[3] Arindella Cafe 🌷

21 6 14
                                    

Risca masih menunggu Rivano latihan basket, untung cuaca hari Minggu ini tidak terlalu terik.

Bosan? sedikit, tapi Risca mencoba untuk mencari kesibukan lain. Sejak tadi ia berjalan mengelilingi lapangan yang sepi, dan memperhatikan teknik basket Rivano.

Rivano masih sibuk berlatih basket, dia memang lebih suka suasana sepi, biar bisa fokus katanya.

"Ih gila keren banget," puji Risca saat melihat Rivano melakukan shooting dengan gerakan lay up.

Setelah 30 menit latihan akhirnya Rivano selesai, Risca menghampiri Rivano yang sedang menyeka keringat dipelipisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah 30 menit latihan akhirnya Rivano selesai, Risca menghampiri Rivano yang sedang menyeka keringat dipelipisnya. Cowok itu seperti mandi keringat.

"Nih minum," Risca menyodorkan air mineral kepada Rivano.

"Ini bukan air keran kan?" tanya Rivano, matanya menyipit curiga.

"Ya bukan lah goblok, tuh minum," Risca melempar air mineral itu, untung Rivano berhasil menangkapnya.

Rivano berjalan menuju Risca yang sudah duduk di kursi pinggir lapangan.

"Lo kapan mau ngajarin gue?" tanya Risca saat Rivano sudah duduk disebelahnya.

"Nanti," jawab Rivano singkat lalu meminum air mineral dari Risca.

"Nanti-nanti mulu lo ah, nyebelin."

"Gue mau nanya deh," ucap Rivano membuat Risca menoleh menatapnya.

"Apa?"

"Kenapa lo tertarik banget buat belajar basket?" tanya Rivano penasaran.

Risca menggeleng, "Nggak tahu, mungkin karena ayah," Risca menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ayah cinta banget sama basket, dulu tuh gue suka liat Ayah main basket dan sekarang gue jadi tertarik buat belajar. Soalnya gue ngerasa kalau gue liat orang main basket kayak lihat Ayah disini lagi."

Luka lama itu kembali terbuka, sudah tidak sesakit dulu sih. Tapi kenangan itu masih berputar-putar dikepala Risca, seolah menolak untuk dilupakan.

Dari kecil Risca memang sangat dekat dengan Ayahnya, Ayahnya yang mengajarkan semua tentang dunia ini kepada Risca. Udah kayak teman lah pokoknya.

Rivano terdiam, menyimak baik-baik cerita cewek itu, "Gue bakal ngajarin lo kok tenang aja."

"Kenapa lo mau bantu gue?

Rivano menatap lapangan luas itu, "Nggak tau, jangan-jangan lo pelet gue ya?" Rivano menoleh dengan wajah jahilnya.

"YA NGGAK LAH GILA!" elak Risca memukul Rivano.

Rivano terkekeh, beranjak mengambil tas ranselnya, "Ayo," ajak cowok itu berjalan mendahului Risca.

"Kemana?" tanya Risca bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUO R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang