Alternate Ending ✧ The Unwritten

747 106 11
                                    

Your Name

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Your Name

The Unwritten

Alternate Ending

Rintik hujan memukul bagian luar jendela ruangan hingga mengeluarkan bunyi. Sang pemilik ruangan, Hensel, masih terduduk mengamati aliran air yang turun di kaca, memantulkan bias warna lampu jalan di antara gelapnya malam.

Momen hujan tidak pernah gagal membawanya pada memori. Pada hujan, kenangannya tersimpan tak tersapu. Pun terpaut satu nama yang tak juga luput.

Nama yang sampai saat ini tidak pernah tertulis untuknya.

Getar ponsel di atas meja menunjukkan pesan balasan yang ditunggu-tunggu Hensel. Ia pun langsung melirik, meraih dan membuka isinya.

Denan
| Lo ketemu Anjana?
| Beneran? Ketemu di mana?

Hensel seperti sudah menduga balasan Denan itu pasti akan berbunyi demikian setelah ia menceritakan apa yang baru dialaminya. Denan tidak langsung menyalahkannya mengapa ia mengabaikan permintaan Anjana dua tahun lalu, tapi terasa demikian. Hensel jadi mengira-ngira, seandainya ia mau menemuinya saat itu, apakah mungkin alurnya akan berbeda?

Drrtt..

Satu panggilan tak terjawab.

Denan
| Gimana ceritanya?
| Angkat dong Hen

Denan terlihat terlalu bersemangat. Sedang Hensel masih merasa berat untuk menceritakannya. Ia kini memejam. Pikirannya masih dipenuhi dengan berjuta rasa karena perjumpaan tiba-tiba siang tadi di mal dekat kantornya, usai makan siang dengan Deisa.

Anjana muncul di hadapannya.

"Hensel? Hai ...."

Suara yang amat dirindukannya itu ternyata sungguhan dan bukan khayalan. Anjana masih berpenampilan yang sama seperti tiga tahun lalu, saat ia terakhir menjumpainya. Senyum itu masih mengembang cerah. Rambutnya masih tergerai indah. Tak ada yang berbeda, kecuali satu hal yang membuat Hensel bertanya-tanya.

Siapa anak laki-laki yang digendongnya tadi?

Tak sempat mengajukan tanya dan sedikit terbata, saat itu Hensel hanya membalas sapaan seadanya.

"Hai, Jan. Apa kabar?"

Sebuah basa-basi yang memang terlalu basi. Apa mau dikata? Hensel tak punya bahasan lain, yang terlintas di kepalanya hanya itu. Untunglah Anjana menyahutinya dengan wajar, tanpa melepas senyum di wajahnya. Ia bersikap layaknya teman lama dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Walaupun dulu ia telah menyakitinya dengan memilih meninggalkannya.

Your Name | Hendery ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang