9. Drama

393 14 0
                                    

Berkat kecanggihan teknologi memandu perjalanan, hanya butuh waktu lima menit buat nyampe di IGD. Sambil gendong Om Hendro di punggung, aku teriak-teriak minta tolong nyaris kaya orang gila.

Om Hendro dibaringkan di brankar, waktunya ngambil napas dikit.

Bener-bener dikit, karena kemudian ada perawat dateng nanya-nanya sambil bawa papan jalan.

"Maaf, Pak. Penjaminnya siapa, ya?"

Hah? Penjamin? Ada orang mau mati, dia malah nanyain penjamin?

"Saya. Tulis aja, Kamal Putra Ardinata."

"Maaf, Pak. Boleh pinjam KTP-nya?"

Ck! Urusan administrasi gini bener-bener bikin males sekaligus mules.

"Cepet tanganin Om saya, Mbak!" Aku keluarin KTP sambil pamer kartu kredit. Dan manjur, saat itu juga Om Hendro langsung ditangani.

Dasar rumah sakit mata duitan!

Selesai urusan administrasi, aku langsung telepon nomor dokter yang tadi udah dikasih sama Mang Salam.

"Kalau ada apa-apa." Gitu katanya pas ngasih kunci mobil.

Hebat! Telepon langsung diangkat gak pake lama. "Halo, asalamlekum," yang jawab suara cadel anak kecil.

"Eh?" Jadi ragu, bener gak, nih nomernya?

"Wa'alaikum salam. Ini bener nomornya dokter Ardan?"

"Iya, Abinya lagi bobo."

Oh, ternyata yang ngangkat anaknya.

"Bangunin Abi, dong Dek. Bilang darurat, ya?"

Gak terdengar apa pun, hanya suara gemerisik. Lalu,

"Gak bisa, Om. Kamalna dikunci."

Hadeh!

"Gedor aja, Dek. Bilang darurat."

Lalu terdengar teriakan.

"Abi! Abi! Ulatan!"

Kok ulatan? Siapa yang kena ulat? Wah, kebangetan ni anak, kecil-kecil sukanya nyindir.

"Darurat, Dek. Bukan ulatan. Darurat!"

"Abi! Abi! Ulat!"

Omaigat! Sabar, Kamal. Sabar. Ini ujian.

"Ada apa?" akhirnya terdengar suara orang dewasa. Mungkin ibunya anak ini.

"Telepon, Umi," suara cadel si anak kecil lagi. Kemudian disambung dengan suara perempuan yang tadi.

"Oh, halo. Ini siapa, ya?"

"Halo, Bu. Ini Kamal. Calon mantunya Pak Hendro. Sekarang Pak Hendro sedang di IGD. Bisa minta tolong Pak Dokter untuk memeriksa? Tadi saya dipesenin kalau ada apa-apa langsung telepon dokter Ardan."

"Oh." Lalu terdengar suara perempuan di latar belakang menjelaskan apa yang baru aja aku bilang.

"Halo," akhirnya suara laki-laki, "di rumah sakit mana?"

^^^

Dokter Ardan tiba setengah jam setelah aku share location Agak macet, katanya. Terserah, gak penting. Yang penting Om Hendro langsung dapat penanganan tepat karena di rumah sakit ini gak ada medical record-nya.

Begitu tahu siapa Om Hendro, pihak rumah sakit terlihat sangat antusias. Proses pemeriksaan langsung diawasi oleh manajer pelayanan. Bayangkan, Pak Manajer mengorbankan tidurnya demi memastikan bahwa ada satu pasien mendapatkan pelayanan prima.

Drama PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang