1. Drama

1.8K 40 5
                                    

"Heh!" suara seorang lelaki terdengar samar.

"Gua yang bawa dia kemari! Jadi gua yang harusnya make dia duluan!" Suaranya terdengar meninggi.

"Enak aja!" Suara seorang lelaki lain.

"Gua yang order Potenzol-nya! Belinya juga pake duit gua! Gua yang pertama pake!" Seorang lelaki lain menyeringai menghampiri Jessika yang menggeliat di pojok laboratorium kontrol dan instrumentasi.

Rambut hitam kasarnya terlihat acak-acakan, entah berapa lama tak tersentuh sisir.

"Gerah?" Dia bertanya dengan pandangan penuh hasrat.

Jessika mengangguk seraya mendesah. Cairan itu telah mengalir dalam darahnya, menguasai sistem syaraf pusat, membangkitkan gairah di setiap pori-pori kulitnya. Jemari lentik gadis itu membuka kancing kemejanya satu persatu.

"Sini gua bantu!" Lelaki berambut berantakan itu mengulurkan tangan. Lidahnya menyapu bibir yang hampir saja gagal membendung air liur. "Gila, lu mulus banget!"

Jessika tertawa genit. Tangannya meraih selangkangan lelaki yang berjongkok itu.

"Kayanya tegang banget di sini. Boleh gue jadi voltmeter? Gue mau ngukur seberapa tegangnya," bisiknya lirih dalam desahan manja.

Lelaki itu tertawa penuh nafsu.

"Jadi multimeter aja," katanya, "ada banyak yang perlu kamu ukur."

"Woy!" Salah seorang lelaki yang tadi berdebat datang mendekat.

"Minggir lo!" Ditariknya pundak lelaki di depan Jessika dengan kasar. Jessika mendesis, berusaha menengahi ketiganya.

"Kenapa gak bareng-bareng aja, sih?" ujarnya sambil mengerling genit, "kan lebih enak bareng-bareng."

Tiga lelaki itu berpandangan, lalu tergelak.

Brak!

Bantingan pintu mengejutkan mereka. Sesosok berambut fringe masuk dengan langkah tergesa. Tangannya mengambil bangku lab sembarangan dan secepat kilat menghantamkannya pada lelaki terdekat.

Dua lelaki lain belum sempat menyadari apa yang terjadi ketika mendapat tendangan beruntun. Satu orang tepat di pelipis, seorang lagi menerimanya di ubun-ubun sebelum sempat berdiri.

Si rambut fringe segera menarik Jessika yang belum sepenuhnya menyadari situasi. Gadis itu terpaksa ikut berlari. Pergelangan tangannya terasa hampir keseleo karena ditarik paksa. Saat menuruni tagak, hampir saja ia terpeleset.

"Adrian!" serunya berusaha menghentikan si rambut cepak, "tanganku sakit, nih!"

Yang dipanggil Adrian berhenti satu anak tagak di bawah Jessika. Napasnya terengah menatap si gadis berambut kusut agak lama. Suara langkah kaki berkejaran dari lantai atas. Lalu tanpa bertanya, dilingkarkannya tangan berjari lentik itu di leher.

"Aw! Pelan-pelan, dong!" rajuk Jessika.

"Bilang aja baik-baik. Aku juga suka, kok meluk kamu dari belakang kaya gini," bisiknya di telinga si rambut cepak.

Dia menggeleng, berusaha memfokuskan pikiran pada penyelamatan. Mengabaikan desahan dan embusan udara yang sengaja ditiupkan Jessika di lekuk telinganya.

"Adrian," gadis itu berbisik lirih di telinganya. Embusan napas beraroma kopi menggoda hidung si rambut fringe.

"Kamu kok lama, sih?" Jessika mempererat rangkulan tangan mengelilingi lehernya, "Aku nungguin, tahu!"

Gadis itu mengecup leher si rambut fringe. Menerbitkan getar hingga jauh ke inti perut.

"Jessika!" Si rambut fringe menahan gertaknya. "Berhenti," ucapnya tertahan.

Jessika tak peduli. "Hmmh, aku dah siap sekarang."

Si rambut fringe menurunkan Jessika di pelataran kampus. Sebuah motor sport tiba-tiba berhenti di depan mereka. Bang Satpam melepas helm dan menyerahkan kunci motor pada si rambut fringe.

"Makasih, Bang." Dia menerima kunci lalu buru-buru mengenakan helm.

Bang Satpam seolah tak mendengar. Pandangannya terkunci pada buah dada Jessika yang mengintip dari balik kemeja.

"Woy, Bang!" Si rambut fringe melampang mata Mamang Satpam dengan sebungkus rokok yang masih tersegel.

Gelagapan si Abang menjawab,

"Eh, iya Neng?" Tangannya mengambil rokok yang masih utuh dalam kotak.

"Buat saya ini, Neng?"

"Iya, ambil aja. Buat temen ngopi." Si rambut fringe menyerahkan helm kedua pada Jessika.

"Naik!" katanya.

Tiga orang itu akhirnya tiba di lantai terbawah dengan terengah. Hanya mendapat kecewa ketika yang dikejar cuma menyisakan gerungan knalpot motor.

"Sialan! Dasar cewek jadi-jadian!" lelaki pembeli potenzol tadi mengumpat kesal.

^^^

Drama PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang