Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yeom Taegyun."
Suaranya kecil. Tenggorokan nya seperti sungai yang mengering padahal beberapa menit sebelum menghampiri si pemuda pirang, segelas air tak lupa Keita alirkan menuju perutnya. Takut takut Keita mengangkat kepalanya, kedua iris cokelat gelapnya langsung bertabrakan dengan Taegyun. Tubuhnya langsung membeku sesaat, jantungnya memompa darah gila gilaan, jemari Keita sudah mulai mendingin lagi. Gigi dan gusi rasanya ngilu semua. Keita tidak suka perasaan gugupnya mempengaruhi semua kinerja anggota dan organ tubuhnya.
"Ya?"
Tidak begitu halus juga tidak kasar. Terdengar seperti manusia yang lelah bekerja untuk dunia. Malas dan tidak ada semangat. Namun, cukup membuat tubuh Keita bereaksi tidak wajar gugupnya. Tatapan bola mata senada kayu pohon tua, Taegyun bak memiliki kekuatan ajaib. Aneh, tajam, dan mampu membuat pemuda Jepang itu serasa ditelanjangi habis-habisan.
"I-itu... Terimakasih."
Kotak suara Keita tak kuasa bekerja pada umumnya. Layaknya dihimpit dengan tumpukan gelondongan kayu, dadanya terjepit hingga lupa bernapas dan hanya bisa bercicit kecil.
"Oh. Tidak masalah."
Sepertinya kaki Keita berubah menjadi jelly. Lemah sekali melihat Taegyun tersenyum -yang padahal tidak lebar lebar sekali namun, begitupun ada sesuatu yang hangat mengalir dari dadanya. Bulu kuduk nya berdisko merasakan hal aneh yang melanda seluruh badannya. Kemudian, satu susu kotak dan dua bungkus roti muncul tetap didepan mata Taegyun. Keita mengulurkan tangannya, wajahnya terlihat sedikit memerah. "Sebagai tanda terimakasih." Ucap Keita seperti itu. Suaranya kecil namun bisa didengar.
