"Aku pergi ke sekolah dulu."
"Pergi saja sana Yuu," Ayah menggebrak pintu kamarnya. Mungkin Ayah bertengkar dengan Ibu lagi karena sesuatu yang aku tak perlu tahu.
---
"Rina?" aku baru pertama kali melihat Rina datang ke sekolah pada jam setengah enam pagi sepertiku. Biasanya aku melihatnya datang dengan tergesa gesa jam setengah delapan pagi kurang lima menit, dengan roti bakar masih berdiam di giginya. Sekarang hanya aku dan dia di kelas.
"Tumben lu dateng pagi pagi gini."
"Aku dateng pagi cuma buat nyuri kuota WiFi Sekolah, ada game yang mau aku donlot," Rina asyik berkutat dengan laptop Toshibanya.
"Bukankah pulangnya juga bisa?" Aku berlari kecil ke kursi Rina.
"Pulang nanti aku dijemput cepat."
Sejauh ini Rina singkat singkat saja. Kenapa, ya? Mungkin dia lagi tidak ingin bicara banyak. Biasanya, dia selalu nyerocos sampai dia duhukum membersihkan gudang sekolah.
"Mau ngapain emang curi kuota WiFi sekolah? Modem juga udah ada."
"Kuota modemku habis, jadi asfgjko, aku set alarm jam wekerku jadi setengah lima demi WiFi."
"Ini prestasi terbaikmu," aku bermaksud menyindir.
"Hahah," merasa dipuji, Rina justru tertawa. Sial, padahal aku bermaksud menyindir.
---
"DOWNLOAD GAME INI YUU!"
Kali ini, Rina melakukan rutinitasnya. Datang jam setengah delapan kurang lima. Jadi, kami hanya bisa bicara saat istirahat.
"Game? Game apa?"
"Kemarin aku datang setengah enam demi game ini. Mandy's Diary!"
"Emang kenapa sama game itu?" Tanyaku penasaran.
"Game ini horror banget! Meskipun filenya 987MB, game ini membayar semuanya!"
"987MB? Gede banget size gamenya!" Aku terlonjak kaget begitu mendengar size gamenya.
"DONLOT AJAAA~ 987MB itu gak ada apa apanya dibanding gamenya!"
"Wait. Intinya kea gimana itu game?"
"Kita harus mencari diary Mandy agar bisa menamatkannya. Game ini serius susah amet tauk. Bayangkan kalo ada jalan buntu, kita noleh ke belakang untuk mencari jalan lain, Charlie* akan memakan kepala kita!"
"Serem," aku udah tutup muka.
"Jadi, kamu download atau ga sih asdfg?" Rina yang capek basa basi langsung to the point.
"OFCOURSE I WANT!" Kuberitahu ya, meskipun tadi aku tutup muka, tapi aku suka game horor. Kecuali jika aku bertemu hantunya di dunia nyata, "aku download di rumah ya, 987MB terlalu banyak, sekarang mana bisa download. Kuotaku banyak kok."
"Oksip."
You are in the end of this story
RVC Please, setelah 13 dihapus soalnya aku gak ada ide untuk part selanjutnya. Ini cerita keduaku, enjoy~
YOU ARE READING
Hopeless
HorrorEntah kenapa, belakangan ini aku sering merasa diawasi. Sejak saat aku mendownload game yang Rina suruh, aku tak punya harapan lagi untuk jauh dari ancaman Mandy. Tapi anehnya, setelah satu minggu disandera, Mandy makin baik padaku. Ia bahkan mengga...