Part 8

36 3 0
                                    

~SELINGKUH~


Lonceng istirahat berbunyi. Setelah sekian lama mereka bergulat dengan pelajaran yang membuat otak mereka hampir meleleh. Murid-murid itu pun segera berbondong-bondong keluar. Ada yang ke kantin, ke perpustakaan, atau sekedar nongkrong di taman sekolah, atau ada juga yang menghabiskan waktu istirahat mereka dengan berpacaran.

Apalah daya si jomblo, yang hanya menghabiskan waktu ke kantin daj berkutik sendiri dengan kesendiriannya.

Namun, berbeda halnya dengan Aza. Gadis itu masih belum keluar kelas. Aza terlalu lelet, sehingga Gerald terpaksa membantu Aza memasukkan bukunya ke dalam tas. Kadang Gerald kesal sendiri kepada Aza yang terlalu manja.

"Ayo ke kantin," ajak Gerald setelah buku-buku Aza terbereskan.

"Mmmm. Gerald sendiri Aja deh. Aza mau nemuin teman Aza di kelas lain."

Aza ingin melangkah pergi, tapi langsung terhalang oleh seseorang yang memanggil mereka. Siapa lagi kalo bukan Abra.

Mereka berdua menoleh melihat Abra. Aza tersenyum, tapi beda ceritanya jika menurut pandangan Gerald. Lelaki itu masih belum bisa menerima Abra di dalam hidup Aza. Sekarang siapa yang egois? Aza ataukah Gerald? Bisa jawab sendiri.

"Gue boleh ikut ke kantin bareng kalian, gak?" tanya Abra. Namun, belum sempat Gerald menjawab, Aza lebih gercep daripadanya. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Abra tidak boleh ikut dengannya ke kantin, tapi Aza ... Gerald geleng-geleng kepala mendengar pernyataan gadis itu.

"Boleh. Gerald gak punya teman ke kantin. Soalnya Aza mau nemuin teman Aza."

Gerald berjalan ke arah Abra. Lagi ia memeluk lelaki itu dengan kasar dan berpura-pura seolah mereka akrab. Padahal kenyataannya sangat jauh dari ekspetasi.

"Iya. Itu bagus." Gerald melirik Abra dengan tajam.

"Yah-yah, itu bagus." Abra tak kalah tajam juga.

"Kalo begitu, Aza mau keluar dulu. Bye!" Gadis itu melambai tangan ke arah dua manusia yang tengah berselisih itu. Mereka hanya tersenyum paksa di depan Aza.

Selepas kepergian Aza, Gerald mendorong tubuh Abra dan menatap lelaki itu datar.

"Jijik meluk lo!" celetuk A dengan intonasi tinggi.

"Hellouuu! Siapa yang meluk? Lo, 'kan?" Abra terlihat sinis menatap Gerald.

Terkadang bingung juga dengan sikap pms kedua lelaki ini jika bertemu. Mereka sudah seperti anjing dan kucing. Tiap hari hanya berselisih saja memperebutkan Aza. Gerald sudah memiliki pacar, tapi masih saja gak bisa nerima jika ada orang lain yang mendekati Aza. Entahlah, Gerald juga bingung dengan perasaan ini.

"Iya, gue emang meluk lo, tapi gak gitu juga kali lo meluk gue sok akrab."

"Ehk, lo pikir gue juga mau? Itu hanya karena buat Aza bahagia. Gak enak jika dia ngelihat kita terus berantem."

Gerald menatap Abra dengan melirik. Ia bersidekap dada. "Lo gak tahu sekolah ini, jadi jangan ngikut gue kemana pun gue pergi."

Abra hanya mengangkat bahu dengan acuh. Ia tidak terlalu peduli. Lagipula, dunia ini, 'kan ini bulat? Jika ia tersesat, ia pasti akan menemukan jalan pulang. Pandangannya menatap lurus ke depan melihat Kepergian Gerald.

Kini, Aza sedang berjalan sepanjang koridor sekolah. Ia tak mempedulikan siswa-siswi yang melihatnya karena wajah Aza yanh comel. Meski terlohat sedang ngambekkan, Aza bukannya nyeremin, tapi terlihat cantik dan lucu. Aza bukan hanya most wanted di sekolah smanya, tapi juga gadis tertajir yang diidam-idamkan para kaum adam. Namun, sikap Aza yang jutek ke semua orang membuat Aza tak punya temen.

Yap, Aza hanya memiliki satu sahabat perempuan dan ia bernama Agnes. Namun, baru-baru ini Agnes jarang datang ke sekolah karena bokap dia yang lagi masuk rumah sakit.

Skip, langsung saja kepada Aza. Kenapa Aza terlihat ngambek? Itu karena ia ingin bertemu dengan Lani dan meminta penjelasan tentang apa yang ia lihat pada pagi itu.

Aza tak bisa tinggal diam membiarkan Gerald berpacaran dengan Lani yang tidak setia. Daridulu ia sudah curiga ada yang tidak beres dengan Lani.

Aza pun dengan emosinya langsung memasuki kelas Lani. Di sana, semua orang terkejut atas kehadirannya. Jarang Aza masuk ke kelas jika tidak ada urusan penting. Mereka yakin kedatangan Aza di kelas mereka ini sangat penting.

"Hei, neng Aza. Ngapain ke sini?" Seorang lelaki dari kelas Lani datang menghampirinya.

Aza mengacuhkan pertanyaan dari lelaki itu. Aza mendekat, menghampiri Lani yang sedari tadi melihatnya.

"Ikut Aza!" titah gadis itu dengan menarik tangan Lani

Lani tak terima dirinya diseret seperti ini oleh Aza. Lantas Lani pun langsung menepis tangan Aza dengan kasar.

"Lo apa-apaan sih? Datang ke sini udah marah-marah." Lani mengelus tangannya yang lumayan sakit karena tarikan Aza. Lani tak menyangka Aza bisa sekuat ini.

"Lo yang apa-apaan? Gue udah bilang, Gue Aza. Meski gue kuat hanya di sisi Gerald, tapi bukan berarti gue diam saat lo selingkuh di belakang Gerald."

Lani menatap tajam sorot mata Aza yang juga tak kalah tajam. Lani sangat terkejut bukan main kala Aza mengatakan dia selingkuh. Bagaimana gadis itu bisa tahu? Itulah yang ada di pikiran Lani saat ini.

Karena tak mau siswa lain mendengar pembicaraan mereka, Lani meraih tangan Aza dan menyeretnya keluar dari kelas. Lani membawa Aza ke tempat sepi agar bisa leluasa berbicara kepada Aza.

Di sinilah tempat teraman yang sangat aman jika ingin membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia, yaitu di belakang sekolah. Lani menghempaskan Aza saat mereka sampai di belakang sekolah. Sekali hempasan, tubuh mungil Aza terbentur ke dinding membuat gadis itu meringis sakit.

"Ternyata lo punya nyali juga ganggu hidup gue dengan Gerald." Lani tersenyum miring.

Aza mengelus lengannya yang terasa sakit. "Kenyataanya lo udah selingkuh. Sebelum gue ngasih tahu sendiri kepada Gerald, lebih lo mengaku sendirinya kepada Gerald bahwa lo selingkuh."

"Emang, lo dapat apa kalo lo ngasih tahu Gerald perihal ini?"  Lani mendekati Aza. "Dan lagipula apa dia percaya dengan apa yang lo katakan?"

Aza sejenak berpikir dengan apa yang di katakan Lani. Gadis itu benar. Gerald tidak akan percaya begitu saja sebelum Gerald melihatnya sendiri.

"Aza bakal nyari bukti." Aza tersenyum miring membuat Lani muak dengan semua ini. Lani merasa gadis di hadapannya ini tidak sayang pada nyawanya sendiri. Aza harus dibungkam agar rencananya mendapatkan harta Gerald tetap berjalan mulus.

"Sepertinya Aza tidak sayang dengan nyawa Aza, ya?" Seringaian mengerikan dari Lani itu membuat Aza bergidik ngeri.

Sangat mengerikan sehingga nyali Aza langsung menciut. Gadis itu mendekap dirinya sendiri ketika Lani mulai memojokkan dirinnya hingga Aza yang mungil itu terpentok pada dinding.

"Beneran Aza gak sayang nyawanya?" Pertanyaan itu lagi. Aza menggeleng dengan cepat. Perasaan takut dan khawatir bercampuk aduk membuat keringat dingin membasahi pelipis gadis cantik itu.

"L-lepasin. A-Aza," pinta Aza terbata-bata.

"Huh? Lepasin kamu? Okey, tapi ingat lo jangan kasih tahu ke Gerald soal gue selingkuh."

Tidak! Aza juga tidak bisa membiarkan itu terjadi. Lantas Aza menggeleng membuat Lani langsung emosi dan mencekram bahu Aza dengan keras hingga kuku-kuku panjang dari Lani menusuk kulit Aza membuat darah segar seketika muncrat begitu saja.

Aza memejamkan matanya kala tusukan itu terasa dalam dan sakit sekali. Aza tidak tahan lagi dengan sakitnya. Gadis itu langsung mendorong tubuh Lani hingga Lani terhuyung sedikit jauh darinya. Ini kesempatan bagus bagi Aza untuk kabur.

Tak ingin menyia-nyiakan seperkian detik dari kesempatan ini, Aza langsung berlari menjauh dari Lani menuju kantin. Ia akan memberitahu semua perbuatan Lani kepada Gerald. Sedangkan Lani, gadis itu mengumpat kasar kala Aza berhasil kabur darinya.

"Sialan!" pekiknya dengan kesal dan emosi. 

Si Manja AzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang