part 7

12 1 0
                                    

Di sebrang sana ada Gus Reyhan yang sedang bingung memikirkan nasibnya.

"Bagaimana bisa aku menikahi Laila, sedangkan aku tak mencintainya."

Sejak keluar dari teras, Gus Reyhan terus berjalan tanpa arah. Ia bingung harus bagaimana,Hingga akhirnya ia memilih ke tempat ibunya berada.

Sebuah area pemakaman yang cukup luas.disitu tempat ibunya berada.
Dilihatnya sebuah batu nisan yang bertulisan Fatimah Binti Fathih. Yang tak lain adalah ibunya gus Reyhan.

"Umi, apa Umi tau Reyhan sedang sedih, Umi reyhan kangen umi, umi yang sellalu perhatian terhadap Reyhan yang selalu memeluk Reyhan dikala sedih , yang selalu merangkul Reyhan dikala jatuh, dan umi yang sellalu tau isi hati Reyhan." Tak terasa Air mata membasahi pipi Gus Reyhan.

"Umi, Abi ingin menjodohkan Laila dengan Reyhan, Reyhan tak mencintai Laila ,Tapi Reyhan tak kuasa menolak keinginan Ayah."

Matahari yang semula terang kini meredup terhalangi awan. Yang bertanda akan datang nya hujan.
  
"Ikuti kata hatimu nak."entah sebuah bisikan atau batin yang berbicara. Namun suara itu mirip sekali dengan sang umi, yang membuat Reyhan tak ingin pergi dari gundukan tanah itu.

Gemercik hujan telah turun membasahi tanah.juga membasahi Tubuh Gus Reyhan yang sedari tadi terlelap dalam kehangatan bersama sang ibu.

Sang kiai tengah mondar mandir menunggu putranya tak kunjung kembali.Karna ia tak masuk pada saat hafalan.

"Revan, Aldi kemana Reyhan kok tidak mengaji?." Tanya kiai

"Maaf kiai saya kurang tau,setau saya sejak kiai memanggilnya, Gus Reyhan belum kembali ke kamar, kiai."jawab Aldi yang disetujui anggukan oleh Revan.

"Owh begitu.."

Revan dan Aldi hanya mengagguk mengiyakan.

"Kemana ia, apa ucapanku terlalu menekan batinnya, maafkan Abi nak."Batin kiai cemas.

"Yasudah terimakasih Revan , Aldi silahkan lanjutkan hafalanya."

"Baik kiai."jawab Aldi

                                  ***

Cuaca hari ini ditaksir ekstrim maka dari itu sebagian santri putri banyak yang terkena penyakit seperti batuk, cacar, dan panas.

Salah satunya adalah Syakilla yang mengalami flu, dan Mba Sri mengalami cacar, suhu tubuhnya sangat tinggi bahkan mencapai 38,9°.
Sedangkan persediaan obat sudah habis.

"Duh gimana ini kak, mba sri badanya panas banget."

"Hachimm..... bener kak Adiba tidak ada obat di kamar ini."sahut Syakila.

"Kalian sabar ya, biar aku carikan obat dahulu."

"Kak disini cuman ada satu warung yang menjual obat - obatan, tapi jaraknya lumayan jauh, apalagi sedang hujan begini."usul Ainun

"Kamu boleh tunjukin jalannya."

"Tapi kak hujannya deras banget."

"Nggak papa nanti saya pinjam payung ke kamar sebelah. Sebelum hari makin sore."

"Yasudah saya ganti baju dulu."ucap Ainun.

"Mmm... Ainun kamu tunggu Mba Sri sama syakila saja disini, biar saya yang ke warung. Kasian mereka kalo ditinggal."

"Tapi kak..."

"Udah nggak papa insyaallah gak ke sasar lagi kok suerr."

" Mmm baiklah...Kak Adiba jalan aja lurus, nanti setelah itu ada pertigaan kak Adiba belok kiri , terus lurus lagi nanti di sana ada pemakaman dan warungnya ada di ujung sebelah kanan pemakaman."

Adiba ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang