W A T E R

4 1 0
                                    

Aku menyodorkan kunci sebesar telapak tangan itu kehadapan wajah nya.

"Ini kunci yang kau maksud?"

Pria itu mengangguk singkat lalu berjalan mendahului ku, berhenti di tepi sungai dan kembali berdiri memandangi setiap hal yang bisa ia lihat dari sebrang.

"Kita hanya perlu menyebrang, dan segala nya akan terlihat lebih jelas"

"Huh?"

Pria itu kurasa semakin melantur, dari pakaian nya saja aku bisa melihat dia memang terlihat semakin aneh. Ya, walaupun pakaian nya tetap terlihat menyatu dengan bagus di tubuh nya, tetapi dari cara ia berbicara, dan berpakaian nya tentu saja dia memang bukan dari dunia yang sama dengan ku.

"Apa ini pakaian sehari hari mu? Hmm.. terlihat familiar"

"Dimana kau melihatnya?"

"Museum? Terlihat kuno, tapi yang kau pakai agak sedikit modern"

Dia tak menjawab, hanya bunyi langkah kaki kami yang berjalan menyusuri tepi danau, mencari sesuatu celah dan hal yang bisa kami gunakan untuk menyebrang.

"Perahu!"

"Kita memang butuh itu-"

"Bukan, maksud ku itu perahu di depan sana"

Aku berlari kencang memastikan bahwa sesuatu yang bersembunyi di balik rindang nya pohon yang hampir berjarak 10 langkah dari bibir danau adalah sebuah perahu bercat hijau pudar.

"Ini perahu!"

Aku berteriak kearah Rean yang masih saja berjalan menghadap danau, berusaha mencari sesuatu hal yang menurut ku tak pasti juga, karna ia mungkin sudah menenggelamkan mata putih itu karna ia terus saja menyipitkan nya karna cahaya terang menjelang siang ini.

Pria itu berlari kearah ku yang sedang susah payah menarik keluar perahu sedang itu. Tak terlalu berat sebenarnya, karna faktor diriku yang sedang kelaparan dan sebuah insiden yang membuat trauma yang ku alami pagi ini membuat otot otot ku terasa lebih lemah dan kaku.

Rean dengan segera membongkar isi perahu tersebut. Menghempaskan plastik parasut yang melindungi nya dan segera mengeluarkan 2 dayung yang masih bagus dan terasa baru di pakai, sebuah kotak baja tipis berukuran besar dan sebuah pisau kecil yang dengan segera ia serahkan kepada ku.

"Apa ini?"

"Mungkin di dalam sana kita akan berpisah. Aku tak mau kau sampai mati, bagaimana pun juga kau masih tanggung jawab ku sampai kau keluar"

Pria itu masih sibuk membereskan kembali apa yang telah ia keluarkan.

"A-apa yang kau maksud? Kau meninggalkaan ku?"

"Aku berusaha untuk tidak, tapi masih banyak hal penting yang harus ku lakukan untuk sampai sejauh ini-"

"Tapi aku tetap akan bersama mu sampai kau bertemu saudara dan ayah mu, aku berjanji untuk yang satu ini, Amber"

Lanjut nya.

Ada perasaan hening dan canggung di antara kami berdua.

"Apa kita akan bertemu lagi?"

Rean menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Tentu tidak"

Aku tertawa canggung sambil menggaruk tengkuk ku yang tak gatal.

ETHEREAL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang