Bab 15. Mangoli dan Muli

979 99 0
                                    

    "jadi kamu pergi hari ini dek?" Aku melihat ke arah asal pertanyaan itu, suara Darsa membuatku tersenyum. Jemari Darsa yang mengusap mata ku yang masih bengkak akibat menangis seharian terasa nyaman.

    "jadi mas, ada banyak yang harus kita lakukan. Dari undangan dan lain-lainnya, apa gak bisa nikah catatan sipil aja mas? Resepsinya belakangan"

    deretan acara pernikahan adat Batak terdengar rumit, apalagi kalau aku harus lihat proposal yang diberikan Rusli pagi ini. Daftar ulos juga undangan. Begitu banyak daftar yang menunggu yang harus kU selesaikan.

    "boleh, tapi tetap harus di adatin. Saya barusan dapat telepon, katanya diundang buat ngikutin seminar di Jerman. Selesai pesta mungkin kita langsung ke sana"

    "sekalian honeymoon?" Aku hampir bersorak kegirangan mendengar negara itu disebut.

    "boleh" jawaban itu membuatku menggaruk leher yang tak terasa gatal. Entah apa arti kata boleh. Boleh? Aku masih bingung.

    "mas, ngerti ndak arti kata honeymoon?"

    "memangnya apaan?" Tanya Darsa balik membuatku geram.

    "buat anak mas. Ya Tuhan, kamu umur berapa sih masa gak tahu arti kata honeymoon?"

    "oh, kalau itu bisa dimana aja kan dek? Disini juga boleh, itu ada kamar ngapain jauh-jauh ke Jerman?"

    tak ada romantis sedikit pun, ya kini aku tahu rasanya seperti apa jika berakhir dengan pria cuek super acuh yang hanya tahu mencintai satu wanita di hidupnya.

    setidaknya aku yakin dia tak akan berakhir di pelukan wanita lain. Kenapa? Karena hanya aku yang tahan dengan ke tidak romantis an yang ada pada diri Darsa. Wanita zaman sekarang yang Bucin pasti tak akan tahan pada manusia seperti ini.

    aku mengusap dadaku tanpa sadar.

    "untung cinta" ucapku pelan membuat Ruslan tertawa terbahak-bahak.

    "gak semua pria Batak kayak gitu kok bu, saya gak begitu. Saya romantis" Ruslan menjawab ungkapan yang kuucapkan dengan tulus dari dalam lubuk hatiku itu.

    "syukurlah. Kamu orang Batak? Marga apa?" Tanyaku pada Ruslan dan dia menggelengkan kepalanya pelan.

    "mama saya Batak, kalau Bapak Jawa bu"

    "hmmm" aku bergumam kesal, entah di belahan dunia mana aku terdampar, sungguh membuatku hampir gila. Tapi setidaknya aku tahu bahwa kini semua akan baik-baik saja. Bahwa kini aku memiliki Darsa yang akan setia disampingku selamanya.

    "kalau mau pergi minta supir temani ya dek. Saya mau ke proyek, kamu pakai mobil yang ada di garasi. Juga minta aja salah satu pegawai temani kamu kalau gak mau sendiri."

    "iya mas. Nanti aku mampir ke proyek sambil bawa bekal kamu ya. Gimana dadanya? Masih kurang enakan?"

    Darsa meraba bagian dadanya sambil mengangguk sebanyak dua kali.

    "udah lumayan, kemarin saya langsung video call sama dokter, saya gak tega harus bawa kamu ke medan sementara kamu masih sedih."

    "kalau kita balik medan langsung ke dokter ya mas"

    "iya sayang" Darsa mengecup puncak kepalaku dan kemudian berangkat membawa mobilnya sendiri, aku melihat punggungnya yang perlahan-lahan menjauh. Pria itu berbalik melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arahku.

    aku mencintainya. Aku ingin menua bersamanya.

###
    aku mengetuk sebuah pintu rumah yang ada di dekat danau toba. Rumah tersebut kecil, setengah bangunannya terbuat dari kayu. Ada sumur di belakang rumah, juga makam di sampingnya. Aku menatap nama yang tertera disitu.

GENDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang