R O S E Q U A R T Z

6 0 0
                                    

Apa yang lebih berharga dari sebuah emas? Orang bilang keluarga, sisa nya mengatakan pengalaman. Beberapa bahkan tak peduli akan hal apa yang membuat kehidupannya terasa berharga. Menjalani sebuah kehidupan layaknya air, tak berusaha mencari jalan yang baik bahkan terkesan hidup seperti air sungai, mengalir mengikuti arus, jika waktu nya terjatuh sangat tinggi seperti air terjun, ia takkan mundur, terus menjadi air, mengikuti seluruh skenario Tuhan yang di buatNya dengan sedemikian rupa. Melupakan hak nya yang bisa kapan saja merubah jalannya.

Sejenak hal hal tentang kehidupan mengusik pikiranku yang terbang melayang layang, menjadikan sebuah mimpi buruk dari banyak nya kejadian yang menimpa ku selama ini. Kata orang belajarlah dari pengalaman, tetapi aku terlalu membenci pengalaman buruk ku, terkadang belajar dari pengalaman dimana kau harus membawa pengalaman itu kembali ke masa depan, saat kau ingin melupakan segala hal buruk di dalam nya. Tetapi kau harus tetap belajar kan?

Analogi nya, pengalaman buruk mu harus kau simpah dengan rapi di kepala mu, menjadikan nya sebagai deretan buku di perpustakaan, sedangkan di satu sisi kau hanya ingin membakar segala kejadian di dalamnya.

Entah lah, jika aku harus melakukan salah satu nya, atau pun kedua nya.

•••

Tak terlalu jauh perjalanan yang harus kami tempuh untuk sampai di tepian kota dimana beberapa orang mulai tampak dengan meja kayu dan beberapa bahan pangan pokok di depan mereka.

Jalanan panjang yang akan ku lewati nanti merupakan sebuah pasar di tengah tengah pemukiman penduduk yang tak terlalu padat. Akhirnya sebuah jalan dimana aku menemukan sebuah kehidupan.

"Kami tinggal di dalam sana"

Chole menunjuk dengan semangat tepat di tengah tengah pasar. Aku tak yakin tempat apa yang di tunjuk nya ketika Mark tiba tiba menatap nya dengan pandangan tajam.

"Dimana?"

Tanya ku memastikan tempat apa yang di tunjuk oleh Chole.

Gadis itu menggaruk belakang lehernya canggung.

"Ah lupakan, tempat nya sudah tertutup"

Aku hanya mengangguk, tak terlalu menghiraukan ada apa di antara kedua anak ini yang sejak awal perjalanan kami tak pernah memberikan celan sedikit pun kepada tanganku untuk bernafas. Mereka terus menggenggam ku seakan akan aku akan hilang di tengah ramai nya orang orang disini.

"Apa kau mau mencoba permen kapas?"

"Jangan berhenti"

"Ah tidak, aku harus segera sampai disana"

"Ah sayang sekali, padahal aku mau mengenalkan mu kepada ibu dan ayah.."

Tersirat rasa sedih di suara Chole saat mengucapakan itu.

"Umm, mungkin lain kali??"

Tawar ku berusaha memperbaiki mood Chole yang sedikit rusak karna penolakan ku.

"Kami takkan lama disini"

"Apa maksudmu?"

"Kau akan tahu"

"Tunggu, apa yang kau bicarkan?"

Kami berhenti sejenak, berhenti di tengah tengah ramai nya keadaan pasar, tepat di tengah jalan sampai beberapa kali orang orang menabrak punggung ku dengan keras.

"Umm... kami akan terus berpindah sampai menemukan tempat yang aman untuk di tinggali?"

Nada suaranya menurun di akhir. Terdengar seperti sebuah pertanyaan daripada pernyataan.

"Maksudmu kau bukan berasal dari sini?"

"Hey Nona!"

Aku segera berbalik memutar kearah suara itu muncul. Seorang pria berbadan besar dengan tato yang memenuhi seluruh tangan kanan nya berteriak di belakang ku, memanggil ku dengan suara keras nya, sampai sampai beberapa orang menatap kami curiga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ETHEREAL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang