9. keluarga

984 114 0
                                    

Gendis anakku

cari bapakmu. Jika bapak masih hidup katakan bahwa ibu masih mencintainya. Jika bapak sudah meninggal, kuburkan ibu disampingnya.

Ibu berharap kisah baik dan indah menantimu.

Tuhan memberkatimu.

Pesan ibu seperti peta yang mengarahkan kakiku padamu. Pada bocah sekarat yang kata ibu kaku dan dingin itu.

Surat ibu membawaku pada sebuah alamat dimana tersimpan peti yang berisi tentang cinta. Aku harus berjalan dan menemukannya seorang diri.

Peti yang akan membuatku tidak sendiri lagi.

###

"Kamu selalu takut ditinggalkan, tapi ada satu pertanyaan yang ingin saya tanyakan, apa kamu yakin kalau kamu tidak akan pergi meninggalkan"

Aku menoleh padamu, yang bertanya akan hal seperti tiba-tiba sebelum kita sampai di tempat makan.

"Yakin."

"Apa pun alasannya?" Kau bertanya sekali lagi.

"Aku bukan tipekal penyelingkuh atau penggila harta"

"Gendis, tak semuanya tentang orang ketiga atau tentang harta. Kadang ada beberapa alasan tentang cinta."

Kamu membuka pintu mobil dan membiarkanku keluar.

Kamu menggandeng tanganku dan tersenyum.

Membuatku terpukau.

"Selamat malam" ucapku pada om Alex, yang melihatku seakan-akan takjub.

"Kamu cantik Gendis."

"Terima kasih om"

"Jadi apa kamu sudah menang-in hati gadis yang cantik ini Darsa?"

Kamu melihatku dengan masam. Seakan ragu jika kau sudah memenangkan hatiku atau belum, jawaban itu hanya aku yang bisa memberikannya. Tapi Darsa... tugasku belum berakhir. Aku harus menyampaikan pesan Ibu pada Bapak.

Sebelum itu aku harus membuatmu jatuh cinta. Agar kamu membawaku pada Bapak.

Entah dimana Bapak bersembunyi.

    aku masih harus menyampaikan cinta Ibu pada Bapak. Walau jika harus diakui. Yah, kamu sudah memenangkan hatiku. Sedikit lebih cepat dari dugaanku.

"Sudahlah pa."

Om Alex membawa kami berjalan menusuri beberapa.pondok yang telrihat sepi. Hingga sampaj di meja tempat kami akan menyantap makan malam.

"Om, apa Bapak sudah menikah lagi?" Tanyaku pada om Alex.

"Tidak, dia tidak menikah lagi"

"Jadi dimana Bapak tinggal sekarang om?"

Aku kembali bertanya lagi. Aku ingin tahu agar aku dapat menyelesaikan tugas dari Ibu. Walau sebenarnya entah mengapa aku enggan untuk pulang kembali ke Jogja, aku melirik Darsa yang melihat ke arahku. Aku merasa resah sendirian.

sebuah hidangan spageti dengan irisan bawang bombay juga udang besar di atasnya menarik perhatianku. Pasalnya hidangan itu diletakkan tepat di depan Darsa. Pria itu melirik sang ayah yang berhenti makan.

"ada apa?" Tanya Om Alex yang sepertinya lupa jika anaknya alergi seafood.

aku mengambil piring Darsa dan menukarnya dengan piringku sendiri.

"mas Darsa alergi seafood om" aku menerangkan, melihat Darsa yang sepertinya enggan untuk mengatakannya.

"oh maaf, papa lupa" aku menarik nafas, sepertinya memang harus ada seseorang di tengah ayah-anak ini. Darsa memandang sang ayah dengan tatapan sadis, sementara Om Alex tenang seakan-akan tak terjadi apa-apa.

GENDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang