D. Sesi Materi

0 0 0
                                    

Bismillah. Halo semuanya. Salam kenal, saya Leci Seira. Mungkin semuanya sudah selesai baca CV singkat saya. Semoga setelah ini kita bisa berteman baik dan saling berbagi ilmu dan semangat, ya. Buat teman-teman yang sekiranya mau dapat materi editing lewat story WhatsApp saya, silakan save nomor saya. Nanti japri saja agar saya bisa save back.
Malam ini insyaallah kita akan sharing lagi. Tema yang dibahas tidak terlalu berat, tetapi saya harap teman-teman tetap semangat mengikutinya sampai akhir, ya. Saya harap, setelah selesai sharing malam ini, kita semua bisa menjadi editor yang baik minimal untuk karya sendiri, ya. Aamiin.
Sebelum materi malam ini dimulai, silakan kosongkan gelasnya agar bisa lebih mudah menerima materinya. Jangan lupa luruskan niatnya dan berdoa menurut kepercayaan masing-masing, ya.
Malam ini insyaallah kita akan sharing tentang "Jadi Editor Mandiri, Yuk".
Teman-teman di sini apakah memiliki mimpi menjadi seorang editor? Sudah tahu dasar-dasar menjadi editor?
Saya mau cerita sedikit. Tadi saya ada baca bahwa orang tua lebih mengizinkan untuk masuk Ekonomi, ya. Jangan sedih ya, Kak. Orang tua saya juga tidak mengizinkan saya di Sastra Indonesia dulu. Akhirnya, saya ambil Sastra Jepang. Bisa sedikit dibayangkan, saya harus mulai belajar editing dari nol plus harus belajar tulisan kanji. Tidak ada yang bisa menghalangi mimpi kita, kecuali diri kita sendiri. Jadi, tetap semangat ya, Kak. Insyaallah batu yang keras sekalipun akan pecah jika terus menerus ditetesi air. Yang mau dengar cerita perjalanan saya menjadi editor bisa japri saya atau save nomor saya, ya.
Saat ini, saya tengah menjalani profesi sebagai editor di tiga penerbit. Wah, saya sendiri tidak menyangka akan bisa bekerja di tiga penerbit keren. Tentu saja, di balik itu ada kisah perjuangan tersendiri bagi saya. Bagaimana saya harus ditolak penerbit tiga kali dan harus mengikuti empat kali seleksi editor barulah dinyatakan lolos hingga akhirnya saya dilamar dua penerbit untuk bekerja sebagai editor di sana. Meski tiga kali saya gagal lolos seleksi, saya tidak menyerah.  Memang rasanya sedih dan pedih, tetapi saya terus belajar dan coba bertumbuh hingga akhirnya semua perjuangan itu akan membuahkan hasil yang baik. Ada banyak hal yang saya dapatkan selama menjadi editor penerbit, terutama belajar cara mengatur waktu dengan baik.
Baiklah, sekarang kita mulai dari pengertian editor.

1. Pengertian Editor
Editor menurut KBBI adalah orang yang mengedit naskah tulisan atau karangan yang akan diterbitkan dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya; pengedit; penyunting. Sebelum kita lanjut membahas tentang kiat menjadi editor yang baik dan mandiri, kita perlu tahu terlebih dahulu jenis-jenis editor.

2. Jenis-Jenis Editor
Editor pun memiliki jenis-jenisnya dan ini bergantung pada perusahaan. Apa saja jenis-jenis editor itu? Silakan disimak.

a. Copy Editor
Hanya memiliki kewenangan terhadap teknis suatu penulisan naskah, misal ejaan, bahasa, fakta, data, dan lain-lain.
b. Editor
Seseorang yang melakukan penyuntingan, seperti editor film, editor suara, redaktur (editor tulisan).
c. Managing Editor
Seorang redaktur pelaksana dari tim manajemen sebuah publikasi.

3. Jenis-Jenis Editing
a. Editing Mekanik
Memperbaiki dan memeriksa naskah dari segi bahasa, tanda baca, dan pemilihan kata menurut gaya selingkung suatu penerbitan.
b. Editing Substantif
Memperbaiki dan memeriksa isi atau konten sesuai dengan bidangnya.
c. Editing Materi Visual
Biasa disebut pictorial editing, memperbaiki dan memeriksa ilustrasi atau gambar pada naskah.
Tugas editor itu apa aja, sih? Menurut buku Pintar Penyuntingan Naskah karya Pamusuk Eneste, "Pada dasarnya, tugas seorang penyunting naskah adalah membuat sebuah naskah dapat dibaca. Akan tetapi, bukan hanya itu. Seorang penyunting naskah pun harus dapat membuat naskah itu enak dibaca."
Menjadi seorang editor pun tidak sembarangan. Kita harus memiliki kriteria yang sesuai untuk bisa menjadi editor andal di suatu penerbit. Apa-apa saja syaratnya?

Syarat Menjadi Editor
1. Memiliki kepekaan bahasa
2. Memiliki pengetahuan yang luas
3. Sabar dan teliti
4. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan pornografi
5. Memahami kode etik penyuntingan naskah
6. Mudah bergaul
7. Memiliki kemampuan menulis
8. Menguasai bidang tertentu
9. Menguasai bahasa asing

Penting!
Sebelum seseorang menjadi seorang editor dan mulai mengedit naskah, perlu terlebih dahulu mengetahui kode etik seorang editor. Kode etik inilah yang mengatur tentang apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang editor selama proses penyuntingan naskah. Adapun kode etik editor sebagai berikut.
Kode Etik Editor Naskah:
a. Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah sebelum mulai menyunting naskah
b. Editor bukanlah penulis naskah
c. Editor wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya
d. Editor wajib menghormati gaya penulis naskah
e. Editor wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubah dalam naskah kepada penulis
f. Editor tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah disuntingnya.
Pada dasarnya, saat menjadi seorang editor, kita dituntut untuk menjadi seseorang berhati besar. Mengapa? Karena editor hanyalah orang yang bekerja di balik layar. Tak jarang editor seperti "tidak terlihat" peranannya di mata kebanyakan orang yang tidak terlalu paham seluk-beluk dunia penerbitan buku. Kita yang mempercantik naskah, memastikan pembaca tak perlu repot-repot mengerutkan dahi menelaah kalimat yang memusingkan, memastikan bahwa pembaca puas tidak hanya dengan alur cerita, tetapi juga dengan tata cara penulisannya. Namun, meski kita melakukan itu dengan sepenuh hati, nama kita tetap tidak tertulis di kover depan buku. Bahkan, tak semua orang mengetahui bahwa di balik suksesnya sebuah naskah menjadi buku ada peranan penting editor di dalamnya.
Saat ada sebuah buku yang begitu bagus, rapi, dan enak dibaca, orang-orang jarang sekali memuji editornya. Pasti yang akan dipuji adalah sang penulis. Namun, ketika sebuah buku penulisannya kacau, tidak sesuai PUEBI, banyak kata tidak baku yang sesuai KBBI, tentulah editor yang akan disalahkan atas semuanya. Meski bisa saja penerbit menetapkan batasan-batasan pengeditan pada sebuah naskah. Pada beberapa penerbit, editor hanya diperbolehkan mengedit sebatas tanda baca. Ada pula penerbit yang mengharuskan mengedit dari segala aspek, mulai dari tanda baca hingga plot hole dalam cerita. Namun, tetap saja, jika ada secuil saja kesalahan dalam naskah, pastilah editor yang akan menjadi sasaran utama atas kesalahan tersebut.
Untuk itu, memiliki kebesaran dan keterbukaan hati juga diperlukan saat kita hendak menjadi editor. Meski naskah sehancur apa pun, tugas kita memang untuk membuatnya jadi cantik. Agar cukup kita saja yang menangis saat membacanya. Cukup kita saja yang menderita saat menelaahnya. Pembaca yang merupakan konsumen tidak perlu merasakan hal yang sama. Biar saja kita yang mengeluarkan air mata, tetapi dengan itu mampu membuat pembaca tersenyum puas atas kerja keras kita.
Menjadi seorang editor juga perlu kesabaran yang tiada batasnya. Pasalnya, tidak semua penulis notabene mengerti cara penulisan yang baik sesuai PUEBI dan KBBI. Ada penulis pemula yang masih banyak sekali kesalahan di sana-sini dan tak jarang membuat kepala kita seperti jungkir balik. Saya sendiri, bukan sekali-dua merasa kepala saya nyaris berasap saking melihat naskah yang hancur sekali. Namun, itulah yang terkadang menjadikan pekerjaan editor terasa menyenangkan.
Selanjutnya, editor haruslah paham dan bersahabat dengan PUEBI, KBBI, dan selingkung penerbit. Jadi, untuk teman-teman yang hari ini memiliki keinginan untuk menjadi editor, sekarang sudah punya sahabat baru, nih. Ya, KBBI dan PUEBI. 🤭 Makin bersahabat dengan mereka, makin banyak ilmu-ilmu yang akan kita dapatkan.
Nah, lalu bagaimana caranya agar bisa menjadi editor yang baik? Mari kita bahas tipsnya, ya. Saya sungguh berharap, teman-teman di sini semuanya bisa menjadi editor setidaknya untuk naskahnya sendiri.

1. Berlatih, Berlatih, Berlatih
Ya, tidak bisa dimungkiri, kunci utama menjadi seorang editor adalah giat berlatih. Mengapa? Makin banyak kita berlatih mengedit naskah, makin melekat pula ilmu-ilmu yang selama ini sudah kita pelajari. Jika ingin paham betul soal PUEBI dan KBBI, jangan langsung dibaca habis sekali duduk. Yang ada pasti ngantuk (soalnya saya dulu begitu). Cara terbaik mempelajari PUEBI adalah dengan membacanya per poin. Setelah itu, langsung diterapkan. Jangan ditunda. Lebih baik belajar sedikit, tetapi ilmunya nelekat, daripada belajar banyak langsung lupa semuanya.
Cara terbaik selanjutnya agar bisa melekat ilmunya adalah melatih diri mengedit naskah. Bagaimana caranya? Mulailah tawarkan diri kita pada teman yang butuh naskahnya diedit/dikurasi. Itu akan baik untuk membiasakan diri dalam mengedit. Sebelum saya menjadi editor di penerbit, saya sudah melatih diri mengedit di KMO Club dan membantu ayah saya. Itu benar-benar membantu saya mengingat semua materi yang mentor-mentor saya ajarkan. Jika saja kita tidak rajin berlatih, kita tidak akan pernah menjadi editor yang baik.
Perbanyak membaca buku cetak juga, ya. Mengapa harus buku cetak? Karena buku cetak sudah melewati proses editing. Apalagi yang terbitan mayor karena notabene melewato empat kali tahap editing sehingga lebih sempurna. Kalau kita bermodalkan baca di platform (terutama yang gratis), kita tidak akan pernah bisa jadi editor. Apalagi tidak semua penulis platform itu mengerti kaidah penulisan yang baik.
Mulai hari ini, ayo paksakan diri kita untuk mengedit setidaknya tiga paragraf. Dahulu, sebelum saya jadi editor di penerbit, saya setiap harinya berlatih mengedit 2ー3 naskah (dari KMO Club) cerpen yang masing-masing cerpen jumlahnya 7ー10 halaman. Itu saya lakukan sejak Juni sampai September. Lama-kelamaan, saya jadi terbiasa dengan naskah yang berantakan, saya lebih peka dengan plote hole, inkonsistensi PoV, dialog ping-pong, kalimat rumit dan tidak efektif, dan banyak hal lain yang pastinya makin saya kuasai setelah banyak berlatih. Jadi, teman-teman mulai hari ini juga harus begitu, ya.

2. Mengedit dengan Bahagia
Kunci utama mencintai pekerjaan sebagai editor adalah kita mampu mengedit dengan bahagia. Meski mendapat naskah yang "ajaib" sekalipun, kita tetap harus mengedit dengan bahagai. Editor adalah pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan dedikasi tinggi. Jadi, memang sudah tugas kita untuk berpusing ria dalam menghadapi naskah yang aneh-aneh dari penulis.
Saat semuanya sudah makin rumit, mengeditlah dengan cara sederhana. Tanamkan dalam hati bahwa ada banyak pembaca yang menanti terbitnya buku yang sedang kita edit. Jika kita lama mengerjakannya, mereka pun akan lama menunggu. Kalau memang kita lelah, carilah sesuatu yang bisa membangkitkan semangat lagi. Saya pribadi, saat tengah mengedit naskah yang hancur selalu menyediakan cokelat. Setelah makan cokelat, perasaat saya yang semula semrawut, jadi lebih bahagia.
Meski nanti kita dapat naskah yang berantakan banget, jangan lupakan kode etik editor, ya. Karena bagaimanapun kita bukanlah penulisnya. Jadi, kita tidak berhak seenaknya mengubah apa yang sudah penulis tuliskan tanpa persetujuan darinya.
Saat tengah mengedit, mungkin tidak jarang air mata kita sampai mengalir. Saya sendiri sudah bosan rasanya menangis saat mengedit karena melihat inkonsistensi dan plote hole yang suka mendominasi. Bahkan, beberapa kali saya sampai muntah saking tidak sanggupnya. Namun, kembali lagi, saat kita melakukannya dengan bahagia dan rasa semangat serta tanggung jawab, semua akan terasa ringan dan mudah. Ingat, dengan membayangkan wajah sumringah pembaca saat selesai membaca naskah yang kita edit, itu bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi seorang editor selama proses pengeditan.

3. Nikmati Proses
Banyak sekali saya menjumpai orang-orang yang "katanya" ingin menjadi editor, tetapi tidak mau melewati prosesnya, padahal esensi menjadi editor itu ya berproses. Belajar editing bukan perkara satu-dua hari. Itu bisa memakan waktu berbulan-bulan (apalagi jika tanpa mentor).  Jika kita tidak mau menikmati prosesnya, hasil yang kita dapat tidak akan pernah kita sadari dan syukuri.
Saya pribadi, belajar editing sampai bisa jadi editor di penerbit pertama saya sekitar 4 bulan. Saya menikmati semua prosesnya. Jatuh bangun, air mata, rasa lelah, semua menjelma rasa yang tidak bisa saya deskripsikan. Menyenangkan dan sangat berharga bagi saya. Menjadi editor tidak bisa instan, saya paham itu. Makanya saya sabar meski tiga kali harus ditolak penerbit. Tuhan akan selalu punya rencana yang lebih baik. Jika saja dahulu saya diterima di penerbit sejak awal, mungkin saya tidak akan menjadi editor tiga penerbit hari ini. Saya tidak akan bertemu dengan teman-teman di seminar ini.
Pada dasarnya, mensyukuri nikmat paling kecil yang Tuhan berikanlah yang akan mampu membuat kita menikmati prosesnya. Saya karena begitu menikmati semua proses belajar editing, sekarang sampai tidak sadar sudah hampir satu tahun. Sudah banyak yang saya lewati, saya mengenal banyak orang, berbagi dengan banyak orang, belajar dari banyak orang, itu sungguh menyenangkan dan membuat saya merasa lebih hidup. 
Untuk itu, saya harap teman-teman yang ingin menjadi editor jangan terlalu ingin buru-buru. Teruslah belajar dan belajar. Berlatih dan berlatih. Bukan berarti karena ilmu masih sedikit jadi tidak boleh melamar di penerbit, ya. Boleh saja. Malah saya anjurkan agar teman-teman tahu bagaimana seleksi editor sekaligus mengukur kemampuan dalam bidang editing. Namun, yang mau saya tekankan adalah teman-teman untuk menikmati semua prosesnya. Bersabar akan membuahkan hasil yang manis. Jadi, tetap semangat dan teruslah bertumbuh.

Oh, ya, saya merupakan founder Kelas Swasunting Naskah. Ini merupakan kelas belajar editing untuk pemula. Kelasnya gratis dan insyaallah (jika saya tidak terlalu sibuk dengan antrean naskah) akan saya buka batch 2-nya Maret nanti. Jadi, untuk teman-teman yang mau serius belajar editing saya harap bersedia meringankan hati untuk menyimpan nomor saya dan follow IG saya @leciseira, ya. Karena akan memudahkan teman-teman tahu info pendaftaran kelas ini. Karena ini kelas editing dan gratis, saya harus membatasi jumlah pesertanya sehingga memang yang tercepatlah yang bisa ikut. Pastikan kamu salah satunya, ya. ☺️ Lulusan kelas ini juga alhamdulillah sudah banyak yang menjadi editor penerbit. Jadi, saya harap teman-teman juga bisa ikut, ya.
Demikianlah sharing singkat yang bisa saya sampaikan malam ini perihal menjadi editor mandiri. Lebih dan kurang saya mohon maaf. Meskipun yang saya sampaikan hanya sedikit, saya harap bisa bermanfaat bagi teman-teman, ya.
Silakan dibaca pelan-pelan. Jika ada yang kurang dipahami atau ingin didiskusikan, silakan. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia menyimak sharing dari saya sejak awal. Semoga bisa memberi manfaat, ya. Untuk selanjutnya, saya kembalikan kepada Kakak Moderator Cantik, Kak Diana.

Journal OKI 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang