Hopeless - Ayah? Ibu? Mandy?

166 13 5
                                    

"Aku pulang," aku membuka pintu rumah dengan lemas.

"Halo Yuu," ibu menyambutku dengan senyum. Ini tidak mungkin.

"Hai, Yuu," ayah pun menyambutku dengan senyum. Ini pemandangan aneh di rumah ini. Biasanya, saat aku pulang, Ayah dan Ibu bertengkar tentang pengeluaran beras ataupun apapun itu. Kini mereka menyambutku dengan senyum? Aku harap ini bukan senyum palsu.

"Tumben kalian menyambutku dengan senyum," aku membalas senyum mereka dengan bahagia.

"Kamu tidak menyukainya?" Senyum Ibu memudar.

"Aku sangat menyukainya!" Aku memeluk mereka dengan bahagia.

Author POV

Keluarga Yuu memang tidak bahagia dari saat Yuu masuk Sekolah Menengah Pertama karena Ayahnya yang diturunkan jabatannya dari Kepala Sekolah SD Cipta Dharma menjadi seorang guru. Ayahnya benar benar stress dan pernah setelahdua hari kejadian Ayahnya hampir mengonsumsi narkoba hisap.

Ibunya tidak tahan dengan kejadian tersebut, jadi ia pun ikut stress. Alhasil mereka saling bertengkar satu sama lain setiap harinya. Dan Yuu benar benar tidak tahan dengan keluarga seperti ini, jadi ia lebih sering menginap di rumah Rina atau sekedar hangout bersamanya.

Yuu POV

"Ayah membawa berita bahagia..." Ayah agak mendekat kepadaku.

"Apa?!" Aku menerka nerka, "diterima menjadi Kepala Sekolah lagi? Atau naik jabatan ke Komite Sekolah?"

"Ayah dinaikkan jabatannya menjadi Kepala Sekolah seperti dulu!"

Aku nyaris pingsan. Aku menangis bahagia, terduduk di lantai dengan senangnya. Mulai sekarang tidak ada pertengkaran keluarga!

"Itu berita terbahagia yang aku dengar Yah," Yuu memeluk Ayahnya bahagia.

"Itu berlaku bagi Ayah dan juga Ibu," kami bertiga saling berpelukan. First Time in Forever.

Rina POV

"Aku akhirnya menemukan diary Mandy!" Rina berpekik saking senangnya. Tapi, tiba tiba game Mandy's Diary tertutup dan memperlihatkan kalimat kalimat dengan warna merah darah. Aku tidak bisa membacanya, lalu secara tiba tiba laptopku mati.

Apa yang terjadi? Apa baterai laptopku habis? Ya sudahlah.

Tapi tiba tiba saja, laptopku hidup kembali, lampu kamarku hidup mati, memperlihatkan tulisan "Jika temanmu Yuu itu membuka game ini dan yang keluar hanya blackscreen atau whitescreen, dia akan mengalami kesialan."

Lalu semuanya kembali seperti biasa. Ya ampun, Yuu, aku harap kau tidak akan mendapatkan kesialan.

Author POV

"Krrrr~ krrrrr~"

Telpon Yuu berbunyi. Yuu yang telah selesai mendownload game Mandy's Diary dan berencana membukanya, Yuu mengangkatnya.

"Ya, halo?"

Tiba tiba telpon putus. Ah mungkin hanya orang iseng. Yuu tidak berpikir lebih lanjut tentang telepon itu, ia membuka Mandy's Diary dan apa yang ia dapatkan?

WHITESCREEN

Lampu kamar Yuu tiba tiba mati, laptopnya mati, lalu lampunya berkedip kedip layaknya Rina tadi. Ia benar benar takut, ia keluar dari kamarnya dan mendatangi kamar ayah ibunya.

"Ayah, Ibu, lampu kamar Yuu kedap kedip!" Teriak Yuu tepat di depan kamar.

Tidak ada siapa siapa.

Yuu baru ingat, ayah dan Ibunya sedang pergi ke SD Cipta Dharma untuk mengurusi dokumen dokumen.

"Krrrrr~" telpon Yuu berbunyi. Rina? Tidak mungkin, Rina bilang pulsanya habis dan dia tidak punya uang saku. Lalu siapa Rina ini? Yuu memilih untuk tidak mengangkatnya sebab apa yang terjadi tadi.

Tiba tiba lampu kamar Yuu hidup mati hidup mati lagi. Yuu semakin takut. Tak berselang lama lampu kembali seperti semula.

Pandangan Yuu tetuju pada tempat tidurnya. Ada surat!

Kau memilih mana? Mengikutiku membunuh orang lewat game atau terima konsekuensinya?

Mandy

Yuu POV

Mandy?! Mengikutinya membunuh?! What the hell is that! Aku bukanlah seorang pembunuh, damn! Aku merobek robek surat itu menjadi lima bagian. Aku tidak akan mengikutinya membunuh, lebih baik aku mati daripada membunuh orang.

Keesokan harinya

"AYAH! IBU!"

Aku terpuruk lemah melihat jasad Ayah dan Ibu. I mean, kapan pembunuhan mereka terjadi? Dan pembunuhan mereka cukup tragis. Muka Ayah hancur dan mata Ibu hilang!

Apakah...

Ini yang dimaksud konsekuensinya oleh Mandy?!

Aku langsung menelpon polisi dengan cepat, menyuruh mereka datang secepat mungkin kerumahku.

"Bagaimana? Apakah kau mau mengikutiku membunuh?"

Aku menoleh ke belakang. Tidak ada siapa siapa.

Bagaimana ini?

You are in the end of this story

Aku seneng banget ada 20+ orang yang read! Meskipun cuma satu vote dari -aku-gatau tapi aku seneng cerita ini disambut.

Btw aku kurang baik apa, nulis lanjutan cerita setelah kemarinnya dipublish? So jangan lupa vote.

Sekali lagi

Jangan lupa vote

Alay? Bawaan lahir, ok bye! Aku menunggu votemu...

HopelessWhere stories live. Discover now