00

396 52 0
                                    

Soonyoung itu jarang keluar rumah. Jika bukan urusan kampus, komunitas, atau yang berhubungan dengan keluarga, maka laki-laki itu tidak akan mau. Jika tak ada yang harus ia lakukan hari itu, Soonyoung lebih menikmati waktunya di rumah.

Namun, akhir-akhir ini berbeda. Soonyoung akan berada di rumah saat malam sampai jam di mana kelas pertamanya akan dimulai. Ketika pulang malam pun, laki-laki itu selalu pulang melebihi jam makan malam. Membuat keluarganya harus menunggu lebih lama karena sang ibu begitu menjunjung tinggi makan malam bersama.

Seperti sekarang.

"Abang belum pulang?" tanya Papa yang baru selesai bersih-bersih selepas pulang kerja. Laki-laki itu menarik kursinya untuk duduk, kemudian mendapati kedua anaknya menggeleng bersamaan.

"Abang gak bales pesan adek," jawab si bungsu.

"Sama," sahut kembaran Soonyoung, "akhir-akhir ini dia doyan pulang telat, gak ngabarin lagi."

"Ada acara di komunitasnya, mungkin?"

"Kalau itu pasti bilang, Pa. Lagian baru beres juga acara yang kemarin," balas sosok perempuan yang kerap dipanggil Adek, Yena namanya.

"Sst bentar lagi juga datang kok abangnya, percaya deh sama Mama," sahut wanita yang posisinya tertinggi di rumah ini.

Seungyoun, kembaran Soonyoung menghela napasnya. Perutnya sudah merengek kelaparan, tapi Soonyoung belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan pulang.

Untungnya, tidak lama kemudian yang ditunggu pulang. Di sebelah tangannya, ia membawa tiga buah boba. Sadar kalau kedua adiknya akan merengek karena kepulangannya yang terlambat.


"Maaf abang pulang telat lagi," ucapnya sembari tersenyum tipis. Ekspresi lelah terlihat jelas di wajahnya, membuat Seungyoun dan Yena kembali menelan kalimat protes mereka, tak jadi diperdengarkan.

"Lain kali, kalau abang telat gak usah ditunggu ya, Ma. Kasihan adek-adek sama Papa pasti lapar," sambung Soonyoung seraya duduk di tempatnya.

"Kalau gitu kamu harus kasih kabar dulu, Abang."

"Iya, maaf tadi HP-nya mati."

Mereka pun mulai menikmati makan malam yang sempat tertunda karena menunggu Soonyoung. Tak banyak pembicaraan yang terjadi karena keluarga ini sudah terbiasa makan dalam diam, meskipun setiap anggotanya memiliki karakter yang berisik.

"Abang tuh ngapain sih pulang malem terus?" tanya Yena setelah ia selesai mencuci piring. Ia mengambil salah satu boba yang dibawa saudaranya, kemudian meneguknya rakus.

"Iye, komunitas lo ada acara lagi?" sahut Seungyoun yang sudah lebih dulu meminum bobanya.

Soonyoung menggeleng. "Komunitas baru selesai kemarin, ambil jeda dulu seminggu."

"Terus ngapain?"

Ada hening cukup lama, Soonyoung tidak langsung menjawab karena sibuk mengunyah bola kenyal yang ia beli. Laki-laki itu menatap kedua adiknya bergantian. "Gue nyari kucing."

Seungyoun dan Yena sama-sama mengerjapkan matanya bingung, sedikit tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

"Ini serius?" tanya Yena dan diangguki oleh Soonyoung.

"Gue pernah gak serius sama omongan gue?" Soonyoung malah balas bertanya. Apa yang dikatakan anak tertua keluarga ini memang benar adanya, Soonyoung tidak pernah tidak serius dengan ucapannya meskipun itu terdengar seperti sebuah candaan.

Karsa; ksy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang