Berawal dari acara saparan itu aku mulai dekat dengan Prana. Bahkan di hari itu pula Prana meminta nomorku lewat sosmed. Entah apakah itu kabar baik atau buruk. Saat itu aku hanya merasa imaginasi ku mulai menjadi kenyataan. Memiliki seseorang yang selalu peduli, menjaga ku dan mengganggap ku adalah miliknya.
Hal yang tak pernah kusadari membuat kebanyakan rekan kerjaku menjauh dariku. Beberapa bulan setelah hubunganku dan Prana memburuk aku baru menyadarinya.
Aku terjebak pada hubungan toxic selama berbulan-bulan lamanya. Meskipun aku tidak pernah menyetujui adanya kata pacaran dihidup ku. Aku bahkan menolak Prana terang-terangan saat ia memintaku menjadi pacarnya. Itu bukan tujuan utama ku kala itu.
Kedekatan ku dengan Prana berakhir saat aku tahu beberapa fakta yang cukup menyakitkan bagiku. Satu-satunya alasan yang membuat Prana mendekati ku adalah karena kemiripan ku dengan mantan pacarnya.
Aku memilih untuk melangkah mundur sejak tahu fakta itu. Meski harus kuakui aku masih sering mencari tau banyak hal melalui sosial media milik Prana. Entah kebetulan atau takdir. Aku menemukan Syarif lewat sosial media Prana.
Sebuah ketidaksengajaan yang membuatku terus menggali lebih dalam sosoknya. Dia berbeda dia misterius itu kesan pertama yang aku dapat darinya.
Entah selang berapa minggu kabar baik itu datang. Saat itu di warung soto milik bu Minah.
" Temen kita mau balik lagi bro." Ucap laki-laki bertubuh gemuk. Aku melirik sekilas tak terlalu peduli.
" Siapa?"
" Itu si Syarif, inget gak? Kayaknya Senin dia udah mulai masuk. Asik gak tuh nambah personil lagi kita." Saat nama itu disebut aku mulai tertarik mendengarkan. Senin, akhirnya aku bisa bertemu dengannya.
" Wih mantap, masuk divisi mana dia?".
" Belum tahu bisalah nanti diatur kalau kamu pengen dia gabung divisi mu."Percakapan siang itu entah takdir atau jawaban atas doa yang pernah kulangitkan. Syarif sosok misterius yang punya tempat tersendiri untukku.
Senin pagi kasak kusuk kedatangan Syarif mulai terdengar dibeberapa divisi. Rupanya ia cukup populer di kantor ini. Satu dua orang menyebutnya sebagai orang yang ramah. Satu dua lainnya tak sabar ingin saling melepas rindu.
Pukul 08.30 sosok itu datang. Pakaian yang tak terlalu rapi rambut dengan model terkini. Juga sepatu hitam yang nampak usang. Aku melirik diam-diam saat berpapasan dengannya. Tanpa sadar bibirku tersenyum tipis.
Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya bertemu. Bahkan jauh sebelum pertemuan ini terjadi aku menemukannya. Sosok ia yang tak tertebak olehku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember You
Random"Bagiku kamu adalah satu-satunya teman laki-laki yang aku miliki, dan mungkin akan selamanya begitu. Ketika aku benar-benar pergi nanti aku hanya berharap kau akan mengingatku sebagai sebuah kenangan indah dalam perjalanan hidupmu nantinya." Nita