekalipun dikotori manusia. Membersihkan taman yang jarang diinjak majikannya. Menyiapkan makanan hanya untuk satu orang saja.

Sebenarnya, apalah arti rumah jika hanya menjadi pajangan tanpa adanya kehangatan?

Sebulan lagi, perusahaan milik Tuan Pranata akan sepenuhnya Yuda miliki setelah Yuda menikah. Tuan Pranata memberi waktu sebulan untuk Yuda mencari pendamping hidupnya sendiri. Jika melewati tenggat waktu itu, Tuan Pranata akan menjodohkan Yuda dengan anak dari sahabat bisnisnya.

Adalah hal sulit bagi Yuda mencari pasangan yang benar-benar dicintainya, bahkan jikalau Yuda diberi waktu lebih lama. Yuda sudah lupa bagaimana rasanya mencintai lagi. Pasalnya, hati Yuda sejak kecil sudah tertaut pada satu wanita. Mungkin itulah yang menjadi alasannya untuk enggan bermain wanita meski banyak wanita yang hilir-mudik menghampirinya.

Izinkan Aku Menatap BayangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang