"Wil yu hold mai hend en' west ower taim tugeder?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taegyun sudah lama memperhatikan. Tiap berangkat ke kampus, tiap pulang kelas ia sengaja melewati jalan yang sama, sengaja mengambil jalan yang lebih jauh. Karena hanya satu hal, penasaran. Taegyun merelakan waktunya untuk melirik toko bunga diujung persimpangan jalan.
Bangunan pendek namun terlihat lebih besar daripada toko bunga kebanyakan, bercat hijau gelap yang bagian pintunya diukir rumit dan stiker merah muda tembus cahaya bertuliskan 'All in Bloom' juga 'flower shop' pada bagian bawahnya menempel pada kaca cermin jendela super jumbo. Bagian depan toko tersebut dihias dengan tumbuhan rambat sampai ke bagian plang kayu bertuliskan 'Welcome' yang sepenggal huruf o dan m nya sudah luntur.
Terkadang Taegyun harus berpura-pura memasuki kafe dan memesan menu yang sama, frappe atau cold brew, kalau sedang iseng ia bisa membeli pastry dan donat. Tempat kesukaannya berada di ujung pojok dekat jendela besar persis sejajar dengan bagian kasir dan meja florist toko sebrang.
Kali ini bermodal sumbu kesabaran pendek dan keberanian yang dibuat-buat, hari selasa sore sekitar pukul lima sepulang dari kampus, Taegyun melangkahkan tungkainya memasuki toko bunga itu. Bungi lonceng diatas pintu sontak membuat Taegyun mendapatkan sapaan 'Selamat datang'. Ceria, berwarna, dan menghangatkan begitu menurut si pemuda Yeom tentang suara yang berasal dari bawah meja florist.
"Ada yang bisa dibantu—Taegyun?"
Telapak tangan Taegyun basah tidak karuan. Degup jantungnya pula bekerja gila-gilaan. "A-aku mencari bunga."
Taegyun memejamkan matanya berusaha menghilangkan kelakuan dungu namun ia malah disuguhi senyuman lebar yang membuatnya tambah salah tingkah.
