2. Jam Kosong dan Razia

17 3 0
                                    

👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑

“Hari ini bakalan ada razia lagi apa enggak?” tanya Devan entah pada siapa sembari mengutak–atik gitarnya.

Saat ini mereka berlima ditambah dengan Mia—sahabat sekaligus teman sebangku Yesha sedang duduk melingkar di belakang kelas, memakan jajanan yang dibawa oleh Mia. Memanfaatkan jam kosong di pelajaran Seni Budaya.

Ale yang sedang mengupas kulit jeruk yang ia bawa dari rumah Yesha pun menjawab pertanyaan Devan. “Kalo kata gue sih, enggak. Tapi lo pada 'kan tau sendiri, Pak Abdul itu suka banget ngadain razia dadakan tanpa anak OSIS.”

Esa menadahkan kedua tangannya sembari memejamkan matanya, membuat kelima orang di sekelilingnya menatap heran.

“Gusti nu agung, untuk kali ini tolong hamba dari razia Pak Abdul. Flashdisk ini mahal banget, mana tokonya udah tutup PO. Kabulkanlah doa hamba-Mu ini. Aamiin.”

“Lagian kenapa sih, lo demen banget kena razia sama Pak Abdul?” tanya Rayan yang sedang disuapi jeruk oleh Ale. Sebenarnya Ale akan menyuap ke mulutnya, namun ditarik oleh Rayan dan jeruknya pun berakhir di dalam mulut Rayan. Halal bukan untuk dipukul?

Dengan senyum 3 jarinya, Esa mendaratkan kulit jeruk ke wajah Rayan. “Bukan demen ya, kampret, tapi emang gue selalu kena razia sama Pak Abdul.” dia pun mencomot jeruk di tangan Ale, “Pak Abdul kayak punya dendam kesumat sama gue, salah mulu gue sama Pak Abdul. Segala dasi gue miring ketiup angin aja, dibilang gue gak disiplin. Jangan sampe beliau demen sama gue.”

Mia yang sedaritadi menyimak pun menanggapi keluhan Esa. “Makanya lo jangan bandel, Sa. Kalau guru lagi ngejelasin, perhatiin ke depan. Lo malah ngeliat ke kanan mulu.”

“Dia ngeliatin lo, bege, Mi.” celetuk Yesha sembari memakan kuaci yang dibawa Mia.

“Muka lo 'kan kriminal, Sa.” sahut Devan sembari menggenjreng gitarnya.

Sembari memasang wajah tersakiti, Esa menggubris para sahabatnya. “Sialan lo pada. Kit ati adek.” sambil memejamkan mata dan terasa cipratan air di wajahnya. “Anjrit, Ale muncrat!”

Tawa Ale terdengar di seisi kelas setelah ia menelan jeruk di mulutnya. “Sorry, Bro. But muka lo menjijikkan banget. Damn! Rahang gue sakit abis ngunyah terus ketawa.”

Kelas hening setelah Wahyu masuk sembari berteriak, “WEY, PAK ABDUL MAU RAZIA!!” Setelahnya kembali ribut diserang panik. Termasuk Esa.

“GUSTI, TOLONG SELAMATKAN HAMBA. MOHON DENGAN SANGAT, HAMBA LELAH DENGAN RAZIA PAK ABDUL.” dari suaranya, Esa sangat tertekan.

👑

“Selamat pagi menjelang siang, 11 IPS 4. Maaf Bapak mengganggu, hanya razia kecil–kecilan karena ada anak kelas lain yang membawa rokok ke sekolah. Bapak izin ya, hanya 10 menit.” setelahnya Pak Abdul mulai mengecek tas para siswa dan siswi. Menyisir satu persatu tas dan bangku, sejauh ini aman.

Sampai di meja Ale dan Esa. “Kali ini, apalagi yang kamu bawa, Sar?”

“Pak, panggilan saya Esa, bukan Sar.” sangat tertekan. “Saya gak bawa benda macam–macam, Pak. Saya 'kan anak baik, cek aja tas saya.”

“Lho ya terserah saya, 'kan mulut saya. Terakhir kali kamu bawa mainan bentuk rokok.”

“Pak, itu flashdisk, Pak. Bapak gak percaya banget nih, sama saya. Muka tampan kayak saya mana ada niatan ngerokok di sekolah.”

“Jadi kalau di luar sekolah, kamu ngerokok, gitu?!”

“Ya enggak juga, Pak. Tapi intinya itu bukan rokok, Pak.”

Pak Abdul beralih ke tas Ale, Esa bernapas lega karena kali ini ia lolos. “Ini proposal untuk turnamen bulan depan ya, Al?”

“Iya, Pak, tapi katanya Bu Cahya masih ada yang harus direvisi.” Ale menjawab sembari menjelaskan bagian mana yang perlu direvisi. Lanjut, Pak Abdul beralih ke tas Yesha dan Mia.

“Mia, kamu jualan di kelas?” tanya Pak Abdul karena menemukan 3 bungkus kuaci di dalam tas Mia.

“Enggak, Pak. Itu bekal saya, 'kan lagi diet jadinya makan kuaci.” dalam hati Mia berdoa agar kuacinya tidak disita.

“Saya kira kamu mau jualan. Diet boleh, tapi jangan lupa makan nasi juga!” dengan patuh Mia mengiyakan nasehat Pak Abdul.

Giliran tas Yesha, “Lho ini apa, Sha?” tanya Pak Abdul sembari mengambil flashdisk berbentuk palu Thor dari saku kecil di tas Yesha.

Pasrah ajalah anjrit, nyembunyiin flashdisk udah kayak nyeludupin narkoba.’ batin Esa meringis.

“Gantungan kunci, Pak, tapi bisa jadi flashdisk juga. Lucu 'kan, Pak? Ini saya pakai buat nyimpan file PPT sama tugas yang lainnya juga. Ini dikasih sama kakak saya, Pak, katanya jaga baik–baik.”

“Oke.” Pak Abdul meletakkan flashdisknya ke meja. “Flashdisk kamu mau balik enggak, Sar?”

“Mau, Pak.” sahut Esa semangat.

“Buat makalah, PowerPoint, dan poster tentang ‘Bahaya Rokok Bagi Pelajar’. Saya tunggu besok jam istirahat pertama di ruang BK.”

“Siap, Pak!” Esa memeluk Ale di sebelahnya, terharu dengan beban yang diberikan Pak Abdul.

Setelah Pak Abdul keluar kelas, bel istirahat pertama berbunyi.

👑

Say hello to...

Ayumia Qiyara (Mia)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayumia Qiyara (Mia)

Sahabat sekaligus teman sebangkunya Yesha dari kelas 10 sampai sekarang—kelas 11. Mba Crushnya Esa, tapi gak peka–peka katanya Esa.

Tertanda N a n a s 🥑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tertanda
N a n a s 🥑

Knights for PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang