aku berjalan mengelilingi kampus dan menarik banyak perhatian mahasiswa. Melihat aku yang sendirian, banyak yang menatapku dan menyapaku. Sekedar menyunggingkan senyum. Dan kemudian aku masuk ke dalam kelas yang baru saja bubar, hanya tersisa lima orang di dalam kelas.
"mas" ucapku tersenyum, dan kemudian Darsa balas tersenyum padaku, membuat lima orang yang tadi sibuk berhenti , melihat senyum Darsa yang tertuju padaku.
"peristiwa langka, pak Darsa senyum!" Teriak seorang pria yang berlari sambil keluar, membuatku tertawa.
"adek ya pak?" Tanya seorang siswi, sementara Darsa merapikan bukunya.
"istri saya"
###
menjadi seorang istri adalah hal yang membuatku takjub. Dimiliki adalah hal terindah yang luar biasa yang buat aku bahagia.
"kamu minum kopi?" Pertanyaan itu membuatku terkejut. Darsa yang datang dan ternyata baru menyelesaikan rapatnya membuatku menelan ludah. Mencoba menyamarkan aroma kopi dari lidahku.
aku duduk di cafe coffee sebuah hotel berbintang di medan.
"enggak mas" aku berbohong. Dan dia tahu itu. Darsa cepat mempelajari raut wajahku tentang jujur dan berbohong. Walau kadarnya sedikit, pria itu dapat mendeteksi kejujuran dari wajahku yang sudah kubuat se datar mungkin.
alih-alih bertanya dan membautku tambah berdosa, pria itu duduk dan mengecup bibirku, menyusuri lidahku dengan lidahnya dan mengecap kafein yang tersisa disana, aroma kopi tak bisa lagi kU sembunyikan.
"bohong itu dosa loh dek, apalagi sama suami"
"sedikit mas"
"gak boleh, susah amat dibilangin sih dek"
aku hanya cemberut, bergelayut manja di lengannya yang kokoh, yang tak ia perduli kan tanda mulai marah. Tapi sayangnya aku tahu bagaimana untuk mencuri perhatiannya. Merabanya di tempat-tempat tertentu yang dapat meredakan amarahnya.
luar biasa bukan?
###
seperti yang sudah aku janjikan pada Ibu, untuk membawanya tidur abadi bersama bapak. Aku dalam perjalananku. Inti dari cerita ini. Sebuah alasan untuk menemukan kebenaran dan kemudian aku bertemu dengan Darsa.
setelah memeriksa kandungan, mendengar denyut jantung si bayi yang sehat kami pun kembali ke Jogja.
aku berdiri di samping Darsa suamiku, menggenggam jemarinya dengan erat, membawa serta Ros untuk mengurus keperluanku selama aku ke Jogja.
hari ini hari pernikahan Risa dan Roy, dan di sinilah aku, walau aku tak jadi pendamping wanita, tapi Risa tetap menginginkan aku memakai baju dari kain yang dia berikan dulu.
untung saja aku belum menjahitnya.
aku merancangnya dengan cantik dan anggun juga seksi. Menampakkan lapangnya bagian dadaku.
"gak terlalu terbuka dek?" Protes itu berasal dari suamiku tentunya.
"Terbuka gimana mas? Orang panjang sampai selutut kok"
"itu dadanya lempang amat ya"
"jadi adek pakai selendang aja mas?" Tanyaku balas memprotes.
"gak usah, tapi jangan jauh-jauh, mengerti?"
"iya suami" aku tersenyum menggenggam jemari Darsa dengan nyaman.
kami masuk ke dalam gedung, berjalan dengan pelan dan hati-hati, menarik banyak perhatian termasuk teman-temanku. Aku menghilang tiga bulan dan kembali ke Jogja merupakan suatu kejutan bagi semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENDIS
Romance"kamu istri simpanan bapak saya?" Pertanyaan itu berasal dari mulut Darsa. Pria Batak yang memiliki goresan di bawah matanya. Pria yang jadi wasiat Ibu padaku dalam suratnya. "saya bukan istri simpanan bapakmu atau pembantu." "kalau begitu kamu...